~Kediaman keluarga Kim part 2~
Jan-Di sibuk melihat Bibi Kang memasak makanan sambil mencatat, sang nyonya muda begitu cerewet berkomentar tentang masakan Jan-Di yang tak sama dengan milik Bibi Kang—tukang masak di kediaman keluarga Kim dan tidak mungkin Jan-Di harus berlari kerumah setiap kali sang nyonya muda ingin makan masakan bibi Kang.
"Jangan masukkan dagingnya sebelum airnya mendidih karena akan keras dan tidak enak!" bibi Kang memberi arahan.
Jan-Di langsung menulisnya lebih tepatnya mengambarnya, Haaah—padahal Dam-Hi sudah sering mengajari Jan-Di untuk menulis namun susah sekali pelajaran itu meresap di otak Jan-Di alhasil ia hanya mengambar dan yang mengerti tentang "Bahasa" gambarannya ya dia sendiri dan Dewa di langit.
"Jika berbau seperti ini maka tambahkan sedikit garam kemudian beberapa tanaman herbal untuk penguat rasanya, tumbuk dulu sebentar jangan sampai halus kemudian ikat!"
"I-ikat..." Jan-Di mengambar seperti daun ilalang panjang kemudian ada bulatan di ujungnya.
Sementara itu di ruang keluarga Dam-Hi terus bercerita tentang ketakutannya tinggal di rumah keluarga Pangeran Soryung.
"Aku hingga tidak berani menyentuh makanan yang mereka masak untukku, lihatlah bu... tubuhku menjadi kurus sekarang," Dam-Hi menunjukkan lengannya yang kecil.
"Aiigooo-ya... anakku... maafkan ibu karena kau jadi seperti ini," sang ibu langsung memeluknya.
Benar-benar cerita yang lebaaayyyy Zekaalleeeee yang Dam-Hi ceritakan. Ia terlalu parno dan sudah berpikiran jahat dulu tentang suaminya. Yang ada tertanam di otak Dam-Hi hanyalah cerita menakutkan tentang suaminya yang bengis dan kejam, jadi begitu ia menganggap suaminya.
"Lalu—ayah... lusa kami akan pindah ke Istana."
Sang ayah meletakkan kuasnya dan menatap putrinya tresebut "Ayah sudah tahu, Ibu Suri memberitahu ayah, Dam-Hi-ya..."
"Yeee, Abeoji.."
"Kau harus terus mengawasi suamimu itu, rumor mengatakan bahwa aka nada pertumpahan darah saat utusan Ming mengantarkan surat resmi pengangkatan Putera Mahkota nantinya, kau harus melindungi sepupu-mu."
Dam-Hi mengangguk pelan sebagai jawabannya.
"Ayah tahu ini berat, tapi kau harus bertahan sebentar lagi... jangan takut, Han Joon akan selalu melindungimu, saat kau di Istana nanti ayah akan mengatakan pada Paman Yoon untuk menempatkan beberapa orang kita di Kediaman-mu dan juga... ayah berikan Han Joon padamu."
Dam-Hi sekali lagi mengangguk mantap, dengan begini ia tidak perlu ketakutan lagi dan bisa mengawasi suaminya dengan tenang. Jikalau aksinya ketahuan maka ada Han Joon yang akan melindunginya.
Di luar Han Joon tersenyum, setidaknya Ia merasa lega karena bisa melindungi sang nona.
******
Tengah malam Dam-Hi dan Jan-Di kembali kekediaman Pangeran Soryung dengan mengendap lewat pintu belakang, mereka mendengar keributan di halaman depan karena penasaran Dam-Hi mengintip.
Dam-Hi melihat ekspresi sang suami terlihat marah dan kesal, begitu menakutkan dan enak dipandang mata, SRRIIINGGGGG!!! Tebasan pedang membuat seorang pria berbadan besar tumbang berlumuran darah melihat itu Dam-Hi terkejut hingga matanya terbelalak dan tak bisa berkata-kata lagi, Dam-Hi menoleh kearah Jan-Di dengan perasaan takut yang luar biasa, ekspresi Lee Gak ketika menebas pria didepannya terlihat begitu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)
Fiction Historiquemenjadi puncak Rantai makanan bukanlah sesuatu yang mudah, Keluarga Kim memanjat kekuasaan tersebut dengan mengorbankan banyak nyawa sebagai pijakannya dan Mendiang Selir Agung tak luput dari pengorbanan tersebut bahkan menjauhkan putra-nya, Pangera...