BAB 26 | Jangan Pergi!Gayatri, adik perempuannya Saka tersenyum sumringah melihat kehadiran Aurora. Perempuan berbaju warna mint tersebut lalu menghampiri Aurora dengan senyum yang masih terpancar. "Eh beneran mbak Aurora."
Sedangkan Aurora tersenyum kikuk dan masih mengingat-ingat dimana dia bertemu Gayatri. Lalu Gayatri yang seolah bisa membaca ekspresi Aurora pun berkata, "mbak yang punya renyah.id kan? Duh mbak saya itu langganan di renyah.id loh."
"Saya biasanya beli di online sih, gak pernah datang ke gerai," lanjutnya.
"Kebetulan... saya bawakan best sellernya di renyah.id tadi. Terima kasih ya udah mau langganan. Sesekali mampir ke gerai nanti mbak kasih bonus buat kamu," jawab Aurora dengan tersenyum.
Rahayu ikutan tersenyum. "Ternyata Gayatri sudah kenal to. Ini Gayatri, Ra. Anak bungsu Mami."
"Oh... jadi mbak Aurora..." ucap Gayatri sambil tersenyum dan menaik-naikan alisnya serta melihat ke arah Saka. "Tahu gak mbak? Mas Saka tuh sering cerita soal mbak Aur—"
"Makan dulu yuk, dek. Ngobrolnya lanjut nanti," potong Saka sebelum Gayatri menyelesaikan ucapannya.
♥♥♥
Suasana hangat keluarga Atharwa sangat membuat Aurora nyaman. Setelah makan malam, mereka menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang di ruang keluarga. Dan kini di pangkuan Aurora ada ponakan Saka yang tidak mau lepas sejak tadi. Aya, anak cantik dan menggemaskan itu terlihat anteng di pangkuan Aurora. Bahkan dia akan menangis jika Ibunya mau berganti memangkunya.
"Aunty Auroranya nanti capek loh Aya, sini gantian sama Mama ya..." bujuk Vivian.
Aya menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Mau sama aunty Ala."
"Gak papa mbak. Saya gak capek kok," sahut Aurora sambil tersenyum dan mengusap-usap lembut rambut Aya.
Rahayu terkekeh melihat tingkah cucunya. "Aya terlihat nyaman sama kamu, nak. Dia itu jarang loh bisa langsung lengket sama orang. Sama Gayatri aja kadang gak mau."
"Tau tuh Aya mah kalau gak dikasih jajan gak mau ikut aunty," sahut Gayatri sambil memanyunkan bibirnya.
Beberapa saat kemudian si mungil Aya tertidur dalam pangkuan Aurora. Kemudian Vivian memindahkan Aya ke kamarnya disusul oleh suaminya, Deo. Setelah itu Hendra, ayah Saka juga pamit ke kamar. Kini tertinggal Aurora, Saka, Gayatri, dan Rahayu yang masih berada di ruang keluarga.
Tak lama kemudian, Rahayu berpindah duduk di sebelah Aurora. "Mami pamit ke kamar dulu ya sayang. Kamu lanjut ngobrol sama Gayatri dan Saka dulu, dan Saka nanti antar pulang nak Aurora selamat sampai rumah lagi, ya."
"Siap Mi," jawab Saka.
Aurora tersenyum, "selamat istirahat Mami."
"Terima kasih ya, nak udah mau ke rumah. Jangan kapok ke sini lagi," ucap Rahayu sebelum meninggalkan ruang keluarga.
Gayatri senyum-senyum ke arah Saka dan Aurora. "Udah gak ada Mami dan Papi, boleh dong adek tanya-tanya sama Mas dan Mbak."
"Tanya apa sih, dek?" sahut Saka sambil mengambil buku asal-asalan dan membalik-balikan perlembar.
Gayatri berdecak, kemudian duduk di sebelah Aurora. Sedangkan perempuan itu sudah tahu ke mana arah pembicaraan Gayatri menatap Saka dengan tatapan meminta tolong. "Mbak Aurora tahu gak? Mas Saka itu sering curhat loh ke Gayatri."
"Dek..." Saka berucap dengan nada menekan.
Aurora pun membela Gayatri ketika tertarik dengan ucapan adik perempuan Saka tersebut. "Apa sih, mas? Anggap aja gak denger oke!"
"Dahlah terserah," jawab Saka yang membuat adiknya tertawa.
"Oalah mas... mas... Ternyata udah ada pawangnya toh. Tahu gak mbak, Mas Saka itu orangnya sok cool. Cuek banget, sama aku aja loh mbak cueknya minta ampun. Mau curhat sama aku aja loh mbak pas dekat sama Mbak Aurora ini."
"Masa sih?" tanya Aurora sambil menaikan sebelah alisnya. "Bukannya Mas Saka itu orangnya care banget, ya?"
"Care kalau sama mbak Aurora, itu aja minta bantuan aku mbak. Eh tapi semua makanan yang dikasih ke mbak itu masakan mas sendiri, enak kan?"
"Bongkar aja semua, dek," sindir Saka.
"Kalau sama mantannya dulu?"
Saka yang tadinya seolah fokus membaca buku langsung menoleh ke arah Aurora yang kini menatapnya. "Nah tanya tuh sama Gayatri, dia cemburu sama Denaya dek."
"Oalahhh..." Gayatri menahan tawa.
"Eh siapa juga yang cemburu, gaklah. Masih aja itu yang dibahas."
"Mbak Denaya gak pernah ke sini kok, mbak. Mbak Aurora tuh perempuan pertama yang dikenalkan ke Papi dan Mami. Sebuah fakta menarik, mas hanya perhatian lebih ke Mbak Aurora. Eh bentar-bentar, ngomong-ngomong soal Mbak Denaya. Kayaknya aku pernah lihat mbak Aurora sama mbak Denaya?"
"Denaya sahabat aku," jawab Aurora.
"Oh, pantes. Eh tadi pas waktu mbak datang, Mbak Denaya telpon. Tadi aku bilang kalau Mas Saka mau bawa calon ke rumah."
Aurora langsung membelakkan matanya kemudian melirik ke arah Saka. Sedangkan laki-laki itu langsung meletakkan buku yang dibacanya ke arah meja lagi. "Kamu gak bilang kalau Aurorakan?"
"Gaklah mas. Aku kan belum pernah tau namanya, mas kalau curhat gak pernah sebut nama Mbak Aurora."
Seketika Aurora dan Saka menghela nafas. Lalu Saka berkata, "kamu jangan beri tahu Denaya dulu, ya. Denaya belum tahu soal ini."
"Oh, oke.. oke... Paham. Mbak Denaya pasti gak setujukan mantannya jadi sama sahabatnya. Mbak Denaya pernah cerita sama aku, aku kurang setuju sih sama prinsipnya. Tapi aku juga ngerti semua orang berbeda-beda. Oke siap, aman kalau sama Gayatri," jawab Gayatri diakhiri dengan acungan jempol dan senyuman.
♥♥♥
"Setelah ini segera istirahat, ya! Terima kasih buat hari ini," ucap Saka ketika mereka sudah berada di depan kontrakan Aurora dan keduanya masih di dalam mobil.
Aurora memandang Saka yang memandangnya. "Saya yang harusnya berterima kasih, mas. Terima kasih sudah membuat saya merasakan apa yang selama ini tidak pernah saya rasakan... kehangatan keluarga."
"Malam ini adalah malam yang membahagian seumur hidup saya. Saya sangat beruntung bisa kenal Mas Saka, bisa kenal keluarga Mas Saka, dan beruntung bisa merasakan kehangatan keluarga di sana," lanjutnya.
Saka menggenggam erat tangan Aurora. Wajah teduhnya memandang perempuan yang kini matanya berkaca-kaca. "Saya juga beruntung ketemu kamu. Sebuah fakta yang harus kamu tahu, bertemu denganmu saya menemukan sumber kekuatan baru."
"Kekuatan? Maksudnya?" tanya Aurora.
"Saya juga tak sekuat yang kamu tahu, Ra," jawab Saka sambil tersenyum. Sedangkan Aurora masih menyerit bingung.
"Jangan tinggalkan saya, ya!" lanjutnya.
♥♥♥
Ditulis, Exsalind
24 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Jumpa Rasa [Selesai]
RandomJomlo tidak ada dalam kamus Aurora. Perempuan tersebut anti dengan kesendirian tanpa kekasih. Rekor terlama dia menjomlo adalah tiga hari saja. Baginya pacar adalah asupan vitamin untuk dirinya. Meskipun tak jarang terkhianati, namun Aurora gampang...