MELBOURNE

50 3 1
                                    

Ayara duduk diatas sofa dengan wajahnya yang tampak sedih, disampingnya telah siap beberapa koper yang akan ia bawa ke bandara.

Edgar tersenyum dan menghampiri wanitanya, ia berjongkok dihadapan Ayara dengan tangannya yang mengusap punggung tangan Ayara dengan lembut, "Honey, why do you look sad?, bukannya kamu ingin liburan hm?".

"Iya, tapi liburannya gada Kakak", bibir Ayara menekuk.

"Kan nanti saya nyusul kamu, hanya tiga hari. Usai semua saya langsung ke Melbourne menyusul kamu, okay?", Ayara mengangguk, "Yasudah, sekarang kita berangkat ke bandara ya?. Pesat kamu akan terbang beberapa menit lagi", berhasil membujuk Ayara, Edgar langsung mengajak wanitanya menuju kebandara karena beberapa menit lagi pesawatnya akan berangkat.

Disetiap perjalanan didalam mobil, Ayara terus saja menekuk bibirnya. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang sekali kedipan mata langsung terjun membasahi pipi.

Memasuki bandara dan melangkah ke area penerbangan, untung saja mereka datang tepat waktu karena 10 menit lagi pesawat akan berangkat, "Kamu masuk gih, pesawatnya udah mau berangkat", ucap Edgar.

Wanita itu memeluk erat tubuh Edgar dengan air mata yang sudah tak tertampung, "Kakak janji akan nyusul aku ya?, kalo engga. Aku ga mau ketemu Kakak sampai kapan pun!".

Edgar terkekeh, "Serem banget ancamannya, iya sayang. Kakak janji akan nyusul kamu", Edgar membersihkan jejak air mata Ayara, "Sekarang masuk ya?, penerbangan sebentar lagi".

Ayara mengangguk dan membenahkan keadaannya, "Dadah Kak, aku berangkat".

Edgar tersenyum dan berdadah kecil, Ayara telah masuk kedalam pesawat dan tak lama pesawat pun berangkat. Usai dari bandara Edgar langsung menuju kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.

Disaat ia sedang sibuk dengan tumpukan berkas, Lino dan Arkanza masuk kedalam ruangan, "Gar, Ayara udah berangkat?", tanya Lino yang langsung duduk pada kursi yang ada didepan meja karja Edgar.

"Udah, satu jam yang lalu pesawatnya berangkat", ucapnya tanpa teralih dari laptop.

"Lo beneran bakal nyusul dia kan?", tanya Arkanza.

"Ya iya lah, gue juga ga bakal ngebiarin Ayara sendiri disana", ucap Edgar tak santai.

Lino tersenyum tengil, "Kalo kata gue si hati-hati aja ya, takutnya Ayara kepincut ABG Australia".

Edgar beralih dari laptopnya, menatap Lino dengan tajam. Temannya itu langsung menunduk takut, "Lanjut kerja atau gue pec-".

Lino dan Arkanza gerasak gerusuk keluar dari ruangan Edgar dan kembali bekerja sebelum kalimat menyeramkan keluar dari mulut Edgar.

•÷•

Ayara terbangun dari kasur apartemennya, ia benar-benar merasa lelah akibat perjalanan yang begitu lama. Udara Australia sangat segar dipagi hari, Ayara turun untuk membuat sarapan.

Ia membuat sandwich favoritnya, hanya itu yang bisa ia buat saat ini karena ia belum membeli bahan makanan, "Kak Edgar lagi apa ya?, perbedaan waktu antara Indonesia sama Australia berapa jam si?", gumamnya bertanya pada diri sendiri.

"Chat aja deh, dari pada penasaran. Sekalian ngasih pap, hihi", Ayara memotret dirinya yang belum mandi dan sedang memakan sandwich.

Foto itu ia kirimkan untuk Edgar dengan beberapa pesan pertanyaan beruntun darinya.

(no need to look at the clock).

(no need to look at the clock)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayara mengehela nafas, ternyata handphone Edgar sedang tidak aktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayara mengehela nafas, ternyata handphone Edgar sedang tidak aktif. Ayara bangkit dari tempat tidur dan membersihkan tubuhnya bersiap untuk melihat suasan Melbourne dipagi hari.

Usai bersiap, Ayara masuk kedalam lift untuk kelantai bawah, ia terus melangkah hingga menampilkan suasana kota Melbourne yang begitu ramai oleh penduduknya.

Walau sudah agak siang, udaranya masih begitu sejuk dengan sinar matahari yang hangat. Ayara melangkah berjalan diatas trotoar melewati berbagai gedung tinggi, kedai-kedai, serta gedung perkantoran.

Kota itu terlihat begitu sibuk, Ayara berhenti pada sebuah toko roti yang ada disisi kota. Ia masuk dan membeli beberapa roti untuk makan siangnya nanti, usai membeli.

Ayara duduk sejenak dikursi yang ada dipinggir kota, melihat mobil yang bergerak dari dua arah. Mata Ayara langsung berbinar saat melihat sebuah pedagang es krim dipinggir jalan.

Ia melangkah dengan cepat untuk membeli es krim tersebut, "Excuse me sir, i want vanilla ice cream", ucap Ayara kepada pedagang es krim tersebut.

"Alright, here's your ice cream", pedagang yang sudah terlihat baya itu menyodorkan es krim vanilla pesanan Ayara.

"Thank you sir", Ayara menyodorkan uang untuk membayar, ia menjilat es krim ditangannya. Teksturnya terasa berbeda dengan es krim yang ada di Indonesia.

Usai mengabis kan es krim, Ayara melanjutkan perjalanannya. Ia melihat kolam ikan besar yang ada ditengah kota, disana terlihat beberapa penduduk yang sedang memberikan makanan kepada ikan-ikan dengan roti tawar.

Keadaan begitu ramai, terlebih dengan anak kecil yang bermain dengan burung-burung merpati yang turun mencari makan. Ayara tersenyum melihat suasana yang begitu hangat.

Ia melangkah lebih dekat dengan kolam dan memberikan ikan tersebut dengan roti tawar yang tadi ia beli, segerombolan ikan menghampiri dan memakan roti yang ditabur oleh Ayara. Wanita itu terlihat sangat senang.

Mata Ayara menoleh kepada seorang wanita yang sedang duduk dengan meminum kopi hangat pada kursi yang menyatu dengan kolam ikan, wajah wanita itu begitu familiar bagi Ayara.

Matanya menyipit untuk memastikan bahwa ia tak salah melihat wajah wanita itu, pandangannya langsung beralih saat seorang anak kecil merogoh bungkus rotinya dan menaburkannya ke kolam ikan.

Anak laki-laki dengan mata yang indah dan wajah lucunya mendongak menatap Ayara, Ayara menunduk dan tersenyum. Ia berjongkok menyamakan posisinya dengan anak itu, "Hi, where are you from?, where are your parents?".

Anak laki-laki itu menunjuk wanita baya namun masih terlihat begitu cantik dan gaya yang glamor, "That's my mom", cicit anak itu.

Ayara mengikuti arah yang ditunjuk jari kecil pria kecil itu, "Ahh okay".

"Eumm, can i ask your bread to feed the fish?", tanya anak itu, Ayara tersenyum dan mengangguk.

"Of course, this. Please take what you like", Ayara menyodorkan bungkus roti ditangannya agar anak itu bisa dengan mudah mengambil.

Anak itu tersenyum lucu, tangan kecilnya memilin roti dan menaburkannya ke kolam. Ikan-ikan mulai menghampiri dan memakan roti yang basah terkena air, selain pakan ikan, para pengunjung juga boleh memberi makan dengan roti tawar, itu tertulis pada sebuah kertas print yang tertempel pada sisi kolam.

Mata Ayara kembali melihat arah dimana wanita sebelumnya berada, wanita itu sudah pergi. Apakah Ayara hanya salah lihat?.

EDGAR WITH AYARA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang