Beban Pikiran

660 50 0
                                    

Aing up!
Masih ada yang nungguin gak?
Happy reading
.
.
.

"Ngapain sih lihat lihat? Mending keluar sana makan" ucap Haechan

"Ngelihat kamu makan aja udah buat aku kenyang kok" ucap Mark namun entah mengapa perutnya sangat tidak mendukung, Haechan dan Mark sendiri mendengar suara perut Mark yang cacingnya sedang dangdutan

Haechan membuang mukanya menahan tawanya sedangkan Mark dia membuang mukanya karena malu, setelah selesai menahan tawa Haechan menghela nafas mengambil bubur tak lupa memberi toping telur yang di buatkan Mark lalu menyodorkan itu ke depan mulut Mark

"Apa?" Tanya Mark sok polos dehh

"Buka tuh mulut" ucap Haechan lalu di turuti oleh Mark, setelah itu Haechan memasukkan sesendok bubur itu ke mulut Mark, Mark di buat kaget dengan Haechan yang menyuapinya namun di dalam hati paling dalam Mark sangat senang.

Tanpa memperdulikan ekspresi senang Mark Haechan melanjutkan makannya tak lupa dia juga menyuapi Mark sesekali, tak butuh waktu lama Haechan serta Mark sudah menghabiskan bubur yang ada di mangkok tersebut.

Dan bersiap untuk keluar kamar, saat mereka sudah berada di depan pintu kamar nampak ruangan tengah sangat sepi, dua pasangan itu nampak tak terlihat apa mungkin Renjun masih keluar sama Guanlin

"Kemana semuanya?" Tanya Haechan berjalan mendekati sofa ruang tengah

"Jaemin sih kelihatannya lagi sakit, sedangkan Guanlin sama Renjun kayaknya masih keluar cari makan" ucap Mark yang juga ikut duduk di sofa

"Ouh..." Ucap Haechan mengambil remote tv lalu menyalakannya.

"Chan besok aku udah mau berangkat kamu jaga diri ya di sini" ucap Mark menghentikan kegiatan Haechan yang sedang memindah mindahi channel TV.

Haechan menghentikan kegiatannya meletakkan remote tv nya di atas meja lalu diam menunduk sejenak, setelah itu menatap Mark dengan tatapan yang sudah di artikan.

"Hufh... Kalau lu mau pergi ya udah pergi aja gak usah izin izin ke gw nambah beban aja deh lu di pikiran gw" ucap Haechan "lagian gw juga gak bisa kan nyegah lu buat gak pergi, meskipun gw cegah pun lu juga bakal pergi kan, kalau gitu ya udah pergi aja apa sih susahnya?" Lanjut Haechan

Haechan benar benar bingung saat ini, jika Mark ingin pergi udah sih pergi aja kenapa dia harus memberitahu Haechan.

"Aku izin ke kamu karena aku gak mau kamu over thinking sama aku, aku pergi ke sana hanya untuk sebuah pekerjaan dan aku janji akan pulang secepatnya" Mark mendekat ke Haechan lalu duduk jongkok di hadapan Haechan sembari memegang kedua tangan Haechan

"Haechan kamu pegang janji aku ini, aku akan kembali dan setelah itu aku akan melamar mu dan akan memilikimu seutuhnya, dan jika aku melanggar janji ku ini kamu bisa membenciku selamanya namun izinkan aku untuk selalu mencintaimu meski itu hanya sebuah harapan yang tak bisa ku gapai" ucap Mark menatap manik Haechan dengan penuh kepercayaan.

Terlihat mata Haechan saat ini sudah berkaca-kaca sungguh dia sudah tak tahan dengan rasa yang dia sembunyikan saat ini "Mark asal kamu tau aku gak bakal bisa benci sama kamu  meski kamu selalu membuatku sakit hati dan terluka,

hati dan pikiranku selalu tertuju padamu, meski rasa sakit ini ada namun tak bisa di pungkiri kalau rasa cinta yang ada dalam diriku lebih besar dari pada rasa benci itu, dan Mark Lee aku gak bisa ngelupain kamu ataupun... Ngebuang kamu dari pikiranku, Karena hampir setiap hari yang ada dalam pikiranku hanya kamu seorang tak ada yang lain" ucap Haechan dengan suara bergetar karena menahan tangis

Perasaan Mark saat ini campur aduk antara sedih, sedang dan bahagia, sedihnya di saat seperti ini dia harus kembali ke Kanada dan senang bahagianya karena Haechan sudah mau terbuka dengannya.

"Maafin aku selama ini selalu ngebuat kamu kecewa, setelah ini aku janji gak bakal ngecewain kamu lagi aku akan selalu jaga kamu dan ada di sampingmu" ucap Mark membawa Haechan kedalam dekapannya, Haechan tak diam saja dia membalas pelukan Mark malah dia memeluk sangat erat, seolah berbicara tidak ingin jika Mark pergi

"Aku akan segera kembali" bisik Mark, mendengar itu Haechan tersenyum lesu menyembunyikan wajahnya di Curuk leher Mark tak lupa mempererat pelukannya.

Guanlin dan Renjun yang baru saja datang membeli makanan harus melihat adegan yang tak seharusnya dia lihat di pagi hari ini, ya walau sudah menjelang siang sih.

"Wahh beb kayaknya kita datang di waktu yang salah deh" ucap Guanlin dengan kerasnya memang dia sengaja membuat pasangan yang baikan ini malu akan tingkahnya.

Mendengar suara Guanlin membuat Haechan dan Mark melepas pelukan satu sama lain, Mark duduk di samping Haechan yang sedang tersenyum malu sembari membuang mukanya.

"Cihh dasar, nyuruh nyuruh kita buat beli makan, ehhh dianya malah mesra mesraan" ucap Renjun mendekat lalu meletakkan makanan yang dia beli sama Guanlin tadi.

"Sumpah pengen gw buang nih makanan biar lu berdua kelaparan" ucap Guanlin lalu menghempaskan tubuhnya di sofa yang empuk untuk satu orang.

"Jangan dong main buang buang, lu kira kita gak butuh makan" ucap Renjun yang juga duduk namun dia duduk di pangkuan Guanlin, Guanlin yang tengah memejamkan matanya kaget saat Renjun tiba tiba duduk di atas pangkuannya, namun setelah itu dia membiarkannya karena memang dia dan Renjun sudah biasa seperti ini kalau berdua

"Mana Jeno sama Jaemin?" Tanya Renjun sembari mengeluarkan makanan yang dia beli tadi.

"Mungkin di kamar" ucap Mark

"Panggil sana!" Perintah Renjun, Mark yang mendengar ucapan Renjun mengernyitkan dahi nya, seperti bertanya tanya dia nyuruh gue?

"Nyuruh gw?" Tanya Mark menunjuk dirinya sendiri, Renjun yang tadinya sibuk dengan makanan tiba tiba berhenti lalu menatap tajam Mark,

"Iya siapa lagi kalau bukan lu Mark Lee" ucapnya dengan agak ngegas, setelah itu tangan Guanlin dengan nakalnya malah melingkarkan tangannya ke pinggang Renjun, "ini lagi lepasin gak? Gw potong nih kalau kagak lepas" ancam Renjun

Mendengar ancaman yang ngeri itu membuat Guanlin dengan cepat melepaskan pelukannya, Renjun menghela nafas panjang atas perlakuan tunangan nya itu.

Renjun baru saja mengetahui sifat aslinya Guanlin tak lama setelah mereka jadian, ya Renjun kira Guanlin adalah pemuda yang pendiam dan jarang bersosialisasi tak lupa polos, itulah yang Renjun pikiran jika di suruh menyebutkan 3 hal tentang Guanlin.

Namun semua pikirannya itu hilang saat dia mengetahui sifat asli Guanlin yang sangat cerewet mesum dan juga tak bisa diam, meski begitu ada satu hal yang ada di pikiran Renjun tentang Guanlin yang tak berubah.

Itu adalah rasa cinta Guanlin kepadanya, Guanlin selaku menyayanginya meski cobaan yang mereka alami sangat banyak, dari putus hingga rumor tentang Guanlin yang selingkuh padahal sih kalau Renjun pikir Guanlin gak akan ngelakuin hal yang namanya selingkuh.

Bahkan Renjun pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Guanlin paling anti jika ada Uke ataupun cewek centil megang megang dirinya, bahkan megang dirinya! megang bajunya aja kagak bakal rela si pemiliknya.

Renjun pernah lihat ada cewek yang gak sengaja nabrak Guanlin lalu dia memegang baju lengan Guanlin, setelah cewek itu pergi Guanlin mengadu ke Renjun lalu minta ganti baju, katanya takut kuman nempel, lucu gak sih?

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya.
Thank you...

My RoomMateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang