BAB 11 | Hati-hati di Jalan

35 4 3
                                    

BAB 11 | Hati-hati di Jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 11 | Hati-hati di Jalan

"Hahh?" Aurora terkejut. "Gak mungkin, dokter Saka bercanda kan?"

"Coba deh lihat dari jendela."

Aurora pun mengintip dari jendela atas. Dan benar, Saka sedang duduk di motor matic warna hitam sambil memegang ponsel. "Ngapain sih dok?"

"Keluar dulu, saya jelasin!"

Aurora pun bergegas keluar rumah. Sekarang mereka sudah berhadapan dan dibatasi oleh pagar yang masih terkunci. "Ngapain?"

"Sudah ngantuk, ya?"

"Hilang ngantuk saya gara-gara dokter mengejutkan saya tiba-tiba di depan pagar. Tahu darimana kontrakan saya wahai dokter Saka?" jawab Aurora dengan nada kesal.

Bukannya menjawab pertanyaan Aurora, Saka justru mengalihkan pembicaraan. "Nyari makan yuk?"

"Hah?" sontak Aurora kaget dengan ucapan Saka.

"Atau muter-muter aja gitu."

"Hah?"

"Mau atau tidak Aurora?"

"Bentar deh bentar," jawab Aurora. Perempuan itu menatap Saka dengan kening yang berkerut. "Jawab dulu dari mana tahu kontrakan saya?

Saka tersenyum sedikit. "Nanti saya jelaskan kalau kamu menerima ajakan saya."

Perempuan itu memutar bola matanya. "Bentar deh masa saya cuma pakai piyama nih. Saya ganti baju dulu."

"Udah gitu aja, gak papa." Aurora sontak kaget lagi. Pasalnya dirinya hanya memakai piyama lengan pendek bercelana panjang yang berwarna merah jambu bermotif hello kity. Tidak mungkin dirinya keluar naik motor dengan penampilan unyu seperti ini. Kemudian Saka berucap lagi, "pakai jaket aja, biar gak masuk angin."

Setelah itu seperti ucapannya Saka, perempuan itu masih memakai piyama hello kittynya yang dibalut jaket berwarna abu-abu muda. Dan benar saja, mereka berkeliling kota tanpa punya tujuannya ke mana. Sedangkan Aurora yang sejak tadi nurut akhirnya menyuarakan pendapat, "daripada cuma muter-muter mending nyari makan deh. Katanya tadi ngajak makan."

"Oh iya," jawab Saka. "Mau makan apa?"

"Terserah."

"Yakin nih terserah?"

Dari kejauhan Aurora melihat warung mie yang mangkal di pinggir jalan. "Eh bentar-bentar, saya pengen mie."

"Mie instan? Gak baik buat kesehatan, Ra!"

"Dasar dokter, gak tahu bagaimana nikmatnya mie instan. Please deh dok, lagian sekali aja."

Tanpa menjawab ucapan perempuan itu, Saka membelokkan motor maticnya ke arah warung mie tersebut. Wajah Aurora yang tadinya kesal seketika sumringah. Setelah motor dihentikan, Aurora seperti anak kecil yang dituruti permintaanya. Dia turun dari motor dan melepas helmnya dengan senyum girangnya dan berucap, "terima kasih dokter Saka."

"Sama-sama Aurora," jawab Saka menirukan gaya bicara Aurora.

Setelah itu mereka memesan mie dengan cara mengambil sendiri mie dan topping sesukanya. Aurora memilih mie goreng level 8 dengan topping sosis dan kornet. Sedangkan Saka memilih mie goreng level 1 dengan topping telur ceplok. Saka yang melihat Aurora mengambil level 8 lantas menghentikan perempuan itu ketika mau menyerahkan pesanannya ke mbak penjaga warung.

"Kenapa?" tanya Aurora.

"Bukannya kamu punya asam lambung?"

Aurora mengangguk. "Iya sih, tapi gak papa kok dok."

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Level 3 aja loh, lumayan gak terlalu pedas, ya?"

"Gak."

"Ra..."

"Yaudah deh iya."

❤️❤️❤️

Setelah pesanan mereka sudah jadi dibuatkan. Mereka duduk beralaskan tikar dan menghadap ke arah jalan. Melihat lalu lalang kendaraan yang ramai lancar. Di depan mereka dua piring mie goreng, satu es teh pesananan Aurora, dan satu teh hangat pesanan Saka.

"Jadi dari mana kamu tahu kontrakan saya?" tanya Aurora sambil menikmati mie instan goreng yang sudah ditambah bumbu sambal.

Saka menoleh ke arah Aurora. "Kamu lupa saya pernah antar kamu ke kontrakan waktu saya sama Naya?"

Perempuan itu mencoba mengingat-ingat yang dimaksud Saka. "Oh waktu itu... Eh bentar bukannya itu sudah lama banget, kok masih hafal?"

"Tadi sempet nyasar sih, untung ketemu," jawab Saka sambil terkekeh.

"Lagian ngapain juga sih ngajak saya makan. Kontrakan saya jauh lagi."

"Gak papa, pengen aja ngobrol sama kamu."

Setelah itu mereka berbincang-bincang mengenai pekerjaan masing-masing dan hal-hal random yang tiba-tiba terceletuk. Terkadang obrolan mereka menciptakan lelucon yang membuat keduanya tertawa. Aurora sangat terhibur dengan lelucon Saka, bahkan hanya lelucon receh yang tak sengaja keluar dari mulut laki-laki tersebut.

Malam semakin larut, sudah cukup lama mereka menghabiskan waktu berdua. Makanan mereka bahkan sudah habis sejak satu setengah jam yang lalu. Aurora tadi sempat kepedesan akhirnya meminum teh hangat milik Saka. Sedangkan laki-laki tersebut memesan teh hangat lagi untuk dirinya.

"Jangan manggil saya 'dok', Ra. Kesannya kamu seperti pasien saya."

Aurora menghembuskan nafas. "Orang dari tadi saya berasa pasien loh. Sudah berapa kali tadi dokter melarang ini itu beralasan kesehatan?"

Sontak laki-laki itu tertawa. "Saya enggak enak dipanggil dok mulu, panggil nama aja, ya!"

"Lah kan itu profesi kamu," sahut perempuan itu dengan raut wajah bingung.

"Tapi ini bukan di rumah sakit, Ra."

Aurora menyangga dagu dengan tangan. "Saya juga enggak enak dok kalau cuma manggil nama. Dokter itu lebih tua daripada saya. Umur dokter berapa sih 29, ya?"

"Saya gak setua itu kali, Ra. Baru juga 28, itu pun baru bulan kemarin genapnya. Gakpapa manggil nama saja, gak usah sungkan."

Kemudian Aurora berfikir. Dia sudah terbiasa memanggil Saka dengan sebutan "dok" karena dia juga pernah berobat waktu kena asam lambung dulu. "Panggil mas aja kali ya, gak enak kalau nama saja."

"Nah ide bagus. Daripada kamu panggil saya dokter."

❤️❤️❤️

Setelah puas berbincang-bincang, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Kini mereka sudah sampai di depan kontrakan Aurora. Perempuan itu memeluk helm miliknya, sedangkan Saka masih duduk di motornya.

"Terima kasih untuk malam ini, dok eh Mas Saka. Hati-hati di jalan."

Laki-laki itu tersenyum. "Sama-sama, masuk gih."

Aurora membalikkan tubuhnya berjalan memasuki kontrakannya. Namun baru beberapa langkah namanya dipanggil Saka membuat dia menoleh lagi ke arah laki-laki tersebut. "Iya?"

"Terima kasih juga untuk malam ini. Selamat beristirahat, Aurora."

Aurora tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Setelah itu dirinya melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kontrakan. Kemudian setelah dia menutup pintu, lalu Aurora bersandar di balik pintu. Sedangkan suara motor Saka terdengar menjauhi kontrakannya.

"Bodoh... bodoh... bodoh... Aurora bodoh! Jangan Saka please, ini bahaya" ucap Aurora sambil memukul-mukul kepalanya.

❤️❤️❤️

Ditulis Exsalind,
12 Mei 2022

Yayyy update lagi...

Oh iya blurb cerita ini ganti ya, biar lebih fresh ganti sampupnya juga. Sampai jumpa di bab selanjutnya....💜💜💜

Jumpa Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang