"HAH!"
Asye terbangun dengan peluh membasahi pelipisnya, nafasnya tercekat dalam beberapa detik hingga akhirnya ia bisa bernafas dengan normal.
Detak jantungnya masih tak berirama dengan benar, pikirannya masih melekat kuat pada mimpi itu.
Mimpi yang terasa nyata hingga membuatnya tak tahan.
Pintu kamar VVIP rumah sakit tempatnya berbaring sekarang kini terlihat terbuka, menampilkan Elin yang berdiri bersama tiga orang pria berbeda usia.
Evan ayah Elin, Angga sahabatnya dan sang ayah.
"Udah bangun dek? Mau minum?"
Asye mengangguk memberi jawaban, dan segera sang ayah mengambilkan minuman untuknya.
"Hai Sye, you oke?" Angga membuka percakapan lebih dulu kala dilihatnya Asye sudah selesai dengan minumannya.
Asye tersenyum kecil kemudian mengangguk.
"Papah tinggal ya, kalian ngobrol aja" pamit sang ayah yang diikuti Evan beberapa menit setelahnya.
"Lo beneran ga papakan Sye?" Kini Elin mulai bersuara, tatapannya sangat jelas menyirat khawatir.
Asye tersenyum lagi, ia mengangguk sembari membalas, "gue ga papa Lin"
"Lo gimana?"
"Seperti yang lo lihat, lo berhasil nyelamatin gue."
Asye tidak lagi membalas gadis itu hanya mempertahankan senyumnya sembari menatap Elin penuh yakin, seolah menjelaskan dirinya benar-benar baik.
Dalam kurung waktu itu Angga mengusap pelan pucuk kepala Asye, laki-laki itu menatap Asye penuh arti.
"Cepat sembuh,Sye" ungkapnya.
Asye menoleh, membalas tatapan Angga padanya.
"Iya, gue pasti sembuh" balasnya lembut.
"Tapi...,
Perasaan gue ga disini deh tadi. Lin? Jangan bilang lo-"
"Iya, gue yang minta bokap mindahin lo kesini"
"Lin?!"
"Supaya lo lebih nyaman dan cepat sembuhnya Sye. Dan juga... Lo udah nyelamatin gue, setidaknya gue bisa balas dengan ini",
Asye menghela nafas pasrah memilih kembali berbaring karna rasa pusing yang mulai menyerang, Angga dengan sigap membantunya.
"Ga perlu repot-repot juga Lin, gue nolongin lo juga ikhlas weh kaga minta balasan" ucap Asye kala tubuhnya sudah benar-benar berbaring.
"Dan gue mindahin lo kesini juga iklas ga minta balasan" balas Elin sembari memperbaiki selimut Asye.
Asye memandang Elin lelah, gadis ini benar-benar keras kepala. Pikir Asye.
"Terserah deh ya, yang penting lo selamat dan gue juga. Btw ini buah buat gue kan?"
"Bukan, buat kembaran lo. Ya iyalah buat lo"
"Buset sewot amat, perasaan tadi masih khawatir lo sama gue"
"Ga tau deh, sini gue kupasin"
Asye beralih memandang Angga penuh tanya, seolah meminta jawaban tentang perubahan sikap Elin yang cepat sekali secepat kecepatan cahaya.
Angga hanya mengendik dengan memberi jawaban singkat.
"Mungkin ngerasa bersalah."
Asye jadi tambah bingung, Elin merasa bersalah? Memangnya karena apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYELYA AND HER WORLD
Fantasy#TRANSMIGATION SERIES Ada satu buku novel yang berhasil menarik perhatian seorang Asyelya Anggita Aris, anak perempuan satu-satunya papah Arga Aris. Asye yang sedari dulu senang makan daripada membaca untuk pertama kalinya membaca buku selain buku...