21. Rumah Brayen

1.9K 92 0
                                    

"Ega aku mama memintaku pulang nanti malam, dan aku sudah bilang kalau aku akan ngajak kamu"

"Lohh kok kamu ga konfirmasi dulu ke aku?"

"Kenapa kamu harus ikut aku sekalian mau ngenalin kamu ke mereka"

"Tapi Bry... Gimana kalo mereka terkejut saat kamu ngenalin aku ke mereka"

"Apa yang membuat mereka terkejut?"

"Ya sudah kalau begitu aku akan pergi"

Setelah mandi berdua dan cukup lama dua manusia itu akhirnya keluar dari kamar mandi, mereka berdua bersiap-siap pergi untuk makan malam dirumah Brayen.

Sejauh ini hanya keluarga Ega saja yang tau kedekatan mereka sementara keluarga Brayen hanya Ben dan Bian saja ayah dan ibunya sama sekali tidak tau.

"Bry sebaiknya aku pakai baju apa? Baju aku banyak sweater gini aja terus celana nya juga banyak celana jeans kan ga sopan kalo aku pergi kesana pakai baju yang kayak gitu"

"Hm mana coba ku lihat" Brayen mulai melihat beberapa pakaian Ega kemudian dia mengambil sebuah celana bahan berwarna putih dan sweater berwarna coklat susu"

"Nih coba kamu pakai"

"Yakin ini cocok?"

"Iya coba dulu. Masukin dalem aja bajunya"

"Oke ginikan?"

"Hemm.. cute banget sih pacar aku" Brayen mencubit pipi Ega kemudian mengecup bibirnya.

"Udah siap?" Tanya Brayen

"Bentar. Aku mau pakai hairspray dulu"

"Kan tadi udah keramas"

"Gapapa biar wangi aja"

Setelah beberapa menit mereka berdua akhirnya bersiap untuk pergi. Brayen memakai kemeja lengan panjang berwarna navy yang dia gulung sebatas siku dan celana hitam.

"Pakai mobil aja Ga biar wangi mu nggak hilang"

"Oke".

Sepanjang perjalanan Ega hanya diam sambil meremas tangan nya sendiri. Brayen yang sesekali melirik kearah Ega tau bahwa Ega sedang merasa gugup "gugup kah?"

"Ya iyalah. Ini kan pertama kalinya aku ketemu sama ayah dan ibumu"

"Iya. Em Ga nanti kalau ibuku tanya kamu siapa jawab aja pacar aku ya"

"E-emang nya gapapa?"

"Kamu bilang aja gitu ya"

"Hm iya"

Setelah beberapa menit akhirnya mereka memasuki kediaman orang tua Brayen rumah itu tampak terang menderang dan terlihat beberapa orang yang sedang berjaga di sebuah pos.

"Ayo masuk kita sudah sampai"

"O-oke"

"Sini" Brayen mengarahkan tangannya pada Ega, Ega yang tidak mengerti hanya menaikkan alisnya "apa?" Tanyanya. "Tangan kamu" Brayen langsung menarik tangan Ega dan menggandeng nya masuk kedalam

"Boommmm"

Ega tersentak kaget dan hampir terjatuh untung Brayen memegang tangan nya.

"Eh kak Ega gapapa kan aku ga sengaja"

"Ck. Bian jangan begitu nanti mereka pulang" kali ini Ben yang datang dia menyilangkan tangan nya kedepan dada

"Hehe maaf deh kalo gitu" ucap Ega

Kini mereka berempat berjalan menuju meja makan terlihat disana ibu dan ayahnya Brayen sudah duduk menunggu mereka. "Welcome son" ucap ayahnya

"Hm" jawab Brayen singkat kemudian mendudukkan dirinya. Ega juga langsung duduk di sebelah Brayen dan Ben

"Jadi ini teman mu ya Bry?" Tanya ibunya

"Ee selamat malam semua, saya Ega"

"Emm nak Eka buat dirimu nyaman ya"

"Iya makasih Tante" ucap Ega sambil tersenyum.

Mereka berbincang satu sama lain membicarakan soal kerjaan dan sekolah. Ega sedikit tidak mengerti dengan yang mereka bicarakan tentang misi atau apa lah itu.

"Brayen bagaimana tugas yang papa kasih waktu itu apa sudah kamu bereskan?" Tanya ayahnya

"Aku sudah berhasil mengambil beberapa senjata ilegal yang dia bawa tapi aku kehilangan jejaknya jadi aku belum membereskan nya"

"Pastikan kau tidak gagal"

Ega sedikit penasaran. Membereskan apa? Memangnya apa yang tidak dia ketahui tentang Brayen?

"Kau pasti penasaran kan?" Tanya Ben pada Ega yang tampak sedang berpikir

"Ee tidak kok"

"Yakin tidak mau tau?"

"Mungkin lebih baik aku tidak usah tau" jawab Ega

"Oh iya. Ega kamu siapa nya Brayen?" Kali ini bukan ibunya yang bertanya tapi ayahnya. Lalu Ega harus menjawab apa Brayen hanya minta jika ibunya yang bertanya dia akan menjawab dia adalah pacarnya tapi kalau ayahnya?

"S-saya.. s-saya

"Pacar ku" ucap Brayen

"Jadi kamu sudah benar-benar memutuskan untuk menjadi gay?" Tanya ayahnya

"Iya"

"Oke itu bukan urusan papa. Nah Ega kamu mau tau lebih banyak tentang Brayen kan?"

"Saya... Kalau boleh saya ingin tau. Tapi kalau hal itu lebih baik jika saya tidak tau, saya memilih untuk tidak tau"

"Nice answer. Kami memiliki pekerjaan yang memang seharusnya kamu tidak harus tau tetapi kalau kamu ingin bersama Brayen kamu harus mendengarkan ini dengan baik"

"Pa. Cukup, biar aku saja yang kasih tau Ega!"

"Kenapa?"

"Kamu takut dia meninggalkan mu?"

Ega makin bingung. Kenapa kalau dia tau dia bisa saja meninggalkan Brayen?. "Bagaimana Ega apa kamu tidak berubah pikiran kalau kamu tau semua tentang nya"

"Om bisa cerita kan. Kalau saya dengar dari Brayen mungkin saya tidak bisa menahan emosi saya"

"Baiklah. Kau tau dikota ini banyak sekali orang yang mencoba menyimpan barang-barang ilegal, seperti hal nya sabu, senjata api dan lain nya. Kami bekerja sama dengan polisi untuk memberantas hal tersebut tapi cara kami cukup kejam. Kami akan membunuh orang yang melakukan itu jika dia sudah mencapai catatan kriminal yang ke tiga kali"

"Maksud om apa om dilindungi oleh hukum melakukan hal tersebut?"

"Ya tidak juga, karena kami juga kadang disewa oleh orang lain untuk melakukan itu. Jadi apa kau siap menerima Brayen meski kau sudah tau pekerjaan apa yang sudah dia lakukan"

Brayen dari tadi hanya mengepalkan tangannya. Dia kesal karena ayahnya membicarakan itu pada Ega, padahal niatnya kesini bukan untuk membuat Ega mengetahui kejahatan nya. "Pa aku tidak akan memaafkan papa jika dia benar-benar tidak menerima ku!"

"Terima kasih sudah menjelaskan pada saya om" Brayen menatap Ega khawatir karena ekspresi nya yang berubah.

"Sudah ah makan malam kita jadi suram karena cerita seperti itu. Kalian tidak bisa menempatkan suasana sama sekali" ucap ibunya.

.
.
.
Tbc

Your Crush (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang