Ayara terlihat begitu gelisah, Edgar sama sekali tidak membalas pesannya yang kemarin serta yang hari ini. Sungguh, Ayara benar-benar cemas.
Untuk mendapatkan kabar tentang Edgar, Ayara memilih untuk menghubungi Arkanza. Telfon tersambung dan Ayara langsung membanjiri Arkanza dengan berbagai pertanyaan mengenai Edgar.
"Halo Kak, ini Ayara. Apa Kakak tau sekarang Kak Edgar ada dimana?, dia baik-baik aja kan Kak?, gue cemas banget karena dari kemarin pesan gue belum dibales bahkan dibaca", ucapnya dengan satu tarikan nafas.
Ayara mendengarkan jawaban dari semua pertanyaannya kepada Arkanza, raut wajahnya seperti kecewa dengan jawaban dari Arkanza. Respon pria itu tak membuat hati Ayara menjadi tenang, bahkan malah menjadi gelisah.
"Eum, yaudah kalo gitu Kak. Gue minta tolong buat liat keadaan Kak Edgar dirumah ya?, kalo handphone Kak Edgar belum bisa aktif, Kakak chat aku aja", ucapnya, "Oke Kak terimakasih", Ayara mematikan sambungan telfon.
"Ck, Kak Edgar kemana si. Dari kemarin gada ngasih kabar sama sekali, kemarin kenapa dia ga masuk kantor coba?", tanyanya pada diri sendiri, "Apa Kak Edgar kenapa-kenapa?", gumamnya, ia khawatir hingga menggigiti kuku tangannya.
"Ga biasanya Kak Edgar kaya gini", ucapnya gelisah, ia memeriksa room chatnya namun sama sekali tidak ada balasan serta tanda telah dibaca oleh Edgar.
Kemana pria ini sebenarnya?, seharusnya ia mengabari Ayara agar wanita itu tidak cemas dan menjadi beban pikirannya.
•÷•
Pagi hari di kota Melbourne telah tiba, Ayara mengusap matanya dan perlahan ia buka. Ia melirik benda pipih yang ada dibelahnya, tidak ada notifikasi apapun dari lock screen handphone.
Ia membuka wattsapp, pesannya sama sekali tidak dibaca oleh Edgar. Bahkan hanya centang satu, Ayara benar-benar bingung dan khawatir.
Arkanza juga belum mengabarkannya perihal keadaan Edgar, ia turun dari kasur dan masuk kedalam kamar mandi. Ayara bersiap untuk mencari sarapan diluar.
Perutnya benar-benar lapar, semalam ia tak makan karena khawatir dengan Edgar. Ia juga tidur larut menunggu jawaban dari Edgar.
Ayara masuk kedalam restoran dan memilih duduk yang bersandar dengan dinding, ia memanggil pelayan dan memesan pesanannya. Ia menunggu pesanannya tiba hingga matanya tertuju pada laki-laki dan perempuan yang duduk dilongkap ke 2 dari mejanya.
Ia menyerngit, "L-Lea?, V-Vano?", gumamnya, kedua manusia yang ia lihat benar-benar mirip dengan temannya. Keduanya terlihat sangat bahagia dan mesra, wanita itu menyuapkan lelakinya sesuap makanan milik pesanannya.
Ayara tidak begitu yakin, apakah itu benar-benar Lea dan Vano?. Jika iya, berarti wanita yang ia lihat saat dikolam ikan itu benar-benar Lea, ya!. Ayara tidak mungkin salah.
Wanita itu menyadari bahwa dirinya sedang dipandang, wajahnya tampak terkejut saat melihat Ayara, "Ayara..", gumam wanita itu, lelakinya ikut menoleh.
Kini raut wajah keduanya sama saat melihat Ayara, "Ayara?", ucap lelaki itu.
Ayara menghampiri keduanya untuk memastikan, "Lea?, Vano?. Ini beneran kalian?", ucapnya tak percaya.
Kedua manusia itu mengangguk kompak dengan wajah yang masih kaget, "Yar, l-lo ngapain disini?", ucap Lea.
"Loh, gue yang harusnya nanya, Vin?. Lo ngapain disini?", Ayara menatap Vino.
Vino menghela nafas, "Karena kantor gue lagi libur, jadi gue ke kota buat liburan. Kalo Lea, dia tinggal dikota ini, rumahnya ga jauh dari restoran ini", jelas Vano.
"Kok kalian bisa berdua?", Ayara melirik Lea dan Vano secara bergantian.
Kedua manusia itu saling pandang, Lea menghela nafas. Ia berdiri untuk menarik satu kursi dari meja lain dan ditempatkan disebelahnya, "Lo duduk dulu, biar gue jelasin semuanya", Ayara menurut.
"Gue... sama Vano udah jadian", ucapnya, Ayara tampak terkejut saat mendengarnya, "Vano dan Bokap gue ternyata satu kantor, waktu gue ikut Bokap buat lihat-lihat kantornya. Gue ketemu Vano didepan gadung kantor, awalnya gue juga kaget pas liat dia".
"Sampe akhirnya, gue sama Vano sering jalan. Waktu itu gue sama Vano udah liat lo, dikolam ikan. Gue lagi duduk dipinggir kolam buat nungguin Vano, waktu Vano sampe. Dia ngeliat lo lagi kasih makan ikan disana, jadi... Vano nyuruh gue buat pindah dari situ".
"Oh woww, kalian udah jadian?", tanya dengan ceria, "Selamat yaa, semoga langgeng", Ayara menjaba tangan Lea dan Vano secara bergantian.
Alis Lea dan Vano terangkat, mereka mengira bahwa Ayara akan marah?, "Makasih, Yar", ucap Vano, Ayara mengangguk.
"Lo kesini sendiri?, Kak Edgar?", Lea menatap Ayara.
Ayara mengerutkan bibirnya, "Gue juga ga tau, Le. Dari semalem Kak Edgar gada kabar sama sekali, gue jadi khawatir sama dia", Ayara memainkan jarinya.
"Lo ga usah khawatir, Yar", Lea mengelus punggung Ayara, "Gue yakin Kak Edgar baik-baik aja, mungkin sekarang dia lagi didalam perjalan?. Bisa jadi kan kalo dia mau bikin surprise buat lo?".
"Iya bener, gue jamin Kak Edgar baik-baik aja. Lo ga usah sedih", Vano ikut menenangkan.
Ayara tersenyum, seorang pelayan datang ketempat Ayara yang sebelumnya, "Where did this person go", ucap pelayan itu bingung.
Lea menyadari dan terkekeh, "Sir, the person moved here", ia mengangkat tangannya.
Vano dan Ayara menoleh, mereka terkekeh melihat wajah pelayan yang kebingungan, "Gosh, I thought it was gone", pelayan itu terkekeh pelan, ia menata makanan Ayara diatas meja.
"Sorry to confuse, thank you Sir", ucap Ayara.
Pelayan itu tersenyum, "Please enjoy", pelayan itu kembali ke tempatnya.
Ayara, Lea dan Vano menikmati hidangan diatas meja. Ayara melirik handphonenya saat dering pesan berbunyi, ia tersedak usai membaca notifikasi dari lock screen.
Vano menyodorkan segelas air putih untuk Ayara dan wanita itu meneguknya, "Kenapa, Yar?", tanya Lea khawatir.
"Kak Edgar, dia udah dijalan dan nanti malam sampe", mendengar perkataan Ayara, Lea dan Vano tersenyum.
"Kan, pasti Kak Edgar nyusul lo", ucap Lea, Ayara mengangguk dan tersenyum.