Hampir satu minggu Willy dan Revan tidak saling komunikasi, Fanny yang kesal melihat tingkah kedua anak remaja itu terus menerus membujuk Revan agar berdamai dengan Willy.
Selama pengakuan Revan di depan murid Revan terus mengikuti Fanny kemanapun dia pergi saat di lingkungan sekolah.
"Kak ih katanya janji mau baean sama Bang Willy."
"Pesen apa Fan." alih Revan
"Jangan ngeles mulu ih."
"Hmm iya iya nanti Fan." Revan mengembuskan nafas panjang jengah dengan permintaan Fanny.
Bukan dia tidak mau ngejelasin melainkan setiap Revan ingin menjelaskan Willy selalu menghidar darinya, bahkan ia tak mau lagi duduk sebangku dengan Revan.
"Gue ke toilet dulu ya."
"Gue temenin."
"Nggak usah kak aku sendiri aja, toilet mojok deket gitu juga."
"Yaudah jangan lama."
"Yaelah Fan udah anuh geh masih aja manggil nama manggil ayank ke bubu kek." ejek Nicho
"Nah iya bubu Revan." timpal Mark membuat mereka semua tertawa kecuali Fanny dan Revan yang merasa malu.
"Jijik gue dengernya uweee." kesel Revan
"Lah lu bijimana si gak ada romantisnya." saut Andre
"Bagainan bang bagaimana." ulang Nisa.
"Lah udah ganti emang ko ga bilang gue."
"Ck ngomong sama sepatu gue nih." decak Nisa, Fanny yang malu ditambah kebelet buruburu ke toilet.
Saat hendak keluar dari bilik toilet sudah ada 3 senior yang berdiri di depan pintu toilet.
Fanny dengan polosnya tersenyum melewati ke tiga seniornya itu, namun saat ingin membuka pintu toilet terkunci.
Jantung Fanny berdegup kencang rasa takut dan trauma bermunculan memori yang berusaha ia hilangkan di masa lalunya mulai bermunculan kembali.
"Gak bisa keluar yah." ucap senior dengan name tag Tasya.
"Tolong tolong bukain siapapun yang di depan tolong buka." teriak Fanny sekencang apapun ia berteriak tidak ada yang mendengarnya karena keadaan lorong toilet sepi.
"Percuma lo teriak." Tasya menjambak rambut panjang Fanny membuat sang empu meringis kesakitan.
"Aww sakit kak ampun salah saya apa."
"Ck ampun gak akan gue kasih ampun jalang." saut Marsya
"Salah lo, lo udah rebut Revan dari gue." timpal Widia senior yang paling di takuti karena sering terjadi perundungan disekolah karena ulahnya.
Plak!!!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Fanny, membuat tubuhnya semakin gemetar tak terasa air mata yang sedari tadi ia bendung mengalir deras.
"Gak usah sok kecantikan." kali ini Widia yang mengambil alih menjambak Fanny "kak sakit maaf kak."
"Inget lo itu junior gak usah kebanyakan lagu make segala jadi tunangan Revan lagi."
"Pantes Bara ninggalin lo ternyata sasimo." lanjut Widia yang semaki keras menjambak menekan kedua pipi Fanny.
"Gunting aja Wid rambutnya biar kapok." usul Tasya.
"Boleh tuh boleh." kompor Marsya.
"Gunting Sya."
"K.kak plis kak jangan aku mohon kak jangan di gunting." isak tangis Fanny semakin menjadi jadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN [On Going]
Romance{Follow Dulu Yuk Sebelum Baca} Tifanny Alquenna Handjaya, seorang gadis ceria dan memiliki sifat konyol, namun dia harus meninggalkan masa remaja dan kekasihnya karena perjodohan orang tuanya. "Aku gak mau di jodohin mah, pah. Aku itu punya pacar"...