LONELY

352 10 0
                                    

Ayara menyerngit, matanya masih sulit untuk terbuka. Ia meraba kasur sebelahnya yang sudah kosong, kemana Edgar pergi?.

Matanya menyipit melirik jam weker yang berada diatas nakas, waktu menunjukkan pukul 08:23 dan tentu saja Edgar sudah pergi kekantor sejak tadi.

"Gue kesiangan", guman Ayara, ia bangun dan mencabut handphonenya yang masih tertancap kabel charger. Membuka room chat dan mengetik pesan pada bar chatnya dengan Edgar.

Ayara menyibak selimut dan kembali meletakkan handphonenya, ia bergegas mandi dan langsung turun untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayara menyibak selimut dan kembali meletakkan handphonenya, ia bergegas mandi dan langsung turun untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Saat ia sampai dimeja makan, benar saja diatas meja panjang itu tersedia beberapa lauk untuknya sarapan. Apakah Edgar melakukan ini semuanya sendiri?, this is too good.

Senyuman terukir dibibir Ayara, ia menarik kursi dan mendaratkan bokongnya diatas kursi tersebut. Tangannya menaut piring dan mulai menyendok satu centong nasi.

Ia mengambil lauk pauk yang telah disiapkan oleh Edgar, ia ingin mencicipkan semuanya. Satu suapan berhasil masuk kedalam mulut Ayara.

Mengunyah makanan dengan begitu menikmatinya, this is not bad. That man really can do anything, ini adalah menu terenak yang menjadi teman sarapannya.

Usai mengisi perut, Ayara pergi untuk mencuci piring serta gelas yang kotor. Berlanjut menyiram tanaman yang berada ditaman samping rumahnya.

Merasa lelah, Ayara duduk diatas ayunan yang berada diatas hamparan rumput hijau segar yang telah ia siram. Udara jam segini masih sangat segar, area rumah Ayara dan Edgar sangat sepi sehingga menciptakan suasana sunyi dihalaman rumahnya.

Raut wajah Ayara berubah menjadi murung, ia merasa kesepian saat Edgar sedang berada dikantor. Ia kembali masuk kedalam rumahnya dan mengambil handphone yang ada didalam kamar.

Ayara menghubungi Lea untuk mengajaknya main dirumah agar tidak merasa kesepian, karena memang sama-sama menganggur. Lea setuju dan segera datang kerumah Ayara.

Sebelumnya Lea ingin membeli beberapa camilan untuk menemaninya dan Ayara nonton karena stok makanan dirumah Ayara sudah habis, ia belum belanja bulanan.

Entah berapa jam lamanya, Lea memencet tombol bel rumah Ayara. Penghuni rumah membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk kedalam.

Lea meletakkan beberapa shopping bag diatas meja yang berisi ciki-ciki serta kue kering didalamnya, tidak lupa dengan minuman kaleng, "Banyak banget lo beli, buat stok bulanan?", ujar Ayara saat melihat deretan shopping bag diatas meja ruang keluarga.

"Kita nonton bisa sampe berjam-jam, jadi buat ngehindarin laper gue beli banyak biar ga usah keluar-keluar lagi", tangannya mengeluarkan isi dari shopping bag yang tadi ia bawa.

Wanita itu menyusun aneka snack dan minuman yang telah ia beli, sungguh. Lea seperti tukang cangcimen, hanya saja kurang box kayu untuk dikalungkan dilehernya.

"Edgar balik jam berapa emang, Yar?", Lea menyantap ciki yang sudah ia buka, padahal film belum saja mulai.

"Paling telat jam 12, dia pulang sesuai moodnya. Jadi ga nentu", Ayara memencet tombol yang ada di remote, film yang telah ia pilih untuk menjadi tontonannya pun mulai berjalan.

"Bos mah bebas ye", ucap Lea.

Keduanya mulai fokus pada film yang sudah berputar, suara dari televisi besar itu ditemani dengan suara kunyahan Ayara dan Lea yang sibuk mengunyah berbagai snack.

3 jam berlalu, kini film sudah berganti dengan genre yang berbeda. Dibawah sofa terdapat berbagai bungkus snack serta kaleng minuman yang sudah kosong.

Snack yang tersedia diatas meja pun sudah mulai berkurang, hingga pada bagian akhir film. Keduanya sudah selsai dengan snack serta minuman-minuman yang mereka buka padahal hanya diminum setengah.

Film berakhir dengan keadaan perut mereka yang sangat kenyang, "Aduh perut gue", Ayara merasakan bega dibagian perutnya.

"Micin semua", Lea menatap bungkus-bungkus makanan yang berhamburan dibawah kakinya.

"Rumah gue udah kaya pembuangan sampah", tangan Ayara bergerak mengumpulkan bungkus snack dan memasukkannya kedalam shopping bag yang akan ia buang.

Lea ikut membantu Ayara untuk membersihkan semuanya, jam menunjukkan pukul 11:47. Lea terpekik saat ingat ia harus menjemput keponakannya disekolah, "Aduh gawat, Yar", Lea menepuk keningnya.

Ayara mengangkat alisnya, "Gawat kenapa?", tanyanya bingung.

"Gue harus jemput keponakan gue, bisa abis diomelin Kakak gue kalo telat jemput", dengan panik, ia memasukan barang-barangnya kedalam tas, "Gue duluan gapapa ya?, udah mau jam 12 soalnya", ucapnya dengan tak enak.

"Iya gapapa, Le. Gue bisa beresin sendiri kok, lo mending buruan jemput Cio", ucap Ayara.

"Aduh, gue ga enak banget sama lo", wajah panik Lea sangat tak enak untuk dipandang.

"Yaelah, kaya sama siapa aja. Udah buruan jemput Cio, dari pada nanti lo disemprot sama Kak Lena", ucap Ayara dengan sedikit menakut-nakuti.

"Y-yaudah, gue duluan ya. Muach, bye sayang", Lea melenggang keluar rumah meninggalkan Ayara yang masih membereskan sisa sampah snacknya.

20 menit berlalu dan akhirnya Ayara selsai membereskan semuanya, ia merehatkan badannya diatas sofa. Ayara kembali merasakan kesunyian didalam rumahnya.

Ia butuh sesuatu untuk menemaninya saat sedang ditinggal Edgar, apa yang bisa menemani dan menghilangkan rasa bosannya saat sendiri?.

"Kayanya punya kucing seru deh?, apa gue melihara kucing aja ya?", gumam Ayara, "Boleh juga", kepalanya mengangguk-angguk.

•÷•

Edgar baru saja sampai dirumah, ia langsung menuju kamar dan mengernyit saat melihat Ayara yang masih sibuk dengan handphonenya, "Ay, kok belum tidur?", Edgar menghampiri wanita itu dan duduk disebelahnya.

"Kak, gue boleh melihara kucing ga buat nemenin kalo lo lagi kantor. Gue kesepian banget dirumah", ucap Ayara.

"Boleh, emang kamu mau kucing kaya gimana?", tanya Edgar.

Dengan semangat, Ayara memperlihatkan layar handphonenya yang menampilkan foto-foto kucing lucu yang telah ia searching.

Edgar melihat foto kucing dengan bulu berwarna putih yang tertampil pada layar handphone Ayara, "Kucingnya sama kaya punyanya Arkan, besok kita pinjem kucing Arkan dulu ya buat nemenin kamu?. Pulang kerja nanti aku ke pet shop buat beli kucing yang kamu mau".

"Emang boleh sama Kak Arkanza?", tanya Ayara.

"Pasti boleh, sekarang tidur ya?, udah larut. Saya mau bersih-bersih dulu", Edgar mengelus pucuk rambut Ayara dan berjalan memasuki kamar mandi.

EDGAR WITH AYARA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang