Assalamualaikum bestie....
Makasih banyak buat kalian yang spam di detik terakhir 🤗✨
Baca sampai bawah ya 😙
***
Sudah tiga hari lamanya, Elzio menghilang tanpa kabar. Nomor lelaki itu juga masih tidak aktif dan susah di hubungi sampai detik sekarang membuat Shabira cemas setengah mati.
Shabira menundukkan kepala, lagi-lagi mencoba menghubungi nomor Elzio, dia melakukan ini setiap lima menit sekali dan hasilnya selalu saja mengecewakan.
"Coba lo telepon mama nya aja, Bir. Lo punya nomornya, kan?" Suara Chealse terdengar membuat Shabira mendongak dan baru sadar bahwa kelasnya kini sudah di penuhi oleh teman-teman.
"Iya bener. Daripada lo galau terus, mending coba telepon nyokapnya." Karina ikut menimpali, menatap kasihan pada Shabira yang lemas di tinggal ayang tanpa kabar.
"Iya ya? Apa gue telepon mama nya aja?" Shabira menyahut gamang. "Tapi malu nggak sih—"
"Ya kalau gue jadi lo pasti malu," sela sebuah suara, ketiga gadis itu menoleh pada Nadia yang sejak tadi diam. "Emang apa hak lo nanyain Elzio ke nyokapnya?"
Shabira merasa tertohok, ya dia bukan siapa-siapanya Elzio dan dia tidak punya hak apapun meminta penjelasan atas hilangnya lelaki itu. "Menurut lo, gitu Nad?"
Nadia menoleh malas lalu mengangguk. "Lo siapa nya emang? Istrinya? Bukan, kan?"
"Tapi gue khawatir, dia janji mau datang ke rumah tapi sampai sekarang nggak ada kabar."
Nadia tertawa remeh. "Datang ke rumah lo mau apa? Lamaran? Nggak, kan? Cuma mau ngajak nonton futsal aja," decaknya tak habis pikir. "Harusnya lo mikir Bir, El nggak ngasih kabar ke lo berarti lo emang nggak sepenting itu buat dia. Pacar bukan, tapi nuntut pengen di kabarin. Malu dikit, dong."
"Nad! Lo kenap—"
"Biar gue," cegah Shabira saat Karina berdiri dan siap membalas ucapan pedas Nadia. Di tatapnya sosok gadis berkulit sawo matang itu dengan datar tapi tidak ada yang tahu bahwa tangan Shabira terkepal erat di bawah meja. "Makasih buat saran dari lo, Nad."
Nadia mengangguk enteng. "Jangan cuma di dengarin tapi di terapin, Bir."
"Tapi gue rasa, lo berubah sejak hari ulang tahun lo, Nad," ungkap Shabira membudalkan kejanggalan di hati. "Sikap lo, tingkah, lo bahkan penampilan lo berubah. Atau cuma perasaan gue aja?"
"Nggak, bukan perasaan lo aja, kok. Dia emang berubah jadi gila," cetus Karina membuat Nadia geram, gadis itu berdiri sambil menggebrak meja menarik perhatian.
"Maksud lo apa?!" sentaknya tak terima.
Karina ikut berdiri, menatap pongah pada Nadia. "Kenapa nggak terima, hah? Jelas-jelas lo tuh berubah, Nad! Apalagi sama Shabira, emang dia salah apa sama lo?"
Nadia berdecih. "Gue cuma jijik aja sama dia, tingkahnya bikin malu. Nggak ada harga dirinya sama sekali ngejar-ngejar cowok. Bener kata Alef, semenjak Shabira pakai kerudung, tingkahnya jadi nggak beres. Tapi, nggak heran, sih, toh dia pakai kerudung juga bukan karena Allah tapi karena cowok," ungkap gadis itu menatap remeh pada Shabira yang diam saja.
"Nad, lo keterlaluan!" sembur Chealse. "Lo sebene—"
"Lo suka sama Elzio?" tebak Shabira membuat seisi kelas terdiam. Gadis itu terkekeh sinis, menatap Nadia dari ujung kepala sampai kaki. "Sebenernya gue cuma nebak aja, tapi lihat lo diam aja kayaknya lo beneran suka sama gebetan temen sendiri, ya, Nad?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE SHADOW OF PRAYER
Fiksi RemajaJudul awal : Hey, Crush! Shabira Farahani Widji, sudah satu tahun diam-diam naksir Elzio Prasaja. Si lelaki yang terkenal dingin. Suatu hari, karena di prank temannya, Shabira mengalami hal memalukan yang tak pernah bisa dia lupakan tapi juga dia sy...