Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VANO MAHENDRA
•÷•
Ayara duduk dikursi panjang berwarna putih yang ada disamping stage photo booth menunggu Edgar selsai dari toilet. Karena makanan yang tadi ia beli masih tersisa, ia lanjut memakannya.
Entah karena terlalu asik dengan makanan berasap tersebut, Ayara tak menyadari ada seorang laki-laki yang duduk disebelahnya. Laki-laki itu menatap gemas Ayara yang sedang makan.
Tak lama, Ayara dibuat terkejut saat melihat siapa orang disampingnya, "Hai", sapa laki-laki itu.
Ayara diam membeku, ia tampak tak percaya dengan laki-laki yang kini duduk disampingnya, "L-lo?".
Laki-laki bertubuh jenjang itu tertawa melihat wajah lucu Ayara, jarinya bergerak memencet pelan hidung mancung Ayara, "Iya ini gue, kangen ga?".
Mata Ayara mengerjap, mungkin ia hanya mimpi. Tangannya mencubit pipinya sendiri, sakit. Ia benar-benar tidak mimpi, ia kembali bertemu dengan seseorang yang 5 tahun lamanya tak bertemu dikarenakan laki-laki itu harus pergi ke Australia untuk melanjutkan kuliahnya.
"Van!, lo kapan baliknya???. Kok ga bilang gue si?!", Ayara memukul lengan lelaki itu.
Lelaki yang bernama Vano itu mengusap lengannya yang dipukul lumayan keras oleh Ayara, "Pukukan lo ga berubah ya, sakit", kekehnya, "Gue sengaja ga ngabarin lo biar jadi suprise".
"Gaya lo suprise, suprise. Gila!, udah lama banget kita ga ketemu", Ayara memperlihatkan Vano dari atas sampai bawah, pria itu benar-benar berubah.
Vano terkekeh, "Gimana?, more handsome right?", alisnya naik turun.
"Ga, biasa aja", Ayara membuang pandangannya.
"Lo kesini sama siapa, Ay?", tanya Vano, ia melirik sekitar mencari seseorang yang mungkin datang bersama Ayara.
Ayara berdecak, "Can you stop short my name is, Ay?".
"Kan nama lo emang Ayaraaa", Vano menggusar gemas surai Ayara, "Panggilan waktu kita masih SMA, gue panggil lo Ay dan lo panggil gue Nono", Vano terkekeh mengingat masa-masanya dengan Ayara sewaktu SMA dulu.
"Itukan dulu Van, sekarang-", ucapan Ayara terpotong saat wanita paruh baya yang tak jauh dari tempatnya duduk memekik nama Vano.
Keduanya menoleh, "Eh, nyokap gue udah manggil. Gue duluan ya, nomer lo masih sama kan?".
Ayara mengangguk, "Masih sama, titip salam buat nyokap lo".
"Iya, daahh", Vano mengacak rambut Ayara dengan kekehan kecilnya, Ayara berdecak dan kembali merapihkan rambutnya yang dibuat berantakan oleh Vano.
Ayara menatap Vano dan Mamanya yang sudah melangkah jauh, ia sangat merindukan Vano. 5 tahun lamanya mereka tak bertemu, jika boleh bercerita.
Vano adalah teman Ayara dari SMP, mereka melakukan apapun bersama-sama. Bahkan Vano bisa dibilang sebagai pahlawan bagi Ayara, sewaktu kecil wanita itu selalu saja diganggu oleh anak komplek sebelah saat main ditaman menaiki ayunan.
Melihat temannya diganggu, Vano tak terima dan menolong Ayara dari gangguan anak komplek sebelah. Selain itu, Vano juga selalu membantu Ayara mengerjakan tugas wanita itu saat Ayara merasa kesulitan.
Hingga saat mereka SMA, tampaknya benih cinta telah tumbuh dari keduanya akibat saling bersama dan saling memberi perhatian. Sayangnya kejebak zona teman hingga akhirnya mereka berpisah saat masuk jenjang kuliah.
Vano mendapatkan beasiswa ke Australia, mau tak mau mereka harus berpisah selama 5 tahun. Selama Vano disana, mereka tak lagi saling kontakan.
Sepertinya laki-laki itu telah mengganti kartu ponselnya, dan tadi. Ayara dapat merasakan kembali kejahilan dari seorang Vano, ia rindu. Namun tak bisa berbuat apapun karena sekarang ia sudah memiliki Edgar.
Pria yang usai dengan aktivitasnya ditoilet kembali menghampiri Ayara yang masih menatap laki-laki yang tadi duduk disampingnya, ah..lelaki itu sudah pergi.
Ayara melamun hingga ia terkejut saat Edgar menggerakkan telapak tangan dihadapannya, "Kak!, bikin kaget aja si".
Edgar terkekeh, ia ikut duduk disamping Ayara, "Lagian kamu ngapain bengong si?".
"Engga, siapa yang bengong", sangkalnya, "Lama banget, bosen tau nunggunya".
"Ya maaf, panggilan alam. Yaudah yu, lanjut jalan?", Ayara mengangguk, keduanya kembali berkekeling mengitari luasnya pasar malam.
•÷•
"Le, gue mau cerita", ucap Ayara pada Lea yang ada disebrang sambungan video call.
"Cerita apa?", alis Lea terangkat penasaran.
"Jadi, semalem gue sama Kak Edgar ke pasar malem kan. Terus lo tau ga gue ketemu siapa?", gantungnya.
"Siapa si?, lo kalo cerita jangan disingkat-singkat pekok", geram Lea.
"Gue ketemu Vanoo".
"HAH?!, SUMPAH?. Wah gila, apa kabar tuh anak?, lama banget ga ada kabar ya, kok lo bisa ketemu?", crocos Lea.
Ayara menggeleng, "Gue ga tau, semalem si dia dateng sama nyokapnya. Asli tuh anak berubah drastis banget anjir, sekarang udah ngerti style. Ga pake kaca mata lagiii, rambutnya aja ada modelnya".
"Aslii, jangan sampe lo CLBK ya, Yar. Kasian Kak Edgar".
"Ya engga lah!, gila aja lo. Gini-gini gue setia kali", Ayara mengibaskan rambutnya, besar kepala.
"Halahh, kalo lo setia..lo bakal nunggu Vano pulang ke Indo. Bukannya nikah muda sama Kak Edgar, dari perjodohan ortu lagi", kekeh Lea.
Ayara mengerutkan alisnya kesal, "Heh!, lima tahun tuh lama ya. Lagian gue juga udah ngegebet Kak Edgar pas ikut Bokap keacara kantornya, makannya gue seneng banget pas tau dijodohin sama Kak Edgar".
"Lo udah ngegebet Kak Edgar dari lama tapi dianya engga", Lea tertawa kencang.
"Bodo amat, yang penting sekarang dia bucin tolol sama gue", mata Ayara melirik knop pintu kamarnya yang bergerak, "Eh udah dulu ya, ada Kak Edgar", bisiknya, ia memutuskan sambungan video call secara sepihak.
"Ay, aku dengar dari luar kamu kaya lagi ngobrol. Telfonan sama siapa?", Edg LPar menghampiri Ayara dan duduk disampingnya.
"Sama Lea, Kak", ucapnya.
Edgar mengangguk, "Kerumah Mama yu?, tadi Mama ngechat katanya kangen sama kamu".
"Ayoo, bentar ya mau ganti baju dulu", Edgar mengangguk dan tersenyum.
Sebenarnya ia ingin menanyakan sesuatu kepada Ayara perihal apa yang ia lihat saat dipasar malam kemarin, Edgar melihat Ayara dan Vano saat mengobrol semalam. Edgar melihat pria itu seperti sangat akrab dan dekat dengan Ayara.