Bagi gadis-gadis bangsawan kebanyakan mendapatkan lamaran dari keluarga Kerajaan adalah sebuah anugrah dari langit karena bisa menjadi bagian dari keluarga Kerajaan dan sangat di hormati. Namun ternyata tidak bagi Kim Dam-Hi—gadis yang baru menginjak usia 18 tahun tersebut merasa hal itu adalah sebuah kutukan baginya tidak hanya baginya namun juga bagi keluarganya. Gadis itu berkali-kali mencoba kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahan namun selalu tertangkap oleh Han Joon—pengawal setia keluarganya lebih tepatnya pengawal sang ayah.
Siapakah yang melamar Kim Dam-Hi?
Pangeran Ketiga—Lee Gak atau Pangeran Soryung-lah orangnya. Pangeran tampan nan rupawan dari para Pangeran lainnya termasuk juga Pangeran Mahkota kecil walaupun tidak ada yang pernah melihat bagaimana rupa Pangeran Mahkota sebelumnya namun menurut kabar yang beredar dari dalam Istana bahwa Pangeran Soryung-lah yang paling tampan.
Lalu kenapa Kim Dam-Hi tidak mau di persunting oleh seorang Pangeran tamvan nan rupawan seperti Lee Gak?
Jawaban setelah pesan-pesan berikut ini—Ahh—tidak!
Jawabannya adalah—karena Pangeran Soryung adalah Pangeran yang terkenal jahat, berdarah dingin dan tak punya perasaan terlebih akhir-akhir ini tersebar rumor bahwa Pangeran berusia 20 tahun tersebut tengah menyusun strategi untuk melakukan pemberontakan setelah sang paman yang selama ini mengasuhnya di hukum gantung oleh Istana karena di anggap mencoba membunuh Putera Mahkota.
Dan juga terlebih—keluarga Kim adalah pendukung Putera Mahkota, Ratu—ibu dari Putera Mahkota masih sepupu dari keluarga Kim jadi untuk apa Dam-Hi harus menikah dengan musuh yang akan menggulingkan posisi sepupu jauhnya tersebut.
Jadi begini—
Jadi disini posisi-nya Keluarga Kim tidak bisa menolak lamaran tersebut dan menerima-pun sulit. Kalaupun di tolak akan kena hukuman karena menolak mandat Raja langsung di terimapun Kubu Pangeran Soryung bersebrangan dengan Kubu Keluarga Kim.
Dalam posisi ini Raja-nya lebih condong ke Ibu Suri tapi tidak bisa menolak perintah Ibu Suri Agung karena yang di pertuakan.
Lalu bagaimana nasib Dam-Hi selanjutnya? Apakah ia akhirnya menikah dengan Pangeran Soryung?? Ya iyalah.... Karena mandat adalah mandat.....
****
Dam-Hi memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, ia tengah mencari ide untuk "Kabur" kembali tanpa ketahuan Han Joon. Di liriknya pemuda—teman kecilnya tersebut yang berdiri layaknya patung di depan ruangan kerja sang ayah.
"Tumbuh dewasa membuatnya semakin menyebalkan!!" gumam Dam-Hi seraya menatap tajam kearah Han Joon.
"Jadi—apa rencanamu?!" Tanya Ro-Hi—Kakak Dam-Hi. Ro-Hi belum menikah walaupun usinya sudah melewati batas pernikahan—20 tahun. Ro-Hi memang tidak ingin menikah setelah tunangannya berselingkuh, jika orang tua-nya memaksanya untuk menikah maka ia mengancam akan mengunduli rambutnya dan pergi ke gunung menjadi biksuni.
"Rencanaku?? Haaah—" Dam-Hi melengguh seraya meletakkan kepalanya diatas meja kecil "—Apa Orabeoni tidak punya ide untuk mengeluarkanku dari pernikahan ini?"
"Orabeoni? Apa kau pikir kakak juga berada di situasi yang bisa menolak? Bahkan ayah yang paling berkuasa saja susah untuk menolaknya! Yaaa!!!—" sang kakak berhenti bicara sejenak dan mengunyah kesemek kering di mulutnya "—Itu karena Ibu Suri Agung berada di belakang Pangeran Soryung!"
"Haaah—" Dam-Hi semakin susah "—Jika begitu—aku akan kabur ke Ming dan menetap disana, aku—tidak akan kembali sebelum Pangeran sialan itu menikah atau—terbunuh saat melakukan kudeta!!"
"Andwe!!!—" jawabnya dengan mulut penuh makanan "—Kau pergi ke Ming kemudian kami semua pergi ke akhirat!! Apa kau tidak memikirkannya?!"
Dam-Hi menegakkan badannya "Lalu aku harus bagaimana!!!!!!" ucapnya sambil meronta-ronta "—Haaah—menjadi cantik itu memang susah!!"
"Yaaa!!!" Ro-Hi melirik kearah sang adik dengan kesal.
"Haa!!—" Dam-Hi punya ide gila lainnya ia menatap sang kakak dengan tatapan serius "—Aku akan pergi ke gunung, mengunduli rambutku dan menjadi biksuni!"
PLAAKK!!! Sang kakak memukulnya dengan buku tebal disampingnya "Itu juga tidak boleh! Jika kau pergi ke gunung maka aku yang harus menikah dengannya mengantikanmu! Andwe!!" kata sang kakak seraya mengatupkan kedua telapak tangannya sambil memejamkan mata seperti berdoa.
Haaah—Dam-Hi hanya bisa menghela nafas, ia kemudian menatap kearah Han Joon "Sepertinya aku harus membunuhnya terlebih dahulu agar bisa kabur!" gumamnya.
"Yaaa!! Kim Dam-Hi, aku bisa membaca pikiranmu!!! Tapi—apa kau—apa kau tahu bagaimana Pangeran Soryung itu?!"
"Kenapa aku harus tahu? Aku tidak mau tahu apapun!!!" jawab Dam-Hi seraya mengulurkan tangannya meraih sebuah manisan buah didepannya.
"Ku dengar—" sang kakak berhenti bicara sejenak karena tengah mengunyah "—Pangeran Soryung sangat kejam, dia—suka mengumpulkan para wanita-wanita dirumahnya—"
"Aku tahu itu—" Potong Dam-Hi "—Ku dengar—dia mengumpulkan mereka untuk dijadikan penghibur, Ihhh—pemuda itu seperti binatang!!! Aeehhh... kenapa manisan ini asam sekali!!"
Sang kakak mengerutkan keningnya "Kau bilang kau tidak mau tahu tentangnya! Ini malah lebih tahu daripada aku!"
"Itu—Hanya sesuatu yang ku dengar saja!" Kilah Dam-Hi, padahal ia telah mencari tahu kesana-sini tentang calon suaminya yang mengerikan tersebut.
Pangeran Soryung di kabarkan suka berpesta dengan wanita-wanita di kediamannya, pemuda itu juga suka sekali berjudi, gossip juga mengatakan bahwa berbagai macam arak tersedia di kediamannya, pemuda itu juga hobi berburu serta siapa saja yang tidak disukainya akan di lenyapkannya seketika. Tentu saja—para petugas tidak berani mengusut kasus-nya karena pemuda itu selalu berlindung pada nama besar Ibu Suri Agung.
Benar-benar hancur nasib Dam-Hi jika menikah dengan pemuda mengerikan seperti Lee Gak.
Anyyeong.....
ceritanya akan di upload setiap tanggal 26 ya....
tergantung bagaimana respon... hehehehe
jangan lupa tinggalkan jejak..
Follow me jika kalian pengen baca chapter selanjutnya....
jangan lupa vote dan komennya...
thank you... Saranghajaaaa!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
As a Flower Bloom and Fall (LANJUT KARYA KARSA)
Ficción históricamenjadi puncak Rantai makanan bukanlah sesuatu yang mudah, Keluarga Kim memanjat kekuasaan tersebut dengan mengorbankan banyak nyawa sebagai pijakannya dan Mendiang Selir Agung tak luput dari pengorbanan tersebut bahkan menjauhkan putra-nya, Pangera...