Debility

624 123 10
                                    

"Siapa itu Doyoung?"

Dahyun merasakan dadanya bergejolak saat suara Eunwoo menanyakannya seperti itu.

Dahyun mengalihkan pandangannya dan mendapati Eunwoo kini tengah melipat tangannya dengan raut kesal yang terlihat jelas di wajahnya. Mau tidak mau Dahyun menyeringai karena melihat ekspresi pria itu.

"Dia kakakku, Eunwoo-ya. Wae? Kau cemburu pada kakakku sendiri?" Dusta Dahyun.

Eunwoo mendengus kesal, "Hm."

Dahyun pun memutar bola matanya. Tinggi sekali gengsi Cha Eunwoo ini.

"Karena kakakmu sedang tidak ada, aku ingin berkunjung ke rumahmu."

Dahyun langsung membelalakkan matanya dan menatap pria di sampingnya dengan tatapan horor. Namun sedetik kemudian tatapan itu digantikan dengan senyuman lebar Dahyun.

"Kau yakin? Oppa-ku kurang suka kalau aku membawa pria ke rumah."

Eunwoo mendengus, lagi. Ia pun melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Dahyun.

"Jangan kau coba-coba menolakku Dahyun. Pokoknya aku akan datang ke rumahmu nanti malam. Dan aku harap aku dapat mengenal keluargamu lebih dekat." Ujar Eunwoo dengan nada lugas, tanpa ia sadari, seringaian jahat terbentuk dari bibir wanita putih di sampingnya.

"Tentu Eunwoo-ya, tentu."

.

Setelah jam mata kuliah selesai, dengan agak buru-buru Dahyun pun melangkahkan kakinya keluar dari kelas itu. Sebisa mungkin ia ingin menghindar dari Jaehyun. Ia masih belum sanggup bertemu dengan pria itu.

Tidak mendapati tanda-tanda Jaehyun, Dahyun langsung bernafas lega. Ia lalu berjalan keluar dari area kampus sambil bersenandung kecil. Namun tiba-tiba terlintas di kepalanya tentang beberapa bukunya—yang entah bisa kau bilang untung atau sial—yang masih tertinggal di rumah Jaehyun.

Dahyun menggigit bibirnya perlahan. Apa ia harus mengambil buku-buku itu? Ia bisa saja membeli buku baru, hanya saja ... Buku itu berisi banyak catatan yang sengaja Dahyun buat di dalamnya untuk memudahkannya dalam mempelajari materi.

Dahyun pun menghela nafas perlahan, dan mengabaikan rasa sakit yang kini menjalari dadanya.

Hanya sebentar saja. Ya, hanya sebentar saja.

.

Dahyun menginjakkan kakinya di depan pagar kediaman Jaehyun itu. Setelah membayar ongkos taksi yang ia naiki, ia pun berjalan sebentar hingga ia dapat melihat rumah besar yang berada di ujung pantai tersebut. Dengan agak ragu, Dahyun membuka pagar rumah itu tanpa perlu memencet bel terlebih dahulu.

Mata Dahyun terbelalak lebar ketika mendapati mobil porsche Jaehyun yang terparkir manis di area kediaman pria itu.

Kepanikan kini memenuhi batin Dahyun. Apa Jaehyun sudah pulang? Tapi sedari tadi saat perjalanan pulang ia tidak melihat tanda-tanda mobil Jaehyun. Lalu, apakah Jaehyun tidak berkuliah?

Dahyun mengepalkan kedua tangannya erat, berusaha mengusir rasa gugup yang tiba-tiba menghampiri dirinya. Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju rumah di depannya. Sesampainya di sana, Dahyun langsung membuka pintu di depannya tanpa perlu—lagi—menekan bel pada sisi pintu.

Baru saja Dahyun menginjakkan kakinya pada lantai kediaman Jaehyun itu, suara yang sangat ia kenal terdengar dari jauh.

"Aggashi?"

Seorang pria dewasa itu langsung menyambut Dahyun dengan vas bunga yang berada di tangannya.

Dahyun tersenyum kecil melihat tingkah sang kepala pelayan kediaman Jaehyun itu.

(Not) A Doll [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang