~Flower 18~

60 13 2
                                    

Tuan Kim pergi kesebuah rumah bersama Han Joon di tengah malam. Disana telah menunggu beberapa orang kepercayaannya diantaranya ; Mentri pertahanan—Tuan Kang Bang-Ja, Mentri perpajakan—Tuan Yoo Sang-Ju dan beberapa pejabat Istana lainnya.

Tuan Kim duduk didepan sebagai pemimpin tentu saja, raut wajah seriusnya sudah nampak di awal pertemuan mereka.

"Apa itu tentang surat pernyataan dari Kaisar?" tanya Mentri Kemiliteran—Ayah mertua dari putra pertama Tuan Kim.

"Mereka akan pindah ke Istana lusa nanti, putriku berkata bahwa Pangeran sering menyinggung tentang utusan dari Ming pada seorang lelaki yang sering ditemuinya," Jawab Tuan Kim.

"Apa itu Mentri Yoon?"

Tuan Kim menggeleng "Jika itu Mentri Yoon maka Dam-Hi akan mengenalinya, sepertinya seseorang dari luar Istana."

"Mungkinkah—itu pengkhianat Gwon?"

"Apa kau bercanda tuan, Jendral Gwon berada di perbatasan bagaimana bisa pengkhianat itu ada di Ibukota."

Tuan Kim kemudian menghela nafas pelan "Justru itu yang membuat kita harus waspada, apa kalian mendengar rumor tentang senjata yang bisa mengeluarkan api dari jarak jauh? Yang Pangeran pesan dari para bajak laut jepang?"

"Apa mungkin—" Tuan Yoon berpendapat "—Anda meminta kami mengawasi Jendral Gwon, apa anda cemas senjata itu akan di gunakan pasukan Jendral Gwon untuk menyerang ibukota?"

"Untuk saat ini sebaiknya kita awasi dulu pergerakan Pangeran dan juga—tentu saja Tuan Yoon, ku dengar putra pertama-nya—Yoon Jin kembali dari Negeri Timur." Tuan Kim menambahkan.

Para pengikut Tuan Kim terdiam sambil saling berpandangannya, bukan tidak panik, Tuan Kim memang terlihat tenang namun di balik ketenangannya tersebut ada rasa cemas yang menjalar, ia tak bisa membaca apa rencana Pangeran Soryung saat ini dan pemuda itu selalu bisa membuatnya terkejut dengan aksinya yang tiba-tiba.

*****

~Kediaman Pangeran Soryung~

Dam-Hi sudah hendak tidur ketika pelayan rumahnya mengabarkan tentang kedatangan Myung—Gisaeng yang biasa ditemui oleh Pangeran Soryung.

"Bukankah pelayan mengatakan bahwa suamiku tidak ada dirumah, kenapa kau tetap berdiri di halaman dan membuat waktu istrihat mereka terganggu?" Dam-Hi berkata ketus sambil sesekali menaikkan Jang-ot-nya yang melorot.

Myung membungkukkan badannya memberi hormat "Saya mohon maaf jika saya membuat waktu istirahat ma-nim terganggu tapi ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Pangeran Soryung."

Dam-Hi menolehkan kepalanya kearah Jan-Di "Apa Sol-Kang pergi bersamanya?" tanya Dam-Hi kemudian.

"Yee, saya tidak melihat Sol-Kang di manapun."

Saat Dam-Hi menoleh Myung melihat binyeo yang dikenakan oleh Dam-Hi dengan seksama,

"Binyeo itu—" gumamnya.

Binyeo yang dikenakan oleh Dam-Hi adalah Binyeo yang membuat Lee Gak berkata kasar pada Myung ketika wanita itu tak sengaja menyentuh Binyeo tersebut.

"Wanita murahan sepertimu tidak pantas menyentuh Binyeo yang lebih berharga dari hidupku ini!!!"

Myung kemudian tersenyum sinis "Ma-Nim—"

Merasa di panggil Dam-Hi menoleh kearah Myung "Mwo? Apa maumu?" kata Dam-Hi seraya melipat kedua tangannya diperut.

"Saya dengar anda memaksa Pangeran untuk menyetujui pindah ke Istana?" Myung bertanya nada suaranya terdengar seperti memulai sebuah masalah, begitu tenang namun mengancam.

As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang