~Flower 09~

92 19 2
                                    

Lee Gak dan istrinya—ehemm—Dam-Hi maksudnya, sudah berada di ruang makan. Beberapa pelayan menyediakan makanan untuk pasutri baru tersebut, di antara para pelayan terdapat Jan-Di yang juga menyediakan makanan.

"Saya dengar Nyonya baru berusia 18 tahun—" Bibi Bang membuka mulut sambil menata sarapan diatas meja "—Bagaimana anda bisa menghabiskan malam didalam satu kamar yang sama, Yang Mulia?"

UHUUKKKK!!! Dam-Hi langsung tersedak "Kami—"

"Ahhh—aku tahu dia pasti akan mengomel," gumam Lee Gak seraya meregangkan otot bahunya.

"Yee? Ahh—" Dam-Hi panik "—Ka-kami—kami tidak—"

"Bisakah Bibi tidak menganggu kesenanganku, sekali saja," potong Lee Gak.

"Daegun Istana belum memberikan perintah apapun—aturan mengatakan jika—"

"Baiklah—baiklah aku paham, jadi bisakah aku menyantap sarapanku sekarang?!"

"Yee—Mama!"

Bibi Bang dan beberapa pelayan mundur ke belakang menunggu kedua pasangan baru tersebut sarapan.

Dam-Hi terlihat begitu lahap menyantap sarapannya, ia benar-benar kelaparan karena kemarin ia tak makan apa-apa. Ro-Hi terus memperingatkannya tentang racun, racun, dan racun. Itulah sebabnya ia tak berani menyentuh apapun di kediaman suaminya tersebut.

Lee Gak menoleh kearah sang istri yang makan dengan lahap tanpa mempedulikan sekitar, tiba-tiba ide jahil terlintas di kepala Lee Gak "Hiaaahhh—bagaimana kau bisa begitu lahap menyantap makananmu, Buin?!" Suaminya mulai melancarkan serangannya.

Dam-Hi yang mendengar hal tersebut terlihat berhenti makan dan menatap suaminya "Tidak bolehkah aku menyantap makanan yang disediakan untukku? Apa rumah ini punya aturan lain tentang makanan?!"

Mendengar ucapan Dam-Hi, kening Bibi Bang berkerut "Nyonya—harap berbicara sopan terhadap suami anda," tegur wanita tua tersebut.

Dam-Hi menolehkan sedikit kepalanya kearah Bibi Bang "Yee?? Aah—maafkan saya."

"Heeh!!—" Lee Gak mendengkus membuat Dam-Hi kesal.

"Sobang-nim!!—" Dam-Hi melotot kearah Lee Gak "—Bisakah saya makan sekarang?!"

"Makan? Apa kau tidak tahu dimana sekarang kau berada?"

"Dimana? Dirumah suamiku?" Dam-Hi menjawab dengan polosnya.

"Dirumah suamimu? Benar—aku—Pangeran Soryung, lalu—apa ayahmu tidak memperingatkanmu sebelumnya, bukankah aku adalah musuh dari Klan keluarga Kim?"

"Apa maksudmu?" otak Dam-Hi masih mencerna ucapan Lee Gak.

"Kau benar-benar bodoh atau—memang tidak tahu apapun? Aku adalah musuh dari keluargamu bagaimana jika didalam makananmu ku taruh racun untuk membunuhmu?!"

CReengg!!! Sumpit perak di tangan Dam-Hi terjatuh, ia kemudian menatap makanan yang sudah di santapnya, ia menelan ludahnya berat "Benar! Kenapa aku bodoh sekali dan tidak waspada? Apa dia menaruh racun kedalam makanan ini? Lalu—aku—" Dam-Hi memandang kearah Jan-Di yang juga terkejut disana. Bagaimana ini???

"Yang Mulia, berhenti berbicara omong kosong didepan makanan!" Bibi Bang menegur kembali.

HAHAHAHAHAHA—tawa Lee Gak pecah melihat wajah terkejut dan panik sang istri, gadis itu mudah sekali untuk di bohongi.

As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang