Assalalamualaikum...
***
SHABIRA selesai dengan dzikir di shalat dzhurnya, gadis itu menengadahkan tangan bersamaan dengan kepalanya yang sedikit mendongak membuat lelehan air mata kembali mengalir di pipi namun gadis itu biarkan. Mengerjap beberapa kali demi menghilangkan buram nya pandangan, lantas Shabira mulai menggerakan bibirnya yang gemetar. "Ya Allah ya Ghaffur, Engkau Allah maha pengampun, hari ini hamba bersujud di hadapan Mu untuk memohon ampun atas semua dosa dan khilaf yang hamba perbuat. Ya Allah ya Afuww, Engkau adalah maha pemaaf, entah berapa banyak dosa yang hamba punya, tidak terhitung berapa kali khilaf yang hamba lakukan dengan sengaja tetapi hamba berharap Engkau bisa memafkan semuanya.
Ya Allah ya Samii, Engkau Allah maha mendengar, hamba tahu hamba adalah manusia berdosa yang sedang meminta ampunan, tak seharusnya hamba memohon sebuah pemintaan, tapi Ya Allah dengarkan keinginan hamba yang satu ini... lapangkan lah hati hamba ini ya Allah, berikanlah hamba keikhlasan, bebaskanlah hati ini dari rasa sakit atas kehilangan seseorang yang belum sempat hamba genggam. Ya Allah, ya Muhaimin, Engkau adalah maha mengatur yang sebaik-baiknya, dan hamba percaya itu. Maka jika Elzio tidak di takdirkan untuk hamba, tolong hilangkanlah rasa yang hamba punya. Atur sebaik-baiknya agar hamba bisa ikhlas dalam menerima takdir yang telah Engkau buat."
Shabira menutup mata dan seketika air bening jatuh berlomba-lomba. Gadis itu diam merasapi sakit yang masih bergumul di dada ketika wajah Elzio kembali membayang di depannya. Bagaimana lelaki itu tersenyum, bagaimana lelaki itu menatapnya, bagaimana lelaki itu berbicara kepadanya, rasanya semua ada di depan mata dan ingin sekali Shabira menggapainya.
Sakit sekali rasanya melaksanakan shalat dzhur hari ini, setelah terbiasa menyebut nama Elzio dalam doa agar menjadi pendamping hidupnya, bahkan kemarin doa yang sama masih dia panjatkan tapi salam semalam takdir merubah segalanya. Nama Elzio masih Shabira sebut, namun kini dengan tujuan berbeda. Bukan untuk meminta untuk di persatukan, melainkan untuk di berikan rasa ikhlas melepaskan. "Apa kamu sedih juga kayak aku, El?" tanya Shabira parau. "Apa kamu ngerasa sedih sekarang?"
"Astagfirullah... astagfirullah..." gumamnya pedih, sadar bahwa tak seharusnya dia memikirkan Elzio lagi.
Shabira lantas merubah posisi menjadi berbaring, meringkuk di atas sejadah, jemari-jemari lentik dan halusnya mulai bergerak memutar butir demi butir tasbih sementara bibirnya kembali berdzikir.
Lama gadis itu diam di posisi tersebut, larut dalam dzikirnya sampai ketukan di pintu di sertai seruan Bunda yang memanggilnya membuat Shabira tersadar. "Masuk aja Bun."
Tak lama setelah Shabira menyahut, pintu terbuka dan derap langkah kaki sempat terdengar sebelum menghilang. Shabira memang meringkuk membelakangi pintu, sehingga dia tidak tahu bahwa kini ada Khadijah yang hatinya pilu seperti disayat dengan sembilu melihat putrinya yang terbaring sementara badannya gemetar di temani suara parau yang menggumamkan dzikir tanpa henti.
"Shabira sayang...." panggil Khadijah pelan, melangkah hati-hati lantas wanita itu duduk di belakang Shabira dengan badan membungkuk untuk memeluk putrinya. "Kakak anak Bunda kuat ya?"
Shabira mengangguk dengan senyum tulus. "Insya Allah Bunda, insya Allah."
"Kak, pernah sayyidina Ali mengatakan kurang lebih kayak gini, ketika kamu ikhlas menerima semua kekecewaan hidup, maka Allah akan membayar tuntas semua rasa kecewamu dengan beribu-ribu kebaikan. Kakak dengar ya, belajar buat mengerti bahwa segala sesuatu yang baik untukmu tidak akan Allah ijinkan pergi kecuali akan diganti dengan yang lebih baik."
Shabira hanya mengangguk saja sembari mengambil tangan Bundanya untuk dia genggam erat. "Kak..."
"Hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE SHADOW OF PRAYER
Fiksi RemajaJudul awal : Hey, Crush! Shabira Farahani Widji, sudah satu tahun diam-diam naksir Elzio Prasaja. Si lelaki yang terkenal dingin. Suatu hari, karena di prank temannya, Shabira mengalami hal memalukan yang tak pernah bisa dia lupakan tapi juga dia sy...