Rasa Takut

669 56 0
                                    

Happy reading🍒
.
.
.
.

Saat bianglala sudah di jalankan Haechan agak tersentak kaget namun dengan cepat dia menormalkan kembali rasa takut itu, Mark yang senang tidak karuan sedang menatap pemandangan di luar bianglala.

Nampak sangat kecil namun sangat indah dengan di hiasi lampu yang berwarna warni dan kelap kelip, hingga Mark tak sadar dengan Haechan yang sudah mengeluarkan keringat dingin sangat banyak

"Haechan kamu harus lihat... Ini sangat cantik kamu ha----" ucapan Mark berhenti saat dia mengalihkan pandangannya ke Haechan, dia melihat tubuh Haechan yang bergetar dan juga keringat yang membanjiri wajah dan kulit tangannya "hey kamu kenapa?" Tanya Mark sembari mendekat ke Haechan

"Gw takut" ucap Haechan sembari memejamkan matanya dengan erat dia tidak ingin melihat pemandangan yang berada di luar, mungkin itu terlihat indah bagi mereka yang tak mempunyai ketakutan seperti Haechan.

"Kamu takut ketinggian?" Tanya Mark khawatir dan di angguki oleh Haechan, Mark menghela nafas kasar lalu membawa Haechan kedalam pelukannya, bodohnya dia tidak menanyakan ini kepada Haechan

Dia memeluk Haechan sangat erat tak lupa mengelus punggung Haechan dengan sangat lembut, Haechan dia masih memejamkan matanya sembari membalas pelukan Mark dengan erat.

"Hey tenang lah aku ada di sini" ucap Mark mencium pucuk rambut Haechan secara terus menerus.

"Maaf karena gw lu jadi gak bisa menikmati pemandangan dengan baik" ucap Haechan mendongakkan wajahnya melihat Haechan, Mark yang melihat Haechan dengan mata berkaca-kaca hanya menggeleng pelan

"Tidak ini bukan salahmu... Seharusnya kita tidak naik tadi biar kamu aman di sana tidak ketakutan seperti ini" ucap Mark

"Maaf sekali lagi" ucap Haechan kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Mark.

"Cobalah untuk melawan rasa takut itu" ucap Mark. Haechan tiba tiba mendongakkan wajahnya menatap Mark dengan ekspresi bertanya tanya, Mark di buat gemas dengan ekspresi yang Haechan keluarkan "coba lihat pemandangan di bawah sana, itu sangat bagus dan indah, kamu pasti tidak akan takut waktu melihatnya" sambung Mark menjawab pertanyaan dari wajah Haechan

"Lu gila apa gimana sih? Gw takut ketinggian malah lu suruh lihat kebawah, ntar kalau gw mati gimana?" Gerutu Haechan dengan alis yang mengkerut.

"Gak bakal mati kok, ada aku di sini" ucap Mark.

Haechan menghela nafas panjang saat ini "hufh... Oke gw bakal lihat, tapi pegangin" ucap nya menjulurkan tangannya ke arah Mark, Mark mengangguk lalu memegangi tangan Haechan dengan sangat erat.

Haechan yang merasakan eratnya genggaman tangan yang di genggam Mark dia tersenyum sekilas, namun Mark bisa melihat senyum itu meski remang remang.

Pelan pelan Haechan memberanikan dirinya untuk minat kebawah, dia bergeser agak ke samping agar bisa melihatnya, dengan perlahan Haechan membuka matanya yang ia pejamkan.

Rahang Haechan menganga kagum seketika, sungguh indah pemandangan yang tak di ketahui oleh dia, namun beberapa detik kemudian dia memejamkan matanya kembali karena rasa pusing dan mual menyerangnya.

Dengan cepat Mark membawa Haechan kembali kedalam pelukannya, "gimana? Cantik bukan?" Tanya Mark

Haechan mengangguk pelan, meski indah namun sama saja kepalanya pusing gara gara itu dan perutnya masih terasa sangat mengganggu.

Haechan masih ada di pelukan Mark dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Mark, dan terlihat sebentar lagi mereka akan turun dari bianglala, Haechan sangat bersyukur sebentar lagi dia akan keluar dari ketakutan ini.

Mark yang melihat Haechan nyaman di pelukan mengulas senyum dia ingin seperti ini seterusnya, dia ingin Haechan selalu berada di sampingnya dan manja saat bersamanya.

Harum rambut Haechan membuat terbuai oleh nya, dia mendekatkan wajahnya ke rambut Haechan guna mencium aroma harum itu, namun saat Mark sudah dekat dengan rambut Haechan tiba tiba si pemilik kepala mendongakkan kepalanya menatap Mark.

"Mar--" ucapan Haechan terputus saat wajahnya dan wajah Mark berdekatan bahkan dia bisa merasakan nafas Mark yang begitu panas keluar dari hidungnya.

Tak kalah kaget dengan Haechan, Mark pun sama dia kaget saat Haechan tiba tiba menatapnya, namun Mark tak membuang buang kesempatan itu dia mendekatkan wajahnya ke wajah Haechan yang akhirnya membuat Haechan tersadar akan apa yang Mark dan dia akan lakukan.

Haechan terpejam merasakan nafas Mark yang mulai mendekat ke arahnya, dan seketika dia merasakan benda kenyal nan lembut menyentuh bibirnya, Haechan tersentak kaget namun dia tak menolak hal itu.

Haechan yang merasa pasokan oksigen nya akan segera habis mendorong tubuh Mark untuk menjauh, namun tangan Mark malah mendorong tengkuk leher Haechan untuk memperdalam ciuman itu.

Ciuman yang lembut tadi seketika menjadi lumatan yang sangat mengiurkan, Mark mengigit bibir bawah Haechan agar lidahnya bisa masuk untuk menjelajahi bagian dalam mulut Haechan.

Haechan memukul dada bidang milik Mark karena pasokan oksigen nya sudah habis, Mark yang sadar akan itu segera melepaskan ciuman tersebut hingga membuat saliva entah milik siapa menetes di sudut samping bibir Haechan.

Haechan menetralkan nafasnya yang memburu berbeda dengan Mark yang kini tengah tersenyum senang menatap Haechan, Mark menangkup wajah Haechan lalu menjilat saliva yang tersisa di samping sudut bibir Haechan, bagaimana dengan Haechan, jangan di tanya saat ini wajahnya benar benar memerah seperti kepiting rebus.

"Sangat manis" ucap Mark sembari menatap Haechan, sedangkan yang di tatap hanya bisa menundukkan wajahnya nya menahan malu

Dan tak lama kemudian mereka pun turun dan terlihat di bawah sudah ada yang lainnya sudah menunggu, Haechan turun dari bianglala dengan Mark yang menggandengnya, Haechan masih menundukkan kepalanya ke bawa karena wajahnya masih bersemu merah.

"Haechan lu gak papa kan? Gw lupa kalau lu punya fobia ketinggian" ucap Renjun, Renjun baru ingat kalau Haechan takut ketinggian waktu dia sudah ada di dalam, selama Bianglala berjalan Renjun tak henti hentinya khawatir dengan Haechan bahkan dia tak bisa menikmati pemandangan yang di suguhkan dari atas tersebut.

Haechan mendongak menatap Renjun "gw gak papa kok" ucap Haechan, namun Renjun menyadari ada yang ganjal di wajah Haechan, dia melihat seperti luka kecil di bibir Haechan, namun sedetik kemudian dia tersadar saat melihat Mark sedang nyengir memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Cihhh ternyata sudah bergerak toh" Mark terkekeh kecil melihat respon Renjun, sedangkan Haechan dia belum paham dengan maksud Renjun

"Udah ayok pulang Yo pusing nih kepala gw" kali ini Jaemin setelah turun dari bianglala tadi Jaemin dengan rasa mualnya memuntahkan cairan tubuh nya yang sedari tadi memaksa untuk keluar, dan saat ini tubuhnya benar benar sangat lelah, Jeno sebagai pacar yang baik membopong tubuh Jaemin di punggung nya

Dan tepat jam 22.00 mereka semua kembali ke vila untuk istirahat, sungguh melelahkan dan juga menyenangkan bisa bermain dengan pasangan masing masing.

Jangan lupa vote dan komen🍒

My RoomMateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang