~Flower 31~

114 16 3
                                    

Raja melakukan pertemuan pagi ini, membahas tentang kedatangan utusan Ming yang akan membawa wasiat untuk pengesahan Putera Mahkota.

"Apa mereka mengundurnya hingga akhir bulan ini Yang Mulia?"

"Benar... saat perayaan hari besar di Istana mereka akan datang," Penasehat Kiri—Tuan Sung Dong il berbicara.

"Itu berarti 5 bulan lagi, apa terjadi sesuatu hingga mereka menundanya begitu lama?" tanya pejabat lainnya.

Raja menegakkan duduknya "Itu karena sakitnya Maharani dan terjadi perpecahan dengan Manchu... merekapun memperingatkan kita untuk berjaga di perbatasan karena bisa saja Manchu akan menyerang!" Raja menjawab.

Mereka saling berpandangan dengan beragam spekulasi, banyak yang mengira jika di tundanya pengumuman tersebut ada hubungannya dengan kedatangan Raja kekediaman Pangeran Soryung tempo hari. Banyak yang berspekulasi jika mungkin saja Raja akan menyerahkan takhta pada Pangeran ketiga tersebut.

Dam-Hi juga sudah mengirimkan surat pada sang ayah tentang kedatangan Raja kekediaman Pangeran Soryung namun bukan untuk membahas takhta disini Tuan Kim semakin yakin jika yang dibawa oleh utusan dari Ming adalah bukti tananam beracun yang digunakan untuk meracuni mendiang Putera Mahkota saat kecil.

"Apa Han Joon belum kembali?" tanya Tuan Kim.

"Dia sedang berada diperbatasan tuan!"

"Kirim surat perintah! Habisi utusan Ming sebelum mereka menjejakkan kaki ke Hanyang!!"

"Yee!!!"

Tuan Kim kemudian melangkah pergi. Meninggalkan halaman balai Istana dengan wajah dingin.

****

Bulan-bulan berlalu, sebulan sebelum utusan Ming berangkat menuju Hanyang.

Pangeran Soryung terlihat sangat sibuk bahkan jarang dirumah, sekembalinya ia kerumah selalu membawa beberapa peti besar yang di letakkan di Gudang.

Pagi ini ketika sang suami pergi, Dam-Hi menuju Gudang. Lama ia berdiri didepan pintu Gudang dan memperhatikan ruangan yang berada di belakang sendiri tersebut.

"Sejak tadi Nyonya terus berdiri kenapa tidak masuk saja?" tanya Jan-Di.

"Aku sedang berpikir sekarang, apa aku harus masuk atau berdiri disini?!" kata Dam-Hi seraya mengigit kesemek.

Selama ini Dam-Hi terus melaporkan apa yang suaminya lakukan namun tidak semuanya gadis itu masih ragu namun juga takut namun ragu... ia takut akan mencelakai keduanya. Kedua orang yang disayanginya. Ia berusaha untuk menyelamatkan keduanya namun yang ia tidak tahu dalam sebuah permainan aka nada pihak yang menang dan tentu saja ada pihak yang kalah.

Dam-Hi mengigit buah kesemek terakhir ditangannya "Berikan lagi padaku!!!" Dam-Hi mengulurkan tangannya.

"Nyonya... habis." Jan-Di menunjukkan keranjang kosong yang dipegangnya.

"Yaaa...kau tahu jika aku terus merasa mual sejak beberapa hari yang lalu dan hanya buah itu yang menghentikan mualku!!!!!" perempuan itu tiba-tiba kesal karena sebuah kesemek.

"Nyonya...." Jan-Di terlihat menciut.

Dam-Hi merajuk, ia kemudian kembali ke pavilliun untuk beristirahat entah mengapa tubuhnya terasa lemah dan sangat mengantuk serta mual yang datang tiba-tiba.

"Dam-Hi-yaaaaaaaa......" Ro-Hi mengunjunginya.

.

.

.

"Apa ayah bicara seperti itu?" tanya Dam-Hi seraya mengeser duduknya dekat dengan sang kakak.

Ro-Hi mengangguk "Ayah bahkan mengatakan bahwa Han Joon harus membunuh mereka semua!!!"

Mendengar nama Han Joon tiba-tiba rasa cemas Dam-Hi muncul "Jika Han Joon melakukannya maka ia akan berhadapan dengan Jendral Gwon, bagaimana.... Bagaimana jika Han Joon terluka??"

"Jika ayah menyuruh Han Joon untuk membunuh mereka bukankah itu artinya bahwa Putera Mahkota bukanlah Putera Mahkota yang sekarang tapi... ogg—suamimu??"

"Apa?? Suamiku?? Yaaa...jangan bercanda!! Aku tidak akan membiarkannya memberontak seperti itu... jika dia naik takhta maka nasib keluarga kita akan dalam bahaya!"

"Bukan!! maksudku suamimu datang!" Ro-Hi menunjuk kearah pintu gerbang.

Dam-Hi melihat kearah pintu gerbang rumah mereka dengan wajah cemberut.

"Kau tidak senang suamimu kembali??" tanya Ro-Hi.

"Apa kau akan senang menyambut seseorang yang akan mencelakai keluargamu?? Aeeehh... entah mengapa melihat wajahnya membuatku mual!!"

"Yaaa..."

"Sungguh! Aku mual saat ini... sangat mu—...Hueeeekkkk!!!!"

"Dam-Hi-yaaa...." Sang kakak terkejut.

Jan-Di terlihat memberikan semangkuk air untuk Dam-Hi, melihat sang istri di kerubuti lalat maksudnya pelayan rumahnya—Lee Gak ikut nimbrung.

"Apa yang terjadi?" tanya Lee Gak.

"Nyonya sepertinya tidak enak badan, dia terus muntah sejak pagi tadi." Jelas Jan-Di.

Bibi Bang datang dan semua pelayan mundur "Nyonya minumlah..." wanita tua itu membawa tonik yang harus diminumnya.

"Bibi aku sudah meminumnya tadi pagi dan tonik ini membuatku muntah, semua makanan yang disajikan membuatku mual, mencium bau masakan aku mual bahkan melihat wajah si breng—maksudku suamiku itu juga membuatku mual!!!" Dam-Hi uring-uringan.

"Yaaa!!!!" Lee Gak tak terima.

Bibi Bang kemudian berpikir dan ekspresi wajahnya berubah "Nyonya sebaiknya anda masuk kedalam kamar, saya akan memanggilkan tabib!"

"Ogg—apa adikku sakit? Bibi...!!" Ro-Hi panik.

"Dia sakit?? Yaaa...kau sakit??" Pangeran juga ikut panik.

.

.

.

Beberapa saat kemudian tabib datang memeriksa nadi Dam-Hi, wajah-wajah cemas terlihat disana (Ro-Hi, Pangeran dan juga Jan-Di) sedangkan Bibi Bang terlihat tenang.

"Apa itu seperti dugaanku?" tanya Bibi Bang ketika tabib selesai memeriksa.

Tabib tersebut menangguk "Nyonya muda tengah mengandung."

"Apa itu seperti dugaanku?" tanya Bibi Bang ketika tabib selesai memeriksa.

Tabib tersebut menangguk "Nyonya muda tengah mengandung."

"A-apa??!!" Lee Gak tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Me-Me apa??" Dam-Hi juga tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Nyonya anda harus menjaga badan anda karena sekarang anda tengah mengandung." Tabib menjelaskan.

"Haaaa??!!!" Dam-Hi syok.

"Mengandung? Bayiku?? Diperutnya???!!" Lee Gak masih tak percaya.

"Yeee...Daegum." Jawab tabib.

Mata Lee Gak langsung berkaca-kaca mendengar berita bahagia tersebut berbeda dengan Dam-Hi yang langsung menangis sedih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang