Assalamu'alaikum
Aku double UP nih, semoga suka :)
Makasih ya buat dukungan kalian untuk cerita ini, aku bacain komen kalian dan nggak bisa bales satu2 karena sibuk mewek saking terharunya. Wkwk, sebaperan itu aku tuh ><
Jangan lupa vote bestieeee <3
Tandai lagi ya kalau ada typo hehehe.
***
Shabira berdiri di depan meja riasnya yang bercermin, dia menatap pantulan dirinya sendiri yang sedang berusaha mengenakan kerudung instan cukup panjang, beberapa saat kemudian dia selesai. Shabira tersenyum manis, mendadak matanya buram dan terasa perih melihat betapa cantiknya dia mengenakan kerudung.
Terbayang kejadian tadi siang saat Elzio berusaha menjaga pandangan dan terlihat tidak nyaman berhadapan dengan Shabira, terbayang juga bagaimana saat tadi Elzio tersenyum manis tatkala melihatnya setelah menutup kepala dengan tudung hodie, dan terngiang kembali bagaimana dengan suara lembutnya Elzio memuji Shabira cantik.
"Belum berkerudung?"
Suara Elzio yang bertanya tadi pun turut terdengar begitu jelas seolah memang di bisikkan dekat di telinga. Pertanyaan biasa saja sebenarnya namun mampu membuat hati kecil Shabira tersentil. Seorang lelaki yang mana bukan dari keluarganya, menanyakan kewajiban Shabira sebagai muslim untuk menutup aurat dan jujur saja itu membuatnya malu.
Sebenarnya, bukan sekali dua kali Bapak Ridwan tercinta menegur Shabira agar segera menutup aurat. Shabira adalah perempuan remaja yang sudah baligh, sudah seharusnya memang dia mengikuti arahan dari agama nya, termasuk berhijab.
Sesering Bapak Ridwan menegur dan memperingati Shabira untuk berkerudung, sesering itu juga Shabira melawan. Dengan berbagai macam alasan tentu saja sampai bertengkar dengan sang ayah dan berakhir ayah nya yang mengalah.
Masih ingat dengan cerita Shabira yang menolak untuk bersekolah di SMA Negeri?
Alasan Shabira menolak adalah karena di SMA Negeri, sebagai muslim, dia harus berseragam panjang dan wajib di kerudung. Itulah alasan Shabira tidak mau menerima tawaran Bapak Ridwan.
Shabira tidak mau berkerudung saat sekolah.
Ya, dia tahu itu salah dan perbuatan dosa. Waktu dan tempat di sediakan untuk menghujat Shabira sepuasnya.
Tapi sungguh, Shabira mempunyai alasan walau terdengar tak masuk akal.
Dia tidak ingin berkerudung hanya karena mengikuti jaman, selalu berpikir bahwa tidak semua perempuan muslim di sekelilingnya berkerudung. Shabira mengatakan ini karena melihat dengan mata kepala sendiri, ada ratusan orang yang tidak menutup auratnya walau mereka adalah seorang muslim. Jadi Shabira pikir, bukan dia saja yang berdosa melainkan banyak.
Sebelumnya Shabira tidak pernah mendengarkan teguran atau nyinyiran dari pihak keluarga nya, dia selalu anggap teguran itu sebagai angin lalu. Masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Tapi kenapa hanya karena pertanyaan halus dari Elzio bisa membuat hatinya tersentil?
Shabira hela napas panjang, lalu masih dengan mengenakan kerudung di kepala walau dia berpakaian daster selutut, Shabira keluar dari kamarnya sambil berteriak memanggil Bunda Khadijah.
"Bunda di dapur, Kak!" sahut Bunda nya.
Shabira segera mengayun langkah ke sana, tampak Bunda nya sedang sibuk memotong sayuran di meja makan. "Lagi apa bun?"
"Lagi main bola voli, nih, mau ikutan?" jawab Bunda Khadijah sebal. "Lagi motong wortel nih! Bantuin!"
Shabira mencebik. "Bun, coba lihat kakak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE SHADOW OF PRAYER
Fiksi RemajaJudul awal : Hey, Crush! Shabira Farahani Widji, sudah satu tahun diam-diam naksir Elzio Prasaja. Si lelaki yang terkenal dingin. Suatu hari, karena di prank temannya, Shabira mengalami hal memalukan yang tak pernah bisa dia lupakan tapi juga dia sy...