~Flower 30~

66 18 2
                                    

Dam-Hi tengah bersantai mengajar Jan-Di untuk mengenal huruf.

"Yaaa!!! Bagaimana kau bisa lupa!!! Aku sudah mengajarimu!!!" Dam-Hi emosi.

Jan-Di hanya diam, ia kemudian mengambil selembar kertas lagi dan menulis apa yang sang nyonya ucapkan.

Dam-Hi mengambil sepotong buah dan melahapnya, ketika ia bergerak pinggangnya masih terasa sakit "Ahhh...si brengsek itu!!!!" umpatnya.

"Nyonya...." Tiba-tiba terdengar suara pelayan dari luar kamarnya.

"Ada apa?" tanya Jan-Di.

"Ayah Pangeran datang dan ingin bertemu dengan Pangeran." Serunya dari luar.

Dam-Hi meletakkan buah yang hendak di lahapnya "Suruh dia menunggu, si brengsek itu akan pulang sebentar lagi!" jawabnya santai.

"Yee...Nyonya muda!"

"Aeehh... Si brengsek itu... ayahnya datang mengunjunginya dan dia tidak dirumah, aku benar-benar tidak ingin bertemu ayahnya!!! Ayah si brengsek itu pastilah brengsek!!!" umpatnya tanpa henti.

Jan-Di sejak tadi diam, ia kemudian berekspresi terkejut "Ma-Nim!!!"

"Apa??? Cepat tulis!!! Aku baik padamu membuatmu mengenal tulisan dan kau malas belajar!!!"

"Nyonya..."

"Apa???!!!"

"Ayah Pangeran... itu....."

"Ayah Pangeran kenapa??!!!"

"Ayah Pangeran bukankah itu..."

"Ayah Pangeran??—" Dam-Hi berpikir "—Oggg!!! RAJA!!!!" Dam-Hi menatap Jan-Di dengan mata terbelalak.

Jan-di menjawab dengan anggukan pelan.

"Aeessshh!!! Kenapa kau tidak mengingatkanku!!! Bagaimana aku bisa membuat seorang Raja menunggu!!!!!" ia kemudian bangkit dan berjalan terngopoh.

Dam-Hi segera bergegas keluar dari kamarnya dan menuju keruangan tempat Raja menunggu. Dasar menantu durhaka!!!!

.

.

.

Dam-Hi bersujud didepan Raja meminta pengampunan atas kelalaiannya.

"Hahahahahaha—" Raja tertawa renyah "—Aku mengerti, kau pasti Lelah...suamimu sangat sibuk dan kau harus mengatur kediaman seorang diri."

"Jeonha... saya—"

"Duduklah dengan benar didepanku, aku harus melihat wajah menantuku yang cantik," kata Raja.

Dam-Hi kemudian menegakkan tubuhnya dan memandang kearah Raja. Raja kemudian tersenyum, gadis yang duduk didepannya tersebut memang terlihat sangat cantik dan anggun, gadis itu juga punya mata yang indah seperti milik mendiang Selir Agung.

.

.

.

Saat Lee Gak kembali hari sudah menjelang sore, Lee Gak mendengar suara gelak tawa dari ruang pertemuan.

"Daegum anda sudah kembali?" tanya Sol-Kang.

Lee Gak melepas gut-nya dan memberikannya pada Sol-Kang "Apa ada tamu?" tanyanya kemudian.

As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang