Ungkapan

109 11 2
                                    

Brak!!!

Revan menutup pintu kamar dengan kasar, membuat dua orang yang sedang berada di dapur kaget mendengar suara tersebut.

Bi Mirna dan Mang Dono, yang super duper kepo namun penakut mengendap-endap diam di bawah tangga.

"Kak tunggu." panggil Tifanny yang berusaha mengejar Revan namun diabaikannya.

"Kak Revan tung-."

"Arkh." ringis Tifanny

Revan menoleh kebelakang menghampiri istrinya dengan perasaan cemas yang sedang memegangi kakinya karna terkilir.

"Lo gakpapa mana yang sakit." tanya Revan panik.

"Gak kak gapapa ko." jawab Tifanny diiring isak tangis.

"Kak maaf."

"Maaf gue udah bikin lo sakit hati, gue tau gue salah udah nerima tawaran Bara."

"Gu.gue nyesel kak, HP gue emang mati pas mau ngabarin lo gue gak bohong, gue juga udah nolak ajaran Bara tapi dia tetep maksa."

"Gue gak ada pilihan kak, gue minta maaf."

"Asal lo tau kak, gue sayang sama lo sejak awal perjodohan ini gue udah mulai nerima dan berusaha buat sayang sama lo walaupun di hati gue masih ada Bara."

"Tapi itu dulu kak, sekarang udah nggak. Yang ada di hati gue sekarang lo kak cuma lo Revan Mahardika bukan yang lain."

"Memang awalnya gue bingung sama perasaan gue, tapi sekarang gue yakin kalo gue bener-bener sayang sama lo gue tulus sama lo kak."

"Gue minta maaf kak." jelas Tifanny panjang kali lebar dengan nada yang sesegukan tangisannya semakin pecah air matanya terus menerus membasahi pipinya.

Revan yamg mendengar kalimat Fanny membuat hatinya semakin terluka dengan apa yang udah dia lakukan terhadap istrinya.

Karena gak seharusnya dia seperti itu, karena sesalah-salahnya wanita seorang laki-laki tetep tidak pantas untuk kasar dia harus bisa menahan emosinya.

Revan membawa Tifanny dalam dekapannya, mencium keningnya mengelus lembut pucuk kepalanya Fanny.

"Maaf jangan nangis lagi ya."

"Maaf gue udah kasar sama lo, gak seharusnya gue kaya tadi."

"Gue juga sayang sama lo Fan sayang banget malah, gue cuma khawatir lo di lukain sama Bara."

"Mulai sekarang kita sama-sama belajar yah." tutur Revan lembut

"Ka.-"

Belum sempat Tifanny melanjutkan pembicaraannya, Revan mendaratkan bibirnya ke bibir Fanny, bukan sekedar nempel melainkan melumatnya perlahan tapi pasti.

Tifanny yang menerima serangan Revan membelalakan matanya hanya bisa terdiam tanpa ada penolakan.

Sementara dua insan yang masih setia berada di bawah tangga melihat aksi majikannya hanya bisa menjaga lebar dengan apa yang mereka lihat, sesekali Bi Mirna memukul lengan Mang Dono sambil tersenyum meledek.

Emang dasaran nenek nenek sama aki aki tukang kepo xixi.

Setelah melakukan aksinya Revan mengecup bibir Fanny singkat berlanjut ke pipi kanan kiri dan kening.

"Ko diem kenapa gak bales." tanya Revan

"Ehh emm anuh kak mm gue gak bisa." jawab Fanny gelagapan dan malu.

"Lo belom pernah ciu*an?." tanya Revan terheran-heran karena gak mungkin seorang Bara bisa pacaran tanpa menyentuh pasangannya.

Fannypun hanya bisa mengangguk halus menunduk menahan malu dengan wajah yang memerah seperti tomat.

REVAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang