Edgar menyerngit saat mendapatkan kasur disebelahnya kosong, ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk diatas kasur. Diam sejenak guna mengumpulkan nyawa yang masih setengah sadar.
Ia bangun dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, usai mandi Edgar mengenakan pakaian kantornya yang menghampiri Ayara yang sedang sibuk berperang didapur.
Edgar melangkah menghampiri wanita cantik itu, rambutnya tergerai bebas bergerak kesana-kemari mengikuti pergerakan sang empu. Edgar tersenyum, ia memeluk Ayara dari belakang.
Wanita itu terkejut saat mendapatkan tangan kekar Edgar yang melingkar cantik dipinggangnya, Ayara memutar tubuh menjadi menghadap sang lelaki, "Kak?, lo mau kekantor?. Emang udah mendingan?", tanyanya.
Edgar menaut garet gelang yang tergantung disamping gelas, ia kumpulkan semua rambut Ayara dan mengingatkan menjulang keatas.
Ayara memegang rambut yang diikat oleh Edgar, "Kaya jarjit ih", kekehnya pelan, Edgat ikut terkekeh.
"Saya sudah merasa baikan, saya harus kembali kekantor. Kasian Arkanza sama Lino", ucap Edgar membenarkan kunciran pada rambut Ayara.
"Yaudah, lo tunggu dimeja makan ya. Makanannya udah mau mateng nih", Ayara kembali mengaduk makanan yang sedang dimasak.
"Iya sayang", Edgar mengecup pipi Ayara lalu duduk dikursi makan menunggu makanan dihidangkan oleh Ayara.
•÷•
Ayara merasa bosan, ia memilih untuk melihay Snowie yang sudah lama sekali tidak ia lihat. Namun saat sampai didepan kandang kucing itu, kadangnya kosong, kemana kucingnya pergi?.
"Snowie..", Ayara melirik halaman rumahnya, kosong. Ia melangkah mengelilingi halam rumah dengan mulutnya yang terus memanggil nama kucing peliharaannya.
Ayara mulai gusar, sudah sampai halaman belakang tetap saja tak ketemu, "Snowie kemana ya?", Ayara berdecak pinggang.
Ia melangkah keluar rumah dan tak lupa menutup pintu serta gerbang rumahnya, Ayara mengitari perumahan. Kesana kemari mencari kucing kesayangannya, terlalu fokus mencari.
Ayara tak menyadari adanya lubang didepan hingga kakinya masuk kedalam sana, beruntung lubang itu tak dalam, "Aduhh...", rintihnya, lututnya memarndan sedikit mengeluarkan darah akibat terkena batu kecil yang tajam.
Wanita itu bangkit dan sedikit membersikan lututnya, berjalan sedikit pincang lanjut mencari kucing peliharaan. Ayara sampai pada taman perumahan sebelah, ia melihat seorang anak kecil laki-laki yang sedang duduk dipinggir trotoar taman.
Ia menghampiri anak kecil itu, ah ternyata itu Cio, keponakan dari Lea, "Cio", panggilnya, anak kecil itu menoleh.
"Aunty Ayara", ucap anak itu sumringah.
Ayara duduk disamping anak laki-laki itu, "Kamu ngapain disini?", matanya melirik sekitar mencari seseorang yang mungkin bersama dengan anak ini, "Aunty Lea atau Mama kamu mana?".
Kepala Cio menggeleng dengan mulut kecilnya yang cemberut, "Cio kabur dari rumah Aunty, Cio males sama Mama. Dimarahin terus, padahal Cio cuma mau main", ucap anak itu.
Ayara tersenyum, ia mengelus lembut pipi Cio, "Cio..Mama kamu marah berarti dia sayang sama Cio. Kamu boleh main tapi ada waktunya", ucap Ayara dengan lembut.
Tiba-tiba saja, terdengar suara teriakan yang memanggil-manggil nama Cio, hingga seorang perempuan yang seumuran dengan Ayara menghampiri keduanya, "Aduh Cio...kamu kemana aja si?, Aunty udah pusing nyari kamu kemana-mana. Mama kamu nyariin tuh".
"Sabar Le, ngomong sama anak kecil harus lembut", ucap Ayara, "Cio pulang sama Aunty Lea ya?, tuh Mama kamu nyariin", Cio mengangguk.
"Ayo Aunty, kita pulang", Cio berdiri dan mendekati Lea.
Lea tersenyum dan mengangguk, matanya tersadar pada luka yang ada di lutut Ayara, juga bekas luka yang ada di telapak tangan sahabatnya itu, "Lutut lo kenapa Yar?, telapak tangan lo juga?. kak Edgar ga KDRT kan?".
Ayara bediri dan menyesuaikan posisinya dengan Lea, "Ya engga lah, ini tadi gue jatoh dilubang yang ada disana. Kalo ini kena potongan kaca yang dijatohin Snowie".
"Snowie siapa?", tanya Lea tak familiar dengan nama itu.
"Kucing gue, gue nyari dari tadi gada. Kemana ya", Ayara melihat sekitar taman.
"Wah, Aunty Ayara punya kucing?. Cio mau liat kucingnya Aunty", ucap Cio.
"Iya sayang, nanti main kerumah Aunty ya kalo kucingnya udah ketemu", Ayara menggusar rambut anak itu.
"Yaudah Yar, gue sama Cio duluan ya. Nyokapnya Cio udah nyariin", Lea menggandeng tangan kecil Cio.
"Iya", Ayara tersenyum dan berdadah kepada Cio. Setelah Lea dan Cio pergi, Ayara kembali mencari hingga ujung taman.
•÷•
"Assalamualaikum, Ayara?", Edgar masuk kedalam rumah dan meletakkan tas kerjanya diatas sofa ruang tengah, matanya mencari-cari wanita tercintanya.
"AYARA", suara Edgar menggema kesudut rumah.
"DIKAMAR", kini suara wanita yang ia cari terdengar dari ruang yang ada dilantai dua.
Edgar tersenyum mendongak menatap pintu kamarnya dari bawah, ia berlari menaiki tangga dan masuk kedalam kamar. Edgar langsung diam mematung saat melihat memar pada lutut Ayara.
Pria itu melangkah menghampiri Ayara dan berjongkok didepan Ayara yang duduk dipinggir kasur dengan handphone ditangannya, "Ay, lutut kamu kenapa?", tanyanya khawatir.
Ayara meletakkan handphonenya, "Tadi aku cari Snowie trus jatuh dilubang, Snowie kemana Kak?. Kok aku cari dikandang gada?".
Edgar mengehela nafas, ia mengelus-elus pinggiran memar Ayara, "Snowie saya titipkan dirumah Arkanza, luka kamu udah dibersihkan hm?", Ayara menggeleng, pria itu bangkit dan keluar kamar.
Edgar kembali masuk dengan baskom berisi air dan handuk kecil juga kotak P3K, pri itu kembali berjongkok didepan luka yang ada di lutut Ayara. Edgar membersihkan luka wanitanya dengan air bersih.
Meneteskan obat merah diatas kain kasa dan diusapkan perlahan pada lutut Ayara, "Aw.. pelan-pelan Kak", rintih Ayara yang merasa perih.
"Sorry-sorry, iya saya pelan-pelan", Edgar mengobati luka itu dengan hati-hati, usai mengobati. Edgar meletakan semua peralatan itu diatas nakas kasur.
Ia mengelus lutut Ayara yang tadi ia obati, "Makannya kalo jalan tuh hati-hati, jadi luka kaya gini kan", ucapnya.
"Cuma luka kecil Kak..", Ayara menangkup kedua pipi Edgar, pria itu terkekeh, "Besok ambil Snowie ya?".
Edgar mengangkat sudut bibirnya, "Boleh, on the condition that you obey all my orders and speak softly to me".
"Kalo buat nurut sama lo itu udah dari dulu gue lakuin kan, dan buat berkata lembut. Gue akan ngebiasain dengan aku kamu".
"Promise?", alis Edgar terangkat.
"JANJI!", ucap Ayara lantang, pria itu tersenyum dan mengetuk pipinya. Ayara pun mendaratkan ciuman diatas pipi Edgar.