Hari sudah mulai gelap dan Lee Gak belum juga datang menjemputnya, hingga akhirnya Dam-Hi memutuskan untuk pulang sendiri bersama pelayannya.
Dayang Song-Dayang Kepala milik Ibu Suri Agung mengantarkan Dam-Hi dengan lentera di tangannya sebagai penerangan.
"Song Sanggung," Dam-Hi memanggil.
"Yee...Mama-nim."
"Apa kau tahu dimana Istana mendiang Selir Agung?" tanya Dam-Hi.
Dayang Song berhenti dan menatap kearah Dam-Hi "Kenapa anda ingin mengetahuinya, Nyonya?"
"Aku hanya ingin melihatnya saja," jawab Dam-Hi.
Dayang Song terdiam sejenak, ia kemudian mengeratkan pegangannya pada gagang lentera "Baiklah, saya akan menunjukkan."
Dayang Song kemudian mengantarkan Dam-Hi menuju Istana bekas kediaman Mendiang Selir Agung—ibu Lee Gak.
Istana tersebut terlihat terbengkalai, beberapa tanaman terlihat kering dan layu, pintu dan kertas yang menempel disana beberapa sudah terkelupas, debu dan sarang laba-laba membuat kesan menyeramkan pada bangunan yang sebenarnya indah tersebut.
"Ini terlihat...menyedihkan." Gumamnya kemudian.
Dam-Hi melihat sebuah mangkuk kuningan yang tergeletak di teras, ia kemudian berjalan kearah kolam yang airnya sudah menghijau dan mengambil air dari sana.
"Mama-nim apa yang anda lakukan?" Dayang Song terkejut.
"Nyonya," Jan-Di terlihat hendak meraih mangkuk kuningan tersebut.
"Sudahlah... aku hanya ingin menyiram tanaman saja, tidak apa-apa."
"Biarkan saya saja, nyonya." Dayang Song meletakkan lenteranya dan hendak merebut mangkuk kuningan tapi Dam-Hi bersikeras melakukannya.
Gadis itu terlihat menyiram bunga-bunga disana dengan air dari kolam tersebut, ia kemudian mengambil beberapa ranting untuk meraih sarang laba-laba di pilar-pilar kediaman tersebut. Selain itu ia juga mencoba merekatkan kembali kertas yang berantakan. Sesekali terdengar suara batuknya, debu disana begitu tebal dan tentu saja membuat batuk dan bersin.
Lee Gak ternyata sudah disana melihat apa yang dilakukan Dam-Hi pada Bekas Kediaman sang ibu.
"Jangan terlalu menyukainya kau akan Lelah sendiri nanti, cinta itu timbal balik bukan hanya menerima saja, jangan sampai kau sakit hati untuk kedua kalinya. Aku tidak masalah dengan hal itu selama kau tetap berada di kekuasaanmu dan tidak menganggu bisnisku!"
Lee Gak teringat ucapan Yoon padanya "Tidak Hyung, aku akan membuat hal itu menjadi timbal balik... dia... akan mencintaiku," gumamnya.
Pemuda itu kemudian melangkah kearah Dam-Hi.
"Apa yang kau lakukan, Buin?"
Dam-Hi menoleh dan melihat suaminya berada disana menatapnya sambil tersenyum di bawah sinar bulan yang membuat Lee Gak terlihat begitu berwibawa dan mempesona.
"Sobang-nim," Dam-Hi sepertinya terpesona. Jantungnya lagi-lagi berdegup dan wajahnya menghangat.
"Mama... saya sudah mencegah nyonya untuk melakukannya tapi—" Dayang Song panik.
"Tidak apa-apa, aku mengerti terima kasih karena menjaga istriku Dayang Song—" kata Lee Gak "—Buin ayo kita pulang sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/299514018-288-k96485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)
Historical Fictionmenjadi puncak Rantai makanan bukanlah sesuatu yang mudah, Keluarga Kim memanjat kekuasaan tersebut dengan mengorbankan banyak nyawa sebagai pijakannya dan Mendiang Selir Agung tak luput dari pengorbanan tersebut bahkan menjauhkan putra-nya, Pangera...