HEY CRUSH || 30

23.5K 4.5K 2.3K
                                    

30

Shabira merapatkan cardigan yang dia pakai saat merasakan udara dingin menyapanya pagi ini, dengan langkah gontai gadis itu berjalan menuju selasar sekolah. Beberapa kali Shabira tersenyum walau lemah demi membalas sapaan teman-temannya, saat kembali fokus ke jalan, Shabira di kejutkan dengan tepukan di bahu sampai gadis itu terjengkit kaget.

"Ngelamun, ya, lo? Hayo!" seru Karina, merangkul Shabira dengan gayanya yang heboh.

Shabira hanya diam, membuat Karina heran. "Bir?" tanyanya, dan baru sadar beberapa detik kemudian ketika melihat wajah Shabira pucat pasi. "Ya Allah, lo kayak mayat hidup!" jeritnya syok.

Sungguh, Karina tidak berlebihan. Shabira memang seperti itu di matanya. Wajah putih yang pucat, kantung mata sedikit menghitam serta bibir keunguan. "Bir, lo kurang darah apa gimana dah?!"

"Gue nggak apa-apa, Karina," sangkal Shabira tersenyum kecil. "Singkirin lengan lo dari bahu gue!"

"Kenapa? Ketek gue nggak bau, kok."

Shabira mendengkus. "Berat sama dosa lo."

"Heh sekate-kate lo!" Karina mencebik, namun tak urung melepaskan rangkulannya karena Shabira memang terlihat keberatan. "Lo sakit beb?"

"Menurut ngana?"

"Gue tahu lo lagi nggak baik-baik aja, tapi gue nggak bisa bedain, lo sakit atau lagi galau, sih? Murung banget kayak ayam kena flu burung. Gegara Elzio lagi?" tebak Karina beruntun.

Langkah Shabira terhenti saat nama Elzio di sebut, tanpa sepengetahuan Karina gadis itu meremas roknya sendiri demi menahan nyeri. Separah itu Shabira patah hati, sampai mendengar nama Elzio di sebut saja rasanya hati Shabira seperti di tusuk belati.

"El udah ada kabar belum?" tanya Karina lagi tak menyadari keterdiaman Shabira. "Bir!"

"U-udah, udah ada kabar, Kar."

"Alhamdulillah, bagus dong, tapi kenapa lo kelihatan masih galau, sih?"

Shabira menghela napas lalu memeluk lengan Karina. "Gue cerita di kelas nanti, ya? Biar sekalian ceritanya sama Nadia sama Chealse."

Karina mencebik namun akhirnya mengangguk. "Ya udah, deh. Ayok."

Mereka berdua berjalan beriringan tanpa sadar ada Nadia yang sedari tadi berjalan di belakang mereka, gadis itu mendengar semua percakapan antara Shabira dan Karina, dan agaknya di lihat dan mendengar tingkah Shabira yang lesu dan tak bersemangat membicarakan Elzio, sepertinya sudah terjadi sesuatu yang membuat gadis itu sedih.

Nadia mencoba menahan senyum senangnya, lalu gadis itu berbelok untuk mampir terlebih dahulu ke toilet berniat membetulkan jilbabnya. Nadia masuk, dan berdiri di wastafle berkaca, senyum senang terbit tanpa bisa di cegah dan hatinya berdebar berbunga-bunga.

Entahlah, Nadia mempunyai feeling bahwa hubungan Shabira dan Elzio sedang tidak baik, dan itu artinya, Allah memberikan kesempatan pada Nadia untuk mendekati Elzio tanpa takut menyinggung Shabira.

Nadia bersenandung pelan, gadis itu menoleh ke pintu masuk ketika merasakan kehadiran seseorang. Dan benar saja dalam hitungan detik, ada dua perempuan masuk. Nadia mengenali salah satunya, dia adalah Ghufaira, salah satu murid perempuan yang menjadi incaran banyak lelaki di sekolahnya.

Sebagai sapa, gadis itu mengangguk samar, hendak keluar dari toilet karena urusannya selesai namun langkahnya terhenti ketika dia mendengar nama Elzio di sebut.

"Gimana kemarin, lancar pertemuan keluarga kamu sama keluarganya Elzio?"

"Alhamdulillah, lancar, Pril. Pasti berkat do'a kamu juga ," jawab Ghufaira tersenyum kecil.

"Waahh aku ikut seneng, deh. Pantesan wajah kamu berseri-seri, cantiknya berkali-kali lipat euy!" seru April tertawa.

"Ih kamu apaan, sih." Ghufaira tersipu.

April gemas di buatnya, gadis itu mencubit-cubit pipi Ghufaira yang memerah. "Selamat, ya Ra. Akhirnya do'a kamu di sepertiga malam di dengar juga sama Allah. Bentar lagi nikah, dong, sama yayang Elzio," ejeknya bercanda.

Pipi Ghufaira semakin merah saja, gadis itu mencebik lantas berlari kecil menuju salah satu bilik toilet membuat April tertawa karena merasa lucu dengan sikap salang tingkah sahabatnya tersebut.

Nadia yang sejak tadi bergeming dengan tangan terkepal erat, baru melanjutkan langkah setelah April masuk juga ke dalam bilik toilet. Gadis berjilbab itu berjalan dengan hati yang panas, dan rasa cemburu berkobar begitu besar.

Namun sesaat kemudian, Nadia tersenyum. Ghufaira dan Elzio di jodohkan? Baguslah. Walau sebenarnya Nadia sakit hati dan cemburu, namun rasanya hal itu lebih baik daripada harus melihat Elzio dengan Shabira bersama.

Setidaknya, Ghufaira adalah gadis baik dan sholeha. Gadis itu seimbang dengan Elzio. Sungguh, pasangan yang sangat cocok jika mereka sampai menikah. Sedangkan, dengan Shabira, rasanya Nadia tidak rela. Shabira itu terlalu banyak kurangnya untuk Elzio, baik dari sikap dan otaknya. Shabira terlalu blak-blakan dan sedikit tidak tahu malu, otaknya juga tidak pintar-pintar amat. Nadia bahkan sanggup jika harus di bandingkan dengan Shabira, dia yakin dia bisa lebih unggul dari temannya itu.

Sementara denga Ghufaira, Nadia yakin tidak ada satupun perempuan yang sesempurna gadis itu untuk bersanding dengan Elzio. Jadi meskipun berat, tetapi Nadia merasa rela jika melepaskan Elzio untuk Ghufaira.

Dengan langkah sedikit ringan, Nadia berjalan menuju kelasnya. Gadis itu menyunggingkan senyum miring ketika melihat Shabira bercerita dengan raut sedih. Berjalan lebih dalam ke kelas, Nadia akhirnya sampai di bangku yang tepat bersampingan dengan bangku Shabira.

Shabira yang sadar atas kehadiran Nadia, mencoba untuk menyapa, namun belum sempat bibirnya bicara, Nadia sudah lebih dahulu bersuara. "El di jodohin sama Ghufaira ya?" tanyanya membuat Shabira terdiam.

"Hah? Masa?!" Karina menyahut kaget. "Jadi yang di jodohin sama si El itu, Ghufaira, Bir?"

"Demi apa, sih? Aira yang sering jadi pengibar bendera? Yang pemalu itu?" Chealse menimpali, sementara Shabira diam.

"Iya! Ghufaira yang cantik putih itu, penghapal al-qur'an lagi." Nadia memperjelas dengan senyum lebar.

"Lo tahu dari mana?" Shabira akhirnya buka suara, menekan rasa sakit yang mendera hatinya ketika temannya tanpa sadar menyebut satu persatu kelebihan yang Ghufaira punya.

Nadia tersenyum. "Nggak mungkin dari Ghufaira, dia kan pemalu. Gue tahunya, dari Elzio barusan, dia kayaknya senang banget sampai pamer kalau di jodohin sama Ghufaira," ucapnya berbohong.

Shabira bergeming, merasakan perih dan sakit hatinya mendengar ucapan Nadia.

Jadi, ternyata... Elzio sesenang itu di jodohkan dengan Ghufaira?

***

Bersambung....

IN THE SHADOW OF PRAYER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang