"ASSALAMUALAIKUM", pekik Lino dari luar rumah.
Arkanza yang berada disamping Lino merasakan pengangnya telinga karena pekikan Lino yang begitu besar, "Lo mau namu dirumah orang atau mau ngajak ribut?", ia melirik sinis manjsia disebelahnya.
Lino terkekeh, "Edgar kan budeg, jadi harus yang kenceng salamnya biar ke dengeran".
Arkanza memencet tombol bel, 15 menit kemudian penghuni rumah membuka pintu dan memasang wajah terkejut saat melihat dua orang yang berdiri didepan rumahnya seakan melihat hantu.
"Kalian ngapain kesini?", alis Edgar menyatu.
"Orang mau silaturahmi emang ga boleh?", tanya Lino dengan nyolot.
"Kalo tamunya kaya lo si ga boleh", Edgar dan Arkanza terkekeh.
"Ini, Gar. Gue sama Lino mau jengukin istri lo, sekalian mau liat kucing lo", ucap Arkanza, Edgar mengangguk dan mempersilahkan dirinya juga Lino masuk kedalam.
Ketiganya melangkah menuju ruang keluarga dimana Ayara duduk didepan TV, wanita itu langsung mengubah posisinya saat melihat Arkanza dan Lino, "Eh, Kak", ucapnya canggung.
Edgar duduk disamping Ayara sedangkan Lino dan Arkanza duduk disofa samping, Arkanza meletakkan paper bag yang entah apa isinya, "Ini, Yar. Buat lo nyemil".
"Repot-repot banget, Kak. Makasih ya", lelaki itu mengangguk.
"Gimana tangan lo, Yar?. Lukanya gede?", Lino memperhatikan tangan kanan Ayara yang dibalut oleh perban.
Ayara tersenyum, "Gapapa kok Kak, cuma robek dikit-".
"Robek dikit apa?, orang dari perbatasan jari sampe pergelangan tangan, untung ga kena urat nadi kamu", Edgar langsung menyambar membuat Ayara meliriknya dengan sinis, ia menganggap lelaki itu terlalu berlebihan.
Arkanza dan Lino dibuat ngilu saat mendengarnya, lelaki yang menjadi Papihnya Layla itu melirik dinding ruang tamu yang sebelumnya tergantung cermin besar. Benar saja benda itu sudah tidak ada ditempatnya.
"Kok kucing lo bisa naik keatas lemari si?, lemarinya kan tinggi banget?", tanya Arkanza heran.
"Gue juga ga tau Kak, pas lagi main-main Snowie loncat sampe keatas. Gue berusaha buat ngambil dia tapi Snowie langsung terjun bebas dan akhirnya nyenggol cermin", Ayara menceritakan kronologi kemarin siang.
"Boleh liat kucing lo?", Arkanza melirik Ayara dan Edgar secara bergantian.
Edgar mengangguk, ia bangkit dari duduknya mengantarkan Arkanza kekandang kucing miliknya. Sedangkan Ayara dan Lino hanya berdua yang entah membahas apa.
Arkanza melihat Snowie dengan teliti, ia melihat pergerakan Snowie saat ia mencoba mendekatinya. Entahlah, Arkanza seperti psikologi kucing yang mengerti segala hal tentang hewan itu.
Edgar hanya mengerutkan keningnya melihat Arkanza yang sedang berinteraksi dengan kucing peliharaannya itu, "Kucing lo masih agresif banget, Gar".
"Sering-sering lo pegang deh, umur dia masih kecil juga. Jinakin biar bisa anteng kaya Layla", Arkanza menutup kembali pintu kandang Snowie.
"Oke", singkat Edgar yang langsung meninggalkan Arkanza kedalam rumah.
Pria itu mengerutkan bibirnya, sesingkat itu Edgar menjawab perkataannya. Arkanza ikut masuk dan kembali duduk disofa bersamaan Lino dan Ayara.
Temannya yang datang bersama dengannya tadi sedang asik memakan camilan yang diberikan Arkanza untuk Ayara, "Lo gimana si, orang itu buat Ayara malah lo yang makan", Arkanza menoyor kepala Lino hingga sang empu sedikit tersungkur.