Season II-01: Empty

395 77 5
                                    

🖤 Selamat membaca 🖤

🖤

🖤

🖤

🖤

🖤

[Tujuh Tahun kemudian]

Pintu jati sebuah ruangan Presiden Direktur di lantai teratas dibanting dengan keras hingga kusen nampak bergetar di buatnya.

Ketukan langkah dari wedges setinggi tujuh senti meter terdengar melintasi ruangan bersamaan dengan kilatan mata berapi dari perempuan berusia tiga puluh lima tahun menukik tajam pada pria di meja kebesaran di ruangan tersebut.

"Sialan, Tae Young. Aku mau kau membereskan semua permasalahan ini."

Meskipun tengah di hadapkan pada tindakan dramatis yang istrinya lakukan saat ini, Tae Young tidak mendongak dari dokumen-dokumen penting di tangannya. Bahkan saat detik pertama perempuan itu menginjakkan kaki di ruangannya, Tae Young tak memedulikan kedatangannya sama sekali.

Alih-alih menanggapi nada protes yang baru saja di keluarkan Guk Hwa melalui ketukan jari di meja untuk mendapat tanggapannya, Tae Young memilih mengambil bolpoin dan menorehkan tinta pada salah satu dokumen penting tersebut.

Tae Young memiliki setumpuk dokumen dan pekerjaan yang selalu membuatnya sibuk setiap hari. Dia tak punya waktu untuk hal yang tidak penting yaitu permasalahan Guk Hwa.

"Tae Young..." Kali ini Guk Hwa berusaha untuk mengecilkan nada suaranya, terdengar mencicit karena ia tahu jika tanggapan Tae Young tadi adalah sebuah penolakan.

Dia harus membujuk Tae Young karena permasalahan ini memang tidak dapat di anggap santai untuknya. Guk Hwa di desak oleh situasi dan kondisi, dan satu-satunya cara yang dapat membantunya adalah Tae Young, suaminya.

Kekuasaan dan kalimat yang keluar dari mulut Tae Young dapat membungkam seluruh awak media yang tengah menyorotinya.

Total tiga puluh delapan detik Guk Hwa bimbang menanti tanggapan Tae Young. Wanita itu tidak cukup sabar untuk menanti lebih lama lagi sehingga dengan terpaksa ia merebut dokumen tersebut dari tangan Tae Young meski ia tahu resiko apa yang akan dirinya dapat setelah ini.

"Kumohon..."

Kali ini Tae Young meletakkan pena begitu ia mendongakkan wajahnya dan menatap sang istri dengan tatapan yang sama sekali tidak pernah berubah sejak di awal pernikahan mereka tujuh tahun lalu. Cenderung dingin dan tanpa ekspresi berarti.

"Aku tidak tahu kenapa aku harus terus terlibat dengan permasalahan yang telah kau buat selama ini. Kau yang berbuat dan aku yang harus menyelesaikannya? Maaf Guk Hwa, aku tidak ingin lagi melakukan semua itu."

"Itu sudah menjadi tugasmu sebagai seorang suami! Lindungi aku dari media-media bajingan itu dan buat hidupku nyaman tanpa di buntuti paparazi!" Guk Hwa mengepalkan tinju. Tae Young nyaris bisa mendengar gertakan gigi wanita itu.

Namun masih dengan santai Tae Young menanggapi kalimat Guk Hwa. "Ya, kau ingin aku melindungimu dari mereka semua agar kau bisa bebas melakukan apa pun dengan kekasihmu itu, kan? Kau bahkan melupakan kewajibanmu sebagai seorang ibu."

"Aku tidak pernah melupakan kewajibanku sebagai seorang ibu. Aku merawat Woo Young dengan sangat-sangat baik bahkan mempersiapkan masa depannya dengan matang."

Lawan bicaranya bersedekap sebagai penyangkalan. "Kau merawatnya dan mempersiapkan masa depannya? Tapi pernahkah kau mengkhawatirkan keadaan Woo Young setelah semua yang kau lakukan padanya?"

Criminal : The Villain's Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang