"Hahaha anjirr, muka lo jadi cute banget loh ini"
"Pfft, gue jamin cowok-cowok pasti pada nempel sama lo"
Di sebuah gudang di ujung gedung sekolah, nampak tiga orang siswi dengan satu yang tengah terkapar dilantai tidak mengindahkan bel yang berbunyi nyaring di penjuru gedung.
Kedua siswi yang tengah memegang gunting dan tertawa senang juga terlihat tidak mau terlepas dari mainan mereka.
"Coba foto-foto, pasti banyak banget ni yang suka"
Gadis dengan name tag Chyntia A di seragamnya memilih diam dan berusaha menahan tangisanya,
Risakan demi risakan dilakukan kedua siswi yang ternyata seniornya itu, Chyntia tetap bertahan. Hingga sebuah suara mengintrupsi mereka.
"Udah selesai lo berdua?"
Kedua siswi itu seketika menoleh, Angga berdiri disana sembari memegang ponselnya dan menunjukkan sebuah video terputar disana.
"Mau pergi atau gue sebarin ini ke satu sekolah?" Ancamnya.
Kedua siswi itu langsung berdiri, menatap satu sama lain dalam hitungan menit keduanya langsung pergi dari sana.
"Lo bisa diri?" Tanya Angga pelan sembari bersiap membantu Chyntia.
Chyntia mengangguk dalam diam, rambut bekas potongan yang tersebar dimana-mana sejujurnya membuat wajah Chyntia muram. Hatinya menjadi panas, emosinya terasa bercampur menjadi satu.
"Gue bantuin" sambung Angga yang langsung membopong tubuh gadis itu.
Chyntia tidak banyak bicara sepanjang perjalanan mereka menuju UKS, gadis itu termenung dalam pikirannya sendiri begitupula Angga.
Sebenarnya niat awal Angga hanya ingin menenangkan diri sebelum bertemu pandang dengan Asye, entah mengapa hatinya serasa di timpa beban yang membuatnya sangat tidak nyaman.
Saat mendengar bel berbunyi dan berniat kembali ke kelas tanpa sengaja Angga medengar suara tawa dari arah gedung, dan jadilah seperti ini situasinya.
"Astaga, ini si Cynthia kenapa bisa gini Angga?" Sang guru UKS berujar panik, guru itu nampak mengenal Cynthia hingga begitu melihat gadis itu di UKS sang guru langsung sigap turun tangan membantu.
"dia di bully bu." Pungkas Angga.
Sang guru nampak terkejut," yang benar kamu? Siapa yang bully?"
Angga memandang Chyntia sebentar sebelum berniat menjawab, begitu melihat Chyntia yang masih diam termangun ditempatnya Angga pun memutuskan untuk langsung menujukkan bukti.
Apapun alasannya, perbuatan bullying tidak boleh ditolerir.
Angga segera meraih ponselnya dan membuka fitur video. Video terputar dan beberapa kali gurunya meringis kaget, tidak menyangka murid di sekolahnya akan melakukan hal seperti ini.
"Saya rasa perbuatan mereka sudah keterlaluan bu," ucap Angga.
"Saya tidak berwenang menghukum mereka, tapi saya rasa ibu sebagai wali kami punya hak lebih. Jadi saya benar-benar berharap ibu bisa menghukum mereka agar setidaknya mereka jera bu" tambahnya.
Sang guru nampak berfikir, beberapa kali gurunya melirik ke arah Chyntia yang kini menutup matanya, guru itupun menghela nafas pendek.
" Ini sudah keterlaluan, tidak akan ada tolerir untuk ini"
"Terimakasih bu,"
"Iya, ibu juga berterimakasih kamu sudah mau menolong temanmu"
Angga mengangguk menanggapi sebelum akhirnya pamit undur diri untuk kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYELYA AND HER WORLD
Fantasía#TRANSMIGATION SERIES Ada satu buku novel yang berhasil menarik perhatian seorang Asyelya Anggita Aris, anak perempuan satu-satunya papah Arga Aris. Asye yang sedari dulu senang makan daripada membaca untuk pertama kalinya membaca buku selain buku...