Bara Aditya Putra

74 6 0
                                        

Setelah selesai game para murid di persilahkan berisitirahat sambil menyiapkan untuk api unggun.

"Kak Revan." panggil Fanny untuk kesekian kalinya namun Revan tetap mengabaikannya, dengan rasa yang mulai kesal dengan sikap suaminya Fannya pub menarik lengan Revan.

"Kak Revan kenapa si?." tanya Fanny kesal.

"Gapapa kamu pikir aja sendiri."

"Gipipi kimi pikir iji sindiri." cibir Fanny yang membuat Revan semakin ngambek dan hendak meninggalkannya pergi.

"Kalo kamu gak bilang aku mana tau kesalahan aku dimana."

"Au ah." decak Revan kesal " kamu lagian si bukan belain suaminya malah belain mantan, udah manaan seneng banget lagi di gendong." rengek Revan menggesek gesekan sepatu ke tanah layaknya anak kecil.

"Astaghfirullah kak ini kan cuma game."

"Lagi juga tadikan bang Ryzal yang mau gendong tapi keduluan sama Bara."

"Tapi tetep aja aku gak suka apa lagi dia mantan kamu Fan."

"Kak dia itu mantan kamu masa depan." ucap Fanny membuat hati Revan berbunga-bunga senyum tipis pun terukir di wajahnya.

"Au ah tetep aja aku gak suka." ambek Revan meninggalkan Fanny pergi, walaupun Revan senang dengan ucapan Fanny tapi ia tetap gelisah takut sewaktu-waktu Fanny pergi meninggalkannya.

Sementara Fanny yang lelah akan sikap suaminya memilih untuk diam dan meninggalkan Revan dengan raut wajah cemberut ia pun memasuki tenda.

"Lah lah bocah ngapa muka lu ditekuk begitu." tanya Nisa

"Kesel gua sama Kak Revan."

"Kenapa dah?." tanya Illa menautkan alisnya.

"Masa cuma gara-gara Bara gendong gua aja ampe ngambek ini kan cuma game."

"Lah ko gitu." tanya Nisa memiringkan kepalanya.

"Tau tuh udah kaya bocah sede."

"Yaudah biarin nanti geh bae lagi."

"Kayanya bakalan lama dah." murung Fanny membanting tubuhnya ke matras memejamkan matanya yang tanpa ia sadari membawanya masuk ke dalam mimpi.

•••

"Bara."

"Ehh Fan."

"Ngapain kesini?."

"Mau ngajak lo jalan."

"Sorry Bar gak bisa gue harus izin kak Revan dulu."

"Yaelah Fan udah ayo." paksa Bara menarik lengan Fanny masuk kedalam mobil.

"Bar ihs gue harus izin kak Revan dulu."

"Udah lo tenang gue udah minta izin dan bang Revan ngeizinin." jawab Bara sambil menunjukan isi chat Revan ke Fanny yang membuatnya bingung.

Kurang lebih 30 menit Bara dan Fanny sampai disebuah Cafe favorit mereka dulu.

"Lo pesen kaya biasa kan?."

"Gak Bar gue kenyang."

"Yaudah minum aja ya masa lo gak mesen sama sekali cuma liatin gue doang."

Mau tak mau Fanny pun menuruti kemauan Bara.

"Gue toilet sebentar." ucap Bara yang dianggukin Fanny.

Selang beberapa menit kepergian Bara pelayan pun datang dengan nampan berisi pesanan Bara dan Fanny.

Fanny yang merasa bosan menunggu Bara pun meminum pesanannya.

"Sorry lama panggilan alam."

"Ck dasar."

"Abis ini balik yuk Bar." ajak Fanny dengan rasa tak nyaman memijat pelipisnya.

"Iya abis ini pulang."

"Stt arkh." lengkuh Fanny

"Lo kenapa Fan sakit?."

"Pusing Bar."

"Yaudah mau pulang?." angguk Fanny yang beranjak dari kursi, Bara yang melihat tingkah aneh Fanny bergegas menangkapnya.

"Fan hey bangun." ucap Bara menepuk-nepuk pipi chubby Fanny.

Tanpa basa-basi Bara mengendong Fanny masuk kedalam mobil melaju dengan kecepatan penuh.

•••

Fanny berkali-kali mengerjapkan matanya mengumpulkan semua kesadarannya rasa pusing yang ia rasakan tadipun masih sedikit terasa.

Ia menatap langit-langit kamar dengan cat warna putih yang baru pertama kali ia lihat.

Fanny pun bergegas beranjak dari tidurnya menampakan sosok Bara yang sedang duduk di sofa.

"Bara." Fanny menautkan alisnya.

"Hmm udah bangun kamu." tanya Bara dengan suara seraknya menghampiri Fanny.

"Ini dimana Bar?." tanya Fanny bingung.

"R A H A S I A." jawab Bara dengan raut wajah yang sulit di artikan.

Dengan perlahan Bara menggengam lengan Fanny dan tangan yang satunya menyentuh pucuk rambut mantan yang masih sangat ia cintai, perlahan turun ke pipi dengan cepat Fanny pun menepis tangan Bara.

"Apa-apaan si lo Bar." bentak Fanny,  Bara pun mendekatkan wajahnya ke telinga Fanny.

"Lo milik gue malam ini."

Bisik Bara yang membuat bulu kuduk Fanny merinding, dengan cepat ia melepaskan genggaman Bara berlari menuju arah pintu namun sialnya pintu pun terkunci.

"Berkali-kali ia mengetuk pintu berteriak berusaha meminta tolong walaupun tak ada satu orang pun yang mendengar.

"Tolong tolong bukain."

"Siapapun yang ad di depan tolong buka."

Brak Brak Brak !!!

"Hahaha." tawa Bara meremehkan.

"Bara plis gue mohon buka."

"Mau apa yang dibuka si sayang." tanya Bara yang semakin mendekat ke arah Fanny.

"Bar gue mohon lepasin gue." ucap Fanny dengan suara yang mulai serak.

"Fan plis gue udah gak bisa nahan ini semua gue gak rela lo sama Revan si brengsek itu."

"Bar aku mohon lepasin aku ya." perlahan air mata Fanny membasahi pipinya.

Bara berkali-kali mencoba mencium bibir ranum Fanny namun gagal karena Fanny yang tak kunjung diam, dengan rasa kesal ia pun menampar Fanny hingga tersungkur ke lantai.

"Kak Revan tolong hiks." tangisan Fanny semakin menjadi-jadi seluruh tubuhnya gemetar, hatinya merasa sakit dimana Revan disaat ia membutuhkan pertolongannya.

"Gak usah banyak bacot si brengsek Revan itu gak akan nolongin lo bitch." ucap Bara menangkup pipi Fanny dengan kencang.

Dengan kasar Bara menarik tangan Fanny melemparkannya me atas ranjang.

"Aww hiks."

"Bar aku mohon jangan Bar."

Dengan rasa amarah dan nafsu yang besar membuat Bara menjadi gelap mata, Bara pun mengikat kedua lengan dan kakinya Fanny dress yang ia pakai dirobek paksa Bara.

Dengan susah payah Fanny menutupi seluruh tubuhnya yang sudah terekspos, perlahan Bara pun mencium setiap inci tubuh Fanny.

"Lo milik gue malam ini."

Happy Reading guys
See You Next Chapter 💜

01 September 2022

REVAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang