Tengah malam saat Pangeran Soryung kembali ia langsung menuju kamarnya dan mencari gulungan kertas di dalam laci namun gulungan tersebut tidak ditemukan.
"DAM-HI!!!!!" pemuda itu berteriak memanggil nama sang istri sekuat tenaga.
Semua pelayan dirumah tersebut terbangun dan langsung menuju depan ruangan Lee Gak.
"Dimana Dam-Hi?!" seru Lee Gak.
"Nyo-Nyonya-Nyonya Muda pergi dengan tergesa tuan dan belum kembali." Jelas salah seorang pelayan.
"APA!! Dia pergi?!! Haah!! Setelah mencuri gulunganku dia pergi begitu saja!!! Wanita sialan itu!!! Aku bersikap baik padanya dia malah mencoba untuk mengkhianatiku!!!!" teriaknya marah-marah.
Lee Gak tengah dalam pengaruh arak dan mabuk berat, ia terus marah-marah dan memaki-maki Dam-Hi.
"Jemput Nyonya Muda untuk segera kembali, jika perlu kalian harus menyeretnya pulang!!!" bisik Bibi Bang pada pelayan disampingnya.
"Baik, nyonya..." Pelayan tersebut bergegas pergi.
Sol-Kang mendekati Lee Gak untuk membantunya namun pemuda itu menepis tangan Sol-Kang.
Belum sempat pelayan tadi melewati gerbang, Jan-Di dan Dam-Hi muncul.
"Ma-nim..." pelayan itu menatap takut-takut.
"Ada apa?" tanya Dam-Hi seraya membuka jang-ot-nya.
Pelayan itu seperti ketakutan sambil sesekali menatap kearah ruangan Lee Gak.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat ketakutan?" tanya Jan-Di seraya mematikan lentera yang dibawanya.
Dam-Hi memandang kearah pelayan itu memandang, didepan ruangan Lee Gak beberapa pelayan tengah berkumpul.
"Ada apa?!" gumam Dam-Hi penasaran.
Gadis itu kemudian melangkah menuju ruangan Lee Gak. Tiba-tiba Lee Gak menatapnya dan berjalan sempoyongan sambil menujuknya "KAU!!!!" teriaknya.
Pemuda itu langsung mencekik Dam-Hi begitu berada didepan gadis itu.
"HHAAAAA!!!" semua terkejut termasuk Jan-Di.
"Tuan...tolong—" Jan-Di yang hendak menoleh di dorong hingga terjatuh oleh Lee Gak.
"Apa yang...sa-sa—" Dam-Hi merasakan lehernya terasa sakit dan nafasnya mulai sulit.
"Kau gadis sialan!!! Aku bersikap baik padamu tapi yang kau lakukan malah memberiku sebuah pengkhianatan!!!!!" teriaknya.
"A-apa-a—" susah sekali Dam-Hi berbicara, ia memukul-mukul lengan Lee Gak. Hanya airmatanya saja yang mengalir deras kini, jantungnya berdegup kencang berpikir tentang akhir dari hidupnya hari ini di tangan pemuda yang bergelar suaminya tersebut.
"So-So-sobang-nim..."
"Tuan tolong hentikan... tuan!! Anda bisa membunuh Nyonya Muda!" Bibi Bang memohon.
"Tuan!" bahkan Sol-Kang juga memohon dengan berlutut didepan Pangeran.
"Apa begini caramu membalas perlakukanku selama ini!!!!" teriak Lee Gak "—Apa kau tidak bisa memperlakukanku dengan baik pula!!!!"
Dam-Hi menitikkan airmata, ia begitu ketakutan kini. Dam-Hi tak mengerti apa yang terjadi hingga suaminya begitu marah padanya.
BRAAAKKKKK!!!! Sebuah pukulan di belakang kepala Lee Gak membuat pemuda itu tumbang seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)
Ficción históricamenjadi puncak Rantai makanan bukanlah sesuatu yang mudah, Keluarga Kim memanjat kekuasaan tersebut dengan mengorbankan banyak nyawa sebagai pijakannya dan Mendiang Selir Agung tak luput dari pengorbanan tersebut bahkan menjauhkan putra-nya, Pangera...