22

962 97 2
                                        

    Dini hari di kediaman keluarga Kim, tidak ada aktivitas yang terlihat, jendela tertutup rapat, bahkan lampu masih bersinar terang. Rumah itu sangat sepi tanpa satupun pergerakan dari penghuninya.

    Para tetua di rumah itu sedang berada di lokasi tempat mereka bekerja, dan pembantu yang dipekerjakan akan datang pukul sembilan. Kim Hyunjin yang masih SMA pun kalang kabut karena lupa memasang alarm, biasanya Hongjoong akan membangunkannya, tapi kali ini tidak ada yang membasahi wajahnya dengan air.

   Setelah siap dengan seragam dan tas yang ia gendong, Hyunjin berjalan cepat menuju kamar kakaknya. "Pasti masih tidur," gerutunya.

   Pintu yang terbuat dari kayu jati itu ia buka dengan kasar, tidak peduli jika kakaknya akan marah. Ia bersiap dengan ocehan yang akan dikeluarkan, tapi sialnya orang yang dicari tidak ada di tempat. Tempat tidur telah rapi, dan lemari pakaian terbuka sedikit. Kim Hongjoong pergi tanpa pamit.

    Hyunjin sudah biasa dengan sikap Hongjoong yang semaunya sendiri, tapi bagaimanapun lelaki itu akan mengantar Hyunjin ke sekolah sebelum melakukan kegiatannya sendiri. Hyunjin mulai menelepon Hongjoong, anehnya ia mendengar dering dari sudut kasur; ponsel Hongjoong.

    Anak gadis itu mulai frustasi dan kebingungan, rasa cemas kepada kakaknya lebih besar dari kecemasannya karena terlambat sekolah. Ia tahu PTSD Hongjoong sering kambuh, apalagi semalam Hongjoong baru pulang dari tempat Mingi.

"Ah! Kak Mingi!," dengan cepat ia mencari kontak Mingi dan menghubungi pria jangkung itu.

Telepon terjawab.

"Halo Kak,  Bang Hongjoong sama Kakak, nggak?, " tanyanya terburu-buru.

"Nggak tuh," Mingi merasakan ada yang ganjal, "Hongjoong hilang ya?"

"Iya, Kak. Aku khawatir banget, tolong bantu..."

Jam dinding yang ia lirik menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Mingi kembali bicara, "Biar Gue yang urus, Lo sekolah aja. Naik bus bisa kan?"

"T-tapi.."

"Ga ada tapi-tapi, kalau ga sekolah Gue aduin ke Bunda."

Hyunjin menarik napas panjang, Mingi tahu kelemahannya. "Oke, tolong cari Bang Hongjoong, ya, Kak!"

Sambungan telepon ditutup. Hyunjin segera mengunci pintu rumah dan berlari mencari bus dengan perasaan yang gelisah.

    Kini, Mingi sedang memakai kaus berwarna biru muda dengan celana jeans, ia telah bertanya kepada teman yang lain, tapi tidak ada yang tahu keberadaan Hongjoong. Ia pun teringat bahwa sebelumnya Hongjoong bersama Seonghwa, pasti terjadi sesuatu padanya.

"Ck, Minion yang satu ini nyusahin banget," dengan cekatan Mingi mengendarai motornya ke suatu tempat.

    Setelah tiga tahun lamanya, Hongjoong menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Tiga tahun yang penuh penderitaan itu bukanlah waktu yang singkat. Ia telah memikirkannya semalaman, dan subuh tadi ia langsung pergi ke tempat ini.

   Ia berjalan dengan gontai ke arah cahaya, kakinya semakin lemah di hadapan garis polisi yang membatasi daerah ujung tebing. Rasa sesak meluap di dalam dada, pipinya basah kuyup tertimpa air mata. Tak ia sangka dirinya kembali ke tempat ini. Tempat di mana traumanya bermula.

    Tahun 2019 adalah tahun terindah dan terburuk bagi Kim Hongjoong. Hari ini adalah hari di mana dia dan Sihyeon genap satu tahun berpacaran. Remaja kelas 11 itu menyiapkan segala hal untuk menyenangkan pacarnya. Sungguh, Hongjoong sangat mencintai gadis itu, bahkan ia sudah mengincarnya sejak SMP. Ia jatuh hati pada senyuman dan kepribadian Sihyeon. Apapun ia lakukan agar gadis pujaannya dapat tersenyum lebar.

Loving You || JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang