Assalamu'alaikum 😊
Pren, aku udah bilang kan ya, kalau nanti misal aku ada salah pengetikan atau ada salah pengertian, tolong tegur ya, karena aku masih belajar juga hehe ❤
***
Shabira membuka mata nya tanpa kesusahan, mengerjap beberapa kali demi menghilangkan buram, Shabira kemudian baru sadar bahwa dia ada di ruang kesehatan setelah tadi pingsan karena mimisan.
Shabira menarik napas panjang, hendak mengembuskannya secara keras namun urung saat suara berat, rendah, dan sesekali bernada terdengar. Kaget, Shabira tolehkan kepalanya ke kanan, dan rasanya jantung gadis itu akan lompat dari katup ketika sadar dia tidak sendirian di ruangan ini.
Di sisi brankar nya, ada seorang lelaki sedang duduk membelakangi nya sehingga mungkin lelaki itu tidak sadar bahwa Shabira sudah sadar. Shabira diam-diam membuang napas melalui mulut sambil mendengarkan ayat demi ayat suci yang Elzio lantunkan.
Merdu dan terdengar sangat indah, tidak heran sebenarnya dan bukan kali pertama Shabira mendengar lelaki itu membaca Al-qur'an. Hanya saja Shabira sedikit kagum, dalam keadaan menunggunya di ruang kesehatan, lelaki itupun memilih membaca ayat suci di banding memainkan ponsel seperti orang kebanyakan.
Sepuluh menit lamanya, Shabira terdiam dan tak mampu bersuara. Dalam diamnya menatap atap langit, dia sedang berpikir, apakah dia harus pura-pura masih pingsan atau bangun saja? Jujur saja, dia masih malu jika harus berhadapan dengan Elzio dengan kondisi memalukan beg—
"Lo udah sadar?"
Shabira tersentak kaget ketika mendengar suara Elzio menegurnya, menoleh ke kanan, Shabira dapati Elzio sedang berdiri sambil menyakui ponselnya.
"Eh iya, baru aja..." mengigit bibirnya sendiri, Shabira rasakan gugup menyerangnya dengan cepat. Tangannya berkeringat dingin, tapi ada rasa cemas yang meggelayut hatinya karena Elzio bicara padanya tanpa mau menatap pada Shabira.
Apa lelaki itu marah padanya?
"Itu..., anu..., m-maf ya, gue bikin lo repot." Shabira berujar sambil bangun dari rebahannya, dan saat itu juga Elzio memalingkan wajah, menatap pada tembok padahal Shabira merasa wajahnya tidaklah jelek-jelek amat.
"Pakai selimut nya kalau lo mau masih duduk."
Shabira mengernyit, lalu meringis saat menatap dirinya sendiri. Tidak, tidak ada yang salah, dia masih berpakaian lengkap dengan hodie nya, hanya saja Shabira memang mengenakan seragam rok pendek yang di mana saat dia bangun barusan membuat selimut yang menutup pahanya sedikit tersingkap.
"Udah?"
"U-udah."
Shabira perhatikan Elzio yang berjalan untuk menggeser tirai sampai habis, membuat bilik yang Shabira gunakan menjadi terbuka padahal sebelumnya, tirai itu memang tidak di tutup secara sempurna. "Ini," ucap Elzio.
Shabira terima segelas air yang Elzio berikan, meneguknya sampai habis. "Makasih, El. Maaf aku bikin kamu repot."
Elzio menatapnya sedetik lalu menurunkan padangannya. Menatap gelas yang masih Shabira pegang. "Nggak, nggak ngerepotin. Temen lo nggak bisa nemenin di sini katanya, jadi gue yang nemenin. Maaf kalau lo risi."
Shabira langsung mengutuk teman-temannya dalam hati. Ini pasti rencana mereka saja agar bisa menjebak Shabira di sini berdua dengan Elzio. Hah dasar kampret! Tapi nggak apa-apa, Shabira suka ide ini, hehehe.
"Nggak, kok, nggak risi. Tapi itu..., lo jadi ketinggalan pelajaran gegara gue? Gimana, dong?"
"Tanggung jawab lah, lo yang ajarin gue nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE SHADOW OF PRAYER
Ficção AdolescenteJudul awal : Hey, Crush! Shabira Farahani Widji, sudah satu tahun diam-diam naksir Elzio Prasaja. Si lelaki yang terkenal dingin. Suatu hari, karena di prank temannya, Shabira mengalami hal memalukan yang tak pernah bisa dia lupakan tapi juga dia sy...