26|NotNot

1K 69 3
                                    

    Setelah kejadian kemarin, Seonghwa tidak dapat dihubungi sama sekali. Ia terus mengabaikan Hongjoong, bahkan enggan untuk sekedar menatap wajahnya.

    Di situasi saat ini, Hongjoong sangat stres. Harusnya waktu libur ini ia isi bersama Seonghwa, tetapi kekasihnya itu terlarut dalam amarah. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Hongjoong, tapi tetap saja dia yang mendapat imbasnya. Wajah pria itu masam sekali, makan malas, mandi pun segan. Hongjoong seperti kehilangan semangat hidup.

...

    Akibat suara bising dari lantai bawah, Seonghwa keluar kamar. Dilihatnya Taeyong yang sedang memasukkan beberapa roti dan kue ke dalam kardus. Ia memegangi pagar yang membatasi, dengan suara pelan ia bertanya, "Ini pada mau ke mana?"

Taeyong melirik Seonghwa sekilas, dan kembali merapikan barang. "Kami mau ke tempat Bibimu. Ikut?"

   Dengan cepat Seonghwa menggeleng. Ia tahu siapa Bibi yang dimaksud, yang tidak lain adalah adik perempuan Taeyong, Bibi Giselle. Setiap berkunjung, Giselle akan mencubit pipi Seonghwa sampai merah. Karena itulah ia menolak ikut, bukan karena tidak ingin bertemu Giselle, tapi ia tidak ingin pipinya menjadi korban jahilnya Giselle.

    Tak lama Taeyong pergi bersama Jaehyun. Sejujurnya, Seonghwa senang dengan kepulangan Jaehyun, ia ingin kedua orang tuanya menghabiskan waktu bersama.

    Rumah menjadi sepi, Chanyeol tidak pulang hari ini, masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Seonghwa sendiri lagi.

    Kesempatan emas ini ia gunakan untuk mengotak-atik dapur. Taeyong tidak mengizinkannya memasak tanpa sepengetahuannya, karena pernah suatu hari Seonghwa meninggalkan minyak dengan kompor yang menyala, berakhir dengan panci yang kobong.

    Seonghwa berencana membuat makanan ringan, Hotteok. Ia mulai mengadon, dengan hati-hati tangannya memipihkan adonan itu. Minyak pada wajah telah memanas, Seonghwa pun memasukkan adonan Hotteok. Ia membalik Hotteok hingga matang sempurna. Makanan manis itu disajikan pada piring. Di luar ekspektasi, Seonghwa tidak membakar dapur! Terdapat enam Hotteok yang berhasil ia buat. Dengan girang ia membawa piring tersebut ke ruang tengah.

    Seonghwa duduk di sofa dan meraih remot TV. Ketika menekan tombol On, lampu seketika padam. Tak ada yang bisa dilihat, ia panik setengah mati. Seonghwa memeluk kedua kakinya, meringkuk ketakutan. Ia tidak takut pada gelap, tapi ia takut pada sesuatu di dalamnya. Dengan keberanian yang tersisa, tangannya meraba-raba sofa, berharap menemukan gawainya.

"Where the fuck is it?"

Tring Tring!

    Seperti keajaiban, cahaya muncul diantara kegelapan. Gawainya berdering, segera Seonghwa menyambarnya.   Hongjoong yang menelponnya, seakan ia tahu Seonghwa sedang kesulitan. Tanpa banyak berpikir, Seonghwa mengangkat panggilan tersebut. "Hongjoong!"

Hongjoong terkejut dengan suara tinggi dari Seonghwa, "Kamu ga apa? Tiba-tiba perasaanku ga enak."

"Mati listrik, gelap, se-sendiri," jawabnya tak karuan.

"Kamu bisa cari pintu keluar?"

Seonghwa menggelengkan kepalanya—yang tentunya tidak dilihat Hongjoong. "Ga bisa, gelap banget."
Seonghwa beneran ga bisa nyari pintu kayu itu. Ada meja dan mobil-mobilan Chanyeol yang tercecer di lantai. Ia tidak mau tersandung dan menambah masalah.

Suara Hongjoong kembali terdengar, "Oke, kamu duduk diam aja. Aku utiwi."

Panggilan telepon diputuskan.

    Kini, Seonghwa menanti kehadiran Hongjoong. Ia lupa bahwa mereka sedang bertengkar, amarahnya kalah akan rasa takutnya. Rasa takut ini tidak semata-mata karena pengecut. Chanyeol pernah iseng menguncinya di dalam lemari, Chanyeol pun lupa akan adiknya dan Seonghwa dibiarkan pingsan di dalam ruangan sempit nan gelap tersebut.

Loving You || JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang