Flashback on.
"Hai?!"
"Kamu Chyntia kan? Kenalin aku Eve" ucap seorang gadis dengan rambut cepolnya yang memberi kesan imut.
Chyntia mendongak dari posisinya yang jongkok menatap seorang gadis imut didepannya, ia tersenyum kemudian menyambut tangan si gadis sembari mengangguk memberi jawaban.
"Iya, halo Eve. Salam kenal" ucapnya.
Itu adalah awal mula pertemuan mereka, dua orang asing yang akhirnya menjadi sahabat dekat seiring waktu berjalan.
Chyntia tidak pernah senyaman ini bergaul dengan seseorang. Baginya Eve itu seperti saudara yang sangat ia inginkan. Tumbuh seorang diri dengan neneknya sungguh membuatnya merindukan sosok kakak seperti orang-orang.
Bagi Chyntia, Eve adalah teman sekaligus keluarganya.
"Chyn, tau ga sih aku diundang ke ulang tahunnya kak Eliney" sorak Eve senang sembari mengguncang tubuh Cynthia pelan.
Chyntia ikut tersenyum melihat temannya itu, "sesenang itu ya kamu?"
"Iyalah Chyn, ini kak Eliney loh. Ihh aku ngefans banget sama dia"
Chyntia sudah tak heran lagi dengan kesukaan temannya yang satu ini, bagaimana tidak sejak pertama mereka menjadi siswa baru di sekolah ini Eve sudah sangat mengidolakan Eliney.
Chyntia tidak begitu mengenal orang itu namun ia pernah melihatnya beberapa kali, Chyntia akui kakak kelas itu memang sangat cantik dan keren. Bahkan auranya saja mampu menarik banyak orang.
"Aku tau, jam berapa emang acaranya?"
"Jam 17.00 sore ini,"
Entah mengapa perasaan Chyntia tiba-tiba tidak enak,"lumayan sore ya. Berarti pulangnya malem dong?"
Eve mengangguk semangat, " Iya"
"Iih ga sabar banget aku, cepet bergerak dong jam"
Chyntia yang melihat sang teman bersemangat tidak bisa berkata apa-apa lagi, walaupun perasaan sudah tidak tenang tentang pesta ini tetap saja ia tidak bisa berbuat apapun.
"Kak Lia ikut ga?"
"Engga, lagian kak Lia kan ga diundang jadi aku sendiri juga oke"
Chyntia terkekeh pelan, "dasar, segitu ga sukanya ya kamu kalo kak Lia ikut."
Eve menggeleng cepat, "engga, lagian aku udah gede. Masa apa apa harus sama kakakku. Pokoknya aku mau sendiri"
"Iya iya, tetap hati-hati ya. Jaga diri, jangan yang aneh-aneh" peringat Chyntia.
Eve mengangguk patuh, namun ternyata realita tak berkata demikian.
Chyntia mulai merasa ada yang aneh dengan Eve tepat ketika acara itu selesai.
Tingkah Eve mulai berubah 180° hingga pada puncaknya, kejadian itu terjadi.
18 November, diatas gedung perusahaan keluarga Eve sendiri. Gadis itu mengakhiri hidupnya sembari tersenyum lega tepat dihadapan Cynthia.
"Aku selesai Chyn." Kata-kata terakhir yang Eve ucapkan sebelum maut menjemputnya.
Flashback off.
***
Suara samar-samar mulai terdengar perlahan di gendang telinganya. Matanya serasa berat namun akhirnya berhasil pula dibuka.Cahaya lampu yang cukup terang sukses memberi olahraga mata untuk Asye yang kini bingung berada dimana.
Gadis itu mengendarkan pandangannya begitu retinanya mulai bisa menerima cahaya yang masuk.
Otaknya ikut beroperasi seperkian detik kemudian, ingatannya kembali dan seperti de javù Asye langsung kepalang panik dibuatnya.
Ingatan dimana mobil melaju dan hampir menambrak Elin seakan mampu membuat Asye bangun tiba-tiba dari tidurnya.
Bukan apa-apa, hanya saja itu anak orang hei.
"Asye!"
Asye menoleh tepat sebelum kakinya benar-benar menyentuh lantai. Didepannya, berdiri sang ayah yang langsung berlari mendekat.
"Kamu ga papa nak?" Khawatir sang ayah.
Asye menggeleng pelan sebagai jawaban, menarik nafas sejenak Asye kembali berucap.
"Pah, temanku gimana?" Tanyanya.
"Temanmu gpp, tadi baru di jemput ayahnya"
Mendengar itu Asye langsung bernafas lega, jantung sudah berdegup gugup tadi.
"Kamu bikin papah takut tau ga."
"Aku ga papa pah, serius Asye baik-baik aja"
"Kalau aja itu mobil ketemu ga ada jalur damai damai. Papah hantam pokoknya"
Asye meringis pelan, sang ayah ini kalo sudah seperti ini akan sangat sulit ditenangkan. Pada akhirnya Asye memilih berbaring sembari mendengarkan sang ayah.
"Masa habis nabrak langsung nyelonong gitu aja, untung ada tetangga baru pulang jadi ngeliat kalian."
" Kalau mabuk juga setidaknya tau diri lah, tanggung jawab jangan main pergi"
Perlahan rasa kantuk Asye kembali menyerangnya begitu suara sang ayah terus masuk sedari tadi ke dalam gendang telingannya.
Seperkian menit kemudian Asye pun tertidur, matanya menutup pelan dan ia pun masuk ke alam mimpi.
"Ga ada yang mau jadi penjahat Sye"
"Aku punya alasan dan kamu ga bisa menyalahkan aku karena itu"
"Coba kamu yang ada di posisi ku? Apa masih bisa kamu tenang dan memaafkan?"
"Lo cuma salah paham, Chyn"
Asye mengernyit bingung begitu sebuah pandangan kota terpampang jelas di hadapannya. Ditambah lagi ada dua orang yang sangat tidak asing berdiri tak jauh darinya.
Chyntia dan dirinya?
"Kalau benar memang salah paham kenapa Elin ga menjelaskan apapun? Kenapa dia diam dan malah tertawa Sye? Apa kematian orang begitu lucu untuknya?"
"Dia ga tau situasinya oke, Chyn? Dengan lo jatuhin diri lo sekarang itu ga akan ngubah apapun dan malah buat situasinya jadi runyam?"
"Gue bakal bantu lo dan Elin nyelesain kesalahpahaman ini jadi ayo kesini"
Mendengar itu Asye barulah tersadar ternyata ia sekarang sedang menyaksikan perdebatan dua orang di atap gedung yang tinggi.
Asye kembali menyimak begitu suara tawa dari sosok yang mirip Cynthia terdengar.
"Bantu? Ga ada yang bisa kamu bantu Sye!"
"Gak, ada. Gue punya cara yang lebih baik dari ini Chyn."
Chyntia memandang lirih ke arah sosok dirinya yang kini mulai panik.
"Maaf"
"ENGGAK CHYNTIA. LO GA BOLEH-,"
"Aku selesai, Asyelya"
BRAKK
Asye terkejut bukan main saat sosok Chyntia benar-benar melompat. Tubuhnya bergetar hebat dan kepalanya tiba-tiba pusing.
Bahunya terasa berat seolah ada beban disana, dan kala itu pandangannya kembali sayu dan buram.
Perlahan kesadaran kembali hilang.
"Teman sejati tidak akan berpisah."
Chapter selanjutnya...
Btw semuanya, kalo ada typo bilang-bilang ya hihi.
Dan maaf juga kalo buanyaakk banget typo yang menganggu, see u in the next chap;)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYELYA AND HER WORLD
Fantasy#TRANSMIGATION SERIES Ada satu buku novel yang berhasil menarik perhatian seorang Asyelya Anggita Aris, anak perempuan satu-satunya papah Arga Aris. Asye yang sedari dulu senang makan daripada membaca untuk pertama kalinya membaca buku selain buku...