XV. RASA

3K 302 7
                                    

Elin berhenti melangkah tatkala mereka kini berada tak jauh dari ruang kelas yang ternyata belum ada guru itu. Elin nampak tertunduk sebentar kemudian mendongak menatap Asye yang kini juga menatapnya dengan pandangan tidak enak.

"Anu... Lo marah ya, Lin? Sorry, gue ga maksud buat ikut campur tadi. Kebawa emosi gue lin, sorry banget" ucap Asye cepat sembari meringis pelan.

Elin berdehem sebentar kemudian akhirnya menjawab,

"Lo ga salah, gue berterimakasih untuk yang tadi. Kalo ga ada lo mungkin gue bakal nangis lagi disana"

"Lin, lo?"

"Gue ga papa, susah emang ngelupain orang yang gue cintai secepat ini tapi lebih baik gue biasain dari sekarang daripada lebih sakit kedepannya" ungkap Elin sendu.

"Lin, gue bakal selalu ada buat lo. Saat lo capek atau pengen nyerah sama keadaan, ingat lo masih punya gue."

Elin tersenyum kemudian menatap Asye dengan mata berkaca-kaca,

"Lin, lo nangis?"

Elin mengangguk cepat kemudian buru-buru menghapus jejak air matanya.

"Jangan toa juga mulut lo"

Asye terkekeh pelan, namun tatapannya masih sendu pada Elin. Asye mengulurkan tangannya kemudian menepuk pundak Elin seolah memberi kekuatan.

"Semangat Elin!! Lo pasti bisa."

Elin membalas dengan senyuman dan keyakinan dalam hati.

Mau bagaimanapun hubungan yang menyakiti dua belah pihak atau salah satu pihak bukanlah hubungan yang baik, untuk apa bertahan jika kamu bisa memilih pergi.

Utamakan kebahagiaanmu lalu kamu akan mengerti arti dari membahagiakan orang lain.

***

Tring
Tring
Tring

"Disini yang namanya Asyelya ada?"

Asye menengok tatkala seorang siswi memanggil namanya dari balik pintu kelas.

"Iya ada, kenapa?" Asye bertanya was-was.

"Lo di panggil bu Mely keruangannya, " ungkap siswi itu yang kemudian berlalu pergi.

Asye dan Elin saling menatap satu sama lain seolah pikiran mereka menyatu, keduanya jadi parno sendiri.

"Ini ga karna lu mukul Bara tadi kan?" Selidik Elin, mencoba menerka-nerka alasan di panggilnya Asye.

Asye hanya mengendikkan bahu tidak tau dengan wajah yang juga ikutan panik. Wah jika ia dikeluarkan karna masalah ini lagi bisa di botakin ia nanti oleh sang ayah.

"Gimana nih Lin?"

"Oke, jangan mikir negatif dulu. setau gua Bara bukan orang yang suka ngadu, apalagi ngadu dia dipukul ke guru."

Mendengar itu Asye jadi tenang sedikit, ya tidak mungkin orang se-gengsi Bara akan melaporkannya.

"Gih lo pergi, entar lo ga sempat kekantin kalo kelamaan"

Asye pun mengangguk semangat, buru-buru ia berlari ke ruang guru  lalu ketika ia sampai dengan sopan Asye menunduk dan memberi salam.

"Jadi begini Asye, alasan ibu manggil kamu kesini itu karna..."

Asye menengguk salivanya kasar, semoga keberuntungan masih berada dipihaknya.

"Ibu lihat nilai kamu di mapel Biologi bagus sekali, ditambah lagi kuis kamu yang kemaren dapat nilai sempurna,"

Asye mengerjab bingung, eh tunggu jadi dia dipanggil sekarang karna nilai biologinya? Seketika Asye bernafas lega, ia tersenyum lebar sembari kembali mendengarkan maksud dan tujuan sang guru.

ASYELYA AND HER WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang