~Flower 02~

165 27 7
                                    

****

Di dalam hutan belantara seorang pemuda tengah duduk di atas kudanya, matanya membidik tajam seekor rusa yang tengah merumput. Ujung panahnya terarah tepat pada sasaran dan sesaat kemudian melesat cepat tepat mengenai kepala rusa tersebut. Seulas senyum tersungging diwajahnya senyum manis yang nampak begitu mengerikan.

"Kemampuan memanah anda memang tidak perlu diragukan lagi, Yang Mulia," Puji seorang lelaki tua yang menaiki kuda di belakang kuda pemuda tersebut.

"Heeh—" pemuda itu mendengkus kemudian turun dari kudanya berjalan menghampiri rusa buruannya yang tengah di bawa oleh beberapa pengawalnya.

"Tuan Kang—" Panggilnya.

Seorang lelaki paruh baya terlihat terngopoh menghampirinya kemudian menunduk dengan hikmat "Yee, Daegun-ma-nim!"

"Berikan buruan ku ini pada keluarga Kim—aku ingin calon mertuaku itu menerima buruan yang susah payah ku dapatkan ini."

"Yee, akan saya berikan."

Pangeran Soryung kemudian mengeluarkan sebuah belati kecil yang ada didalam bajunya kemudian melepaskan sarung belatinya dan langsung di tusukkannya pada perut rusa tersebut, merobeknya hingga membuat organ dalam rusa tersebut terjulur keluar, aksi itu kemudian diakhiri dengan seringai yang terlihat menyeramkan.

Pangeran Soryung terlahir dari Rahim seorang Selir. Mendiang ibunya—Selir Agung Yun mengalami hidup yang keras di Istana. Bersaing dengan Ratu? Tentu Selir Agung Yun kalah melihat bagaimana Keluarga Kim menguasai Istana. Selir Agung melahirkan seorang putra yakni Lee Gak terlebih dahulu sebelum akhirnya Ratu mengandung. Perseteruan dua wanita Istana ini memang tidak bisa di hindari terlebih Selir Agung di kabarkan begitu ingin menaikkan putranya menjadi Penguasa Joseon selanjutnya, membuat Istana bersiaga.

Selir Agung diketahui mencoba untuk meracuni Ratu yang kala itu tengah hamil dan langsung di jatuhi hukuman mati dengan cara yang sangat tidak terhormat. Selir Agung di gantung di depan gerbang Barat dan disaksikan oleh khalayak ramai. Pangeran Soryung dan Puteri Hanmyung harus terusir dari Istana karena kejadian tersebut. Saat usia Pangeran Soryung menginjak 13 tahun sang paman harus di hukum mati juga karena sebuah percobaan pembunuhan terhadap Putera Mahkota.

Di kenal sebagai keluarga yang serakah dan pemberontak, gerak-gerik Pangeran Soryung kini begitu di awasi oleh Istana.

Pangeran Soryung tumbuh dengan doktrin dari sang paman yang mengatakan betapa kejamnya Istana pada mereka, membuatnya tumbuh menjadi pemuda penuh dendam hingga menyatakan pertarungan terbuka atas takhta pada adik tirinya tersebut. Terlepas dari salah atau benar perbuatannya—Lee Gak—tumbuh menjadi seorang monster yang mengerikan.

Lee Gak tidak akan memaafkan mereka yang telah menghancurkan keluarganya—memandang dengan senyum lebar kematian keluarganya termasuk Mentri Penasehat Ketiga—Tuan Kim Bong-Sun—Ayah Kim Dam-Hi.

Lalu bagaimana dengan nasib Dam-Hi selanjutnya? Apakah ia hanyalah sebuah alat balas dendam? Akankah akhirnya ia akan mati di tangan Pangeran Soryung??

Lari Dam-Hi—Lari!!!!!!

*****

Petang ini terlihat beberapa pelayan rumah Keluarga Kim berkumpul di halaman sambil memegangi hidung mereka. Beberapa pelayan wanita terlihat menahan mual.

Disana juga berdiri Kim Jang-Hi—kakak lelaki Dam-Hi yang terlihat begitu marah.

Dam-Hi tengah berada didalam kamarnya memeriksa beberapa buku yang baru di belinya (Beli Online dan baru sampai) dari Negara tetangga mereka—Ming.

"Oog!! Apa kau mencium bau sesuatu?" tanya Dam-Hi pada Jan-Di—pelayannya.

Jan-Di berhenti menata buku didepannya dan hidungnya mulai mengendus "Sepertinya bau bangkai binatang, Hhhsssss—hssssss!!"

As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang