XXVI. ALASAN

2.1K 255 6
                                    

Dunia ini terlalu sempurna untuk manusia sepertinya.

Manusia yang tidak bisa memanusiakan sesamanya, bahkan hewan lebih baik darinya.

Harta bukanlah segalanya, karna kematian yang akan menjemput di akhir.

Darah di balas darah, mata di balas mata.

Tertanda, temanmu.

Tinta hitam yang sedari tadi bergerak mematri sebuah tulisan akhirnya berhenti di titik polos terakhir.

Seorang gadis cantik menatap datar tulisan yang ia buat kemudian berbalik menuju kasurnya. Ia berbaring menatap langit-langit kamar dan menutup mata seperkian detik kemudian.

Rasanya tetap sama,

Terluka dan marah.

Satu-satunya teman yang meninggalkannya karena gadis itu, Eliney.

Chyntia mengepal kuat tangannya, kejadian melihat sahabatnya bunuh diri didepannya kembali terurai di ingatan.

Kalau ga karna Eliney, mungkin sekarang sahabatku masih hidup.

Dasar iblis.

Seumur hidup Chyntia selalu diajarkan menjadi pribadi yang pemaaf dan tidak pendendam namun untuk yang satu ini rasanya tidak bisa di maafkan.

Kamu juga harus merasakan hal yang sama seperti Eve.

Apa yang kamu tabur itu yang kamu tuai.

"Jadi? Kamu mau bagaimana sekarang?"

"Singkirkan dia dulu kak. Asyelya, dia biang masalahnya"

"Oke"

***

Kring

Suara bel berbunyi tiap kali engsel pintu mulai bergerak maju.

Asye yang baru saja masuk melalui pintu nampak sudah biasa dengan bunyi bel yang ada di sana, bel yang sengaja dipasang pemilik kafe.

Asye masuk dan langsung menuju meja kasir menulis pesanannya. Memilih duduk di pinggir jendela kaca Asye bersyukur deretan kursi disini masih ada yang kosong.

Menatap keluar dimana kendaraan berlalu lalang pikiran anak itu kembali ke seminggu yang lalu. Dimana sebuah chat menganggu pikirannya.

Chyntia ga sepolos yang lo kira.

Apakah selama ini sang protagonislah dalang di baliknya? Tapi kenapa Elin? Bahkan Elin saja belum sempat membully Chyntia dengan tangannya sendiri.

"Gue ga suka"

Asye tersentak begitu sebuah suara husky masuk ke dalam gendang telinganya. Menatap siapa pemilik suara itu Asye mengernyit tidak suka.

"Ngapain lo disini?" Delik Asye.

Bima hanya berdecak sebagai jawaban, memilih diam tak membalas Bima justru fokus menatap Asye dari atas sampai bawah, membuat Asye sangat tidak nyaman sekarang.

"Ngapain liat-liat?! Lo kalo masih gini gue teriak ya!!"

"Ck, lo mikir apa? Gue ga ngapa-ngapain."

"Ya terus lo ngapain disini? Pake acara ngeliatin gue dari atas sampe bawah, siapa yg ga takut."

"Dih semua cewek juga berharap gue liatin kayak tadi"

"Pala lo semua cewek, mending gue jadi lakik kalo semua cewek yang lo maksud termasuk gue."

"Lo kenapa si? Galak banget perasaan sama gue"

"Dih yakali gue ramah tamah sama lo, ga inget kita pernah adu jotos?"

ASYELYA AND HER WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang