LEBARAN (END)

7.3K 425 32
                                    

Allahu Akbar ... Allahu Akbar ... Allahu Akbar walillahi hamd.

Takbir hari raya sejak subuh tadi berkumandang indah di seluruh pelosok komplek, jalan-jalan sepanjang rute menuju lapangan sholat id meramai, anak-anak dengan baju serba baru berlarian sama cerianya, para tetangga yang jarang terlihat oleh sebab kesibukan saling menyapa. Hari ini semua orang terlihat bahagia sekali.

Setibanya aku dan Kak Fathar di garda terdepan lapangan sholat id, kita berdua sejenak saling menatap, pegangannya belum kulepaskan amat sangat bahagia. Hari ini mungkin menjadi lebaran terbaik yang pernah kurasakan. Bukan hanya perihal hari raya yang kembali tiba, melainkan hadirnya Kak Fathar menjadi bagian baru dalam hidupku. Satu hal yang entah bagaimana aku mensyukuri nikmat besar ini.

“Aku imamin sekomplek dulu ya,” ujarnya tersenyum gemas, aku ikut membalasnya terkekeh.

“Iya, nanti beres sholat ketemu di sini lagi,”

“Okey, istri. Mau dicium dulu nggak?”

“Apaan sih, orang udah mau sholat juga. Sana, sana cepetan. Ditungguin Abi sama Abah tuh,”

“Yaudah beres sholat aja kalau gitu. Okey?!”

“Sana, Kak!” suruhku berusaha melepasnya segera. Dengan pasrah kita berdua akhirnya berpisah.

Ibadah sholat id hari ini memang akan diimami oleh Kak Fathar, sebelum itu Abi Barak naik mimbar mengajarkan seperti apa tata cara sholat idul Fitri. Rakaat pertamanya bertakbir sebanyak tujuh kali diikuti dzikir setiap kali takbirnya dan lima kali bertakbir di rakaat kedua. Setelah itu ibadah id kemudian segera dilaksanakan.

Ya, suara indah yang mengalun itu adalah lantunan dari Kak Fathar. Suara di hari pertama Ramadhan amat kukagumi tanpa kebohongan sedikit pun. Salma menjadi saksinya saat itu, bagaimana aku terus memuji imam yang tidak kuketahui sama sekali. Hari ini, imam tersebut akan selamanya menjadi imamku.

Robbi, perkenankan aku berjodoh dengan Kak Fathar tidak hanya sampai di dunia saja. Perkenankan dia menjadi pilihan terbaik-Mu yang akan menuntunku dekat kepada-Mu hingga ke Jannah, kampung halaman kami semua.

Jauhkanlah pernikahan kami dari perpecahan, perceraian, serta bisikan-bisikan yang hendak memecahkan bangunan sakinah yang kubangun bersama Kak Fathar seumur hidupku.

Aku berlindung kepada-Mu, ya Allah.

***

Setelah seluruh rangkaian ibadah id terlaksana, aku kemudian menyusul tempat perjanjianku dengan Kak Fathar. Kupikir aku akan menunggunya sangat lama sebab dia yang harus melayani banyak tangan hendak bermaaf-maafan, ternyata dia sudah di sana mendahuluiku. Tidak menunggu waktu lama segera kudatangi dia sembari meraih punggung tangannya kucium, tanpa aba-aba Kak Fathar tiba-tiba balas mencium keningku setelah itu juga.

Begitu kulihat, dia hanya melebarkan senyum unjuk giginya menatapku, “Kenapa ngeliatin? Mau lagi ya?”

“Banyak orang, Kak. Kamu mah ...”

“Ets! Nggak boleh marah, baru juga mau maaf-maafan, masa udah marah. Maafin ya suami kamu yang paling ganteng ini ...” todongnya segera. Aku batal melambungkan kejengkelanku, dengan segera tersenyum membalasnya.

“Habibah juga minta maaf kalau banyak salah ke Kak Fathar,”

“Nggak apa-apa, tadi pas dicium udah dimaafin kok,”

“KAKAAAKKK!” Aku mengeram spontan, takut jamaah yang lain mendengarnya sengaur itu.

“Hihi, yaudah ikut aku dulu yuk, aku belum salim ke siapa pun loh buat ngasih first salim-nya ke istri dulu,” akunya.

Ramadhan Tale (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang