17. Baikan

2.1K 113 1
                                    

Brayen menemui Anne. Dia harus menyelesaikan masalah nya dan meminta Anne untuk tidak lagi mengganggu nya.

Anne yang mengira Brayen akan memilihnya berdandan secantik mungkin untuk memikat Brayen.

"nah sekarang gue mau ngomong sama Lo, Lo harus pasang kuping Lo baik baik!. Anne gue sudah gaada apa-apa sama Lo. Gue suka Ega bukan Lo!"

"T-tapi Bry dia itu cowok ga bisa buat kamu bahagia, ga bisa ngasih kamu anak dan__

"Cukup Anne. Lo tau apa soal bahagia gue. Sekarang gue minta Lo jangan muncul di hadapan gue lagi"

"Bry kamu ga ingat aku pernah hamil anak kamu!?"

"Gue ingat! Sangat ingat. Tapi anak itu udah gaada Anne!"

"Sekarang Lo mau apa? Minta tanggungjawab? Gue bahkan ga tau Lo hamil beneran atau ga waktu itu" ucap Brayen. Seketika Anne terdiam dan seperti memikirkan apa yang ingin dia ucapkan ke Brayen

"Kamu ga percaya? Padahal jelas-jelas kita ngelakuin itu"

"Udahlah Anne. Gue sekarang ga peduli lagi Lo bilang gue jahat atau ngadu ke bokap gue" Brayen pergi meninggalkan Anne yang masih terus meneriaki namanya

Brayen mengunjungi rumah Ega di depan pintu  sudah ada Yoga yang seperti sedang menunggunya

"Ega nya ada?"

"Mau ngapain?" Tanya Yoga sinis

"Gue mau ketemu Ega. Gue mau ngomong sama dia"

"Lo ga boleh ketemu dia"

"Ayolah ini penting"

"Sebelum Lo ketemu Ega Lo harus bilang apa yang buat Ega nangis lama banget kaya gitu!"

"Ega nangis! Please lah izinin gue masuk. Nanti gue ceritain atau tanya ke kak Ben aja"

"Ga boleh gue bilang Lo dengar ga sih!"

"Yoga ada apa?" Wanita paruh baya itu keluar karena melihat anak sulung nya yang seperti sedang berdebat.

"Eh ada Brayen. Mau ketemu Ega ya?"

"Iya Tante, Bry boleh masuk ga?" Tanya Brayen dia mengabaikan Yoga yang sedari tadi masih menatapnya tajam

Mamanya melihat kearah yoga kemudian tersenyum "gapapa kan Brayen nemuin Ega?" Tanya mamanya lembut sambil menepuk lengan anaknya

"Tapi ma"

"Gapapa. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Kamu juga masuk, dari tadi handphone kamu bunyi terus tuh"

"Ayo Brayen masuk aja. Ega ada di kamar nya"

Brayen segera masuk. "Permisi om" ucap Brayen saat melihat ayah Ega duduk di sofa

Brayen mengetuk pintu kamar Ega pelan sambil menyebutkan namanya

"Ga, buka pintunya dong ini gue Brayen, gue mau ngomong sama Lo"

"Ga please gue udah selesein masalah gue sama tuh cewek"

"Ega_

"Yaudah masuk" Ega membuka pintu kamarnya terlihat matanya sembab karena menangis

"Gue minta maaf ya Ga udah bikin Lo nangis Lo mau pukul gue silakan gue pantas dapetin itu" ucap Brayen mengarahkan tangan Ega ke pipinya

"Udah gue maafin"

"Terus Lo kenapa nangis?"

"Gue cuma kesel sama khawatir aja bry. Gue khawatir kalau Lo malah milih cewek itu dan ninggalin gue padahal kita juga udah ewean berapa kali nanti kalo gue juga hamil apa Lo nyuruh gue buat gugurin juga?"

Brayen mencerna kata-kata Ega. Hamil? Hah lelaki di depannya ini memang menggemaskan

"Ga gue ga akan ninggalin Lo. Kalaupun Lo hamil malah seneng"

"Tapi itu juga bikin gue sedih Bry"

"Kenapa hm" Brayen mengusap pipi Ega yang memerah sesekali menghapus air matanya

"Gue cowok dan ga bisa ngasih Lo anak. Nanti kalo Lo mau anak gimana?"

"Ega hey dengerin gue. Gue ga masalah dengan itu dan itu udah jadi pilihan gue dan gue tau itu"

"Hiks. Aku sayang kamu Bry. Ga mau kamu kemana-mana lagi"

"Iya aku juga sayang sama kamu"

Mereka saling berpelukan mencoba merasakan kehangatan masing-masing mencari rasa nyaman yang saling tersalurkan sampai tidak sadar mama dan kakak Ega sedang berdiri di depan pintu

"Sudah kayak sinetron Indosiar" ucap Yoga. Mereka yang kaget melepaskan pelukannya

"Hiss kak ga boleh iri gitu dong. Cari juga makanya" ucap mama

"Ma yoga ga mikirin masalah itu. Kuliah Yoga aja udah bikin pusing" Yoga pergi dari sana disusul oleh mamanya yang terlebih dahulu menutup pintu

Ega memeluk erat Brayen. Sampai dia merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.

Cukup lama Brayen berada dirumah Ega. Menunggu kekasihnya itu sampai tertidur mengusap lembut rambutnya mencium kening, mata, hidung pipi dan bibir Ega.

"Ga aku pulang ya. Sweet dream baby"

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Ega. Brayen langsung pulang ke apartemen nya.

"Bry woy sini woy" Brayen langsung menoleh kearah suara ternyata itu Kelvin

"Ngapain Lo Vin?"

"Nih kasih ke Bian ya" Kelvin menyerahkan bingkisan kecil

"Apaan nih?"

"Ada lah. Lo jangan buka langsung kasih Bian aja"

Brayen mengembalikan bingkisan itu ke Kelvin "nih Lo kasih sendiri aja. Gue ga pulang kerumah atau Lo telpon aja tuh si Bian suruh ngambil"

"Ini malam bego mana bisa. Udah jam 11 juga"

"Yaudah Lo tinggal nunggu besok aja. Udah ya Vin gue gerah pengen mandi Lo mau mampir ?"

"Ga deh. Gue pulang aja"

Brayen hanya mengangkat bahunya. Bisa-bisanya Bian suka sama cowok modelan Kelvin. Brayen tidak suka mencampuri urusan adik atau kakaknya baginya mengurusi urusan nya saja sudah capek

Beruntung sekarang Brayen sudah bisa mengontrol dirinya untuk tidak mabuk ketika sedang ada masalah.

.
.
.
Tbc

Your Crush (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang