WHO'S HE

65 4 0
                                    

"Gar, ini pes-", ucapan Arkanza terpotong karena Lino menerobos sambil memperlihatkan layar handphonenya kehadapan Edgar dengan tidak sabaran.

"Gar, Gar, Gar. Lo liat ini", Lino memperlihatkan layar handphonenya dengan jelas.

Mata Edgar menyipit, keningnya menyerngit, "Ay-Ayara?", gumannya, "Ayara sama siapa?", Edgar menatap kedua temannya bergantian menuntut jawaban dari pertanyaanya.

Lino dan Arkanza saling pandang, "Loh, lo ga tau?. Gue kira itu Ayara sama sepupunya", ucap Arkanza.

Edgar menggeleng kuat, "Ayara ga punya sepupu cowo, setau gue juga keluarga besar Ayara gada yang tinggal disini. Semuanya di Bandung".

"Nah!, bener kan kata gue. Pasti ini--emm!!!!", mulut Lino dibekam kuat oleh Arkanza agar lelaki itu tak berbicara lebih lanjut.

"Temennya kali, Gar?", Arkanza berusaha membuat fikiran Edgar tetap positif.

Edgar tertawa miris, "Ga mungkin temen sampe gusar-gusar kepala", ia berdiri, tangannya merapihkan semua barang yang masih tergeletak diatas meja kerjanya.

"Lo mau kemana?", tanya Arkanza.

"Balik", Edgar bergegas keluar dari ruangan kerja miliknya meninggalkan kedua temannya yang menatapnya dengan khawatir.

Arkanza terduduk dikursi kerja milik Edgar, "Masa si Ayara begitu?", tanyanya heran.

"Ya bisa aja, Ar. Wajah polos seseorang ga ngejamin sifatnya juga polos", jawab Lino.

"Gue takut Edgar ketempat itu lagi, No. Lo tau kan kalo dia lagi kesel ga pernah mau ngungkapin, dia lebih milih dipendam dan akhirnya nyiksa diri dia sendiri", Arkanza, menatap Lino dengan tatapan entah apa.

Lino terdiam, ingatannya kembali dimana pada saat Edgar sedang kesal karena ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Lelaki itu memedam semuanya sehingga menyiksa dirinya sendiri.

Untuk melampiaskan semua, Edgar pergi kesuatu tempat dimana hanya Edgar, Arkanza dan Lino yang tau.

---

*Image of a photo taken by Lino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Image of a photo taken by Lino.

•÷•

Edgar sampai didepan rumahnya, ia merogoh saku jas yang ia kenakan dan mengambil handphone yang sedari tadi berisik menganggu.

Edgar sampai didepan rumahnya, ia merogoh saku jas yang ia kenakan dan mengambil handphone yang sedari tadi berisik menganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lekaki itu menarik sudut bibirnya, "They think i'm crazy", gumamnya, membuka pintu utama dan masuk kedalam.

Suasana dalam rumah benar-benar sepi, biasanya saat Edgar pulang dari kantor ia langsung melihat Ayara yang sedang duduk santai menunggunya diatas sofa sambil menonton film.

Edgar mengistirahatkan tubuh diatas sofa, senyuman miris tampak pada bibirnya, "It's still fun to play", gumamnya.

"Apa cowo itu yang kemarin ngobrol sama Ayara waktu di pasar malam?", gumamnya lagi, mengingat wajah lelaki yang pada saat dirinya dan Ayara pergi kepasar malam.

Sayangnya karena pencahayaan yang redup, wajah lelaki itu tak terlalu jelas terlihat. Jadi Edgar tidak yakin bahwa itu orangnya, namun setahunya. Sepupu Ayara tidak ada yang tinggal dijakarta, jadi siapa lelaki itu?.

Edgar menoleh ke arah pintu saat mendengar suara decitan saat pintu didorong, dibalik pintu besar tersebut mendapat wanita yang Edgar tunggu-tunggu untuk dimintai keterangan.

"Kak..", ucap wanita itu, ia diam membantu menatap Edgar yang menoleh dari sofa.

Lelaki itu tersenyum simpul, ia bangkit dan melangkah menghampiri Ayara yang diam berdiri diambang pintu, "Baru pulang sayang?, abis dari mana?", tanyanya basa basi.

"A-aku...aku..aku abis dari rumah Lea, Kak. Tadi Mamanya Lea ngundang aku buat nyobain puding buatanya", ucapnya dengan kosong, ia tersenyum kikuk enggan menatap mata tajam milik Edgar.

Edgar terkekeh pelan, "Since when are you good at lying with me?".

Alis Ayara menyatu, "M-maksud Kakak?".

Tangan Edgar terangkat memperlihatkan foto yang Lino perlihatkan kepadanya tadi, entah ia mendapat foto itu dari mana, "Who is that boy?, pacar kamu?".

Ayara menggeleng keras, "Ga lah gila, dia bukan siapa-siapa gue Kak. Kita cuma temenan", ucapnya berusaha meyakinkan.

"Okay, friend", Edgar mengangguk-angguk dan tersenyum simpul, ia melangkah meninggalkan Ayara namun wanita itu langsung mengejarnya.

"Kak, plis. Dia bukan siapa-siapa, itu Vano. Temen kecil gue, dia baru aja pulang dari Australia dan sekarang kita cuma ketemu buat tanya-tanya kabar, only that", wanita itu menggenggam erat tangan Edgar, pria itu melepaskan genggaman Ayara dari tangannya.

"Asking each other how are you doing by shaking your head?", Edgar kembali melangkah, tak memperdulikan Ayara yang kini keadaan matanya sudah basah.

Ayara tak pantang menyerah, ia terus memberikan penjelasan kepada Edgar walaupun pria itu tak percaya dengan apapun yang ia katakan. Keduanya kini sudah berada didalam kamar dengan posisi Edgar yang duduk ditepi kasur dan Ayara yang berdiri dihadapan Edgar dengan terisak.

"Kak...please believe me...", lirih Ayara.

Edgar menghela nafas, ia menarik tubuh Ayara hingga wanita itu terjatuh diatas kasur. Edgar mengukung tubuh wanitanya dari atas, menempelkan bibirnya pada bibir ranum Ayara.

Ia menghisap serta melumat bibir Ayara dengan kasar, melampiaskan semua kekesalannya yang terpendam. Itu yang ia lakukan sekarang saat memendam kemarahannya, jika dulu...ia selalu mengonsumsi minuman berakohol serta obat-obatan yang mampu memusnahkan ingatannya.

Edgar telah puas dengan bibir Ayara, wanita itu tak memberontak, tautan bibir terlepas dengan nafas dari keduanya yang terengah-engah, "Listen to me", Edgar membawa mata Ayara untuk melawan tatapannya.

"I don't like seeing my woman being touched by other people, I'm jealous of Ayara. You are mine, shouldn't you go with him, don't you think about my feelings?", Edgar menatap mata basah Ayara dari atas wanita itu.

"Kak..gue ga bermaksud ga ngehargai perasaan lo. I really have nothing with him, he just touched my head Kak", isakan Ayara menyurut.

Edgar memijat pelipisnya, ia turun dari atas wanita itu dan kembali duduk dipinggir kasur, "Seringan apapun yang ia sentuh saya tetap tidak suka Ayara, kamu milik saya. Hanya saya".

Ayara bangkit dan mensejajarkan posisinya dengan Edgar, ia menghadap lelakinya. Kedua tangannya mengusap lembut pipi Edgar, "I know that, I know I was wrong. Please forgive me".

Edgar menghela nafas, ia menghadap Ayara dan menghapus jejak air yang membasahi pipi cantik wanitanya, "Never do it again or I won't forgive you".

"Iya Kak, gue janji sama lo", Ayara tersenyum.

"Sorry...can i repeat what i did earlier?...", tanya Edgar pelan.

Alis wanita itu terangkat, tak mengerti apa yang Edgar katakan, "What?", Edgar menunjuk bibir Ayara dan bibirnya. Wanita itu terkekeh gemas, "Whenever you want".

Mendengar perkataan Ayara, Edgar kembali menautkan kedua buah bibirnya. Menyalurkan semua yang ia rasakan didalam lumatan yang ia berikan terhadap bibir Ayara.

EDGAR WITH AYARA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang