XXXI. SEKARANG

1.9K 213 71
                                    

Jam dinding yang berada di kamar itu kini telah menujukkan pukul dua siang tepat.

Asye yang tadinya berfikir tamunya hanya ada satu ternyata salah, sudah satu jam terlewati sejak kedatangan Bintang dikamar ini.

Mereka memang masih mengobrol singkat namun entah mengapa suhu diruangan ini serasa panas.

"Ga mau buah?" Ucap Bintang sembari dengan cekatan mengupas jeruk yang dibawanya tadi.

"Lo dapet darimana? Bukannya di sekitar rs ga ada yang jual buah?"

Bintang melirik sejenak ke arah Evan yang masih diam di tempatnya menatap lurus kearah mereka,"di kasih tadi"

Asye mengernyit namun sedetik kemudian ia mengangguk paham, dalam hati ia memaki kecil kelemotannya dalam berfikir sekarang.

"Nih" sodor Bintang berniat menyuapi.

Asye terkejut, "lah kerasukan apa lo, tumben banget pengen nyuapin"

"Upah lo kemaren"

Asye mengernyit bingung namun mulutnya terbuka menerima suapan itu.

"Oh yang ke wc itu?"

Bintang mengangguk.

"Oalah tau balas budi juga lo"

"Lo pikir gue apaan?"

"Cowok kull?"

Bintang menghela nafas pendek mendengar balasan Asye, tak berniat menjawab Bintang tanpa sengaja menoleh kembali ke arah Evan dan sedikit tersentak melihat tatapan tajam pria itu padanya.

Kembali menatap Asye, Bintang mulai mengartikan tatapan Evan padanya.

Cemburu? Hah ga mungkin

Bintang menggeleng tegas, kemudian kembali menatap Asye dan menyuapi gadis itu buah.

Evan masih setia duduk di tempatnya, walaupun sekarang rasa panas mulai menjalar memenuhi hatinya ia berusaha tenang dan mengontrol ekspresinya.

Ia sadar sekarang, sadar sesadarnya jika ternyata ia berhasil jatuh pada pesona anak kecil yang seusia dengan Elin.

Ia sudah tidak bisa mengelak lagi begitu rasa amarah menguasainya secara perlahan sekarang.

"Om ga jemput Elin? Ini udah dua jam lebih loh om"

"Kamu ngusir saya?"

"Engga astaga"

Evan akhirnya menghela nafas panjang begitu sadar sudah berapa lama ia didalam ruangan ini. Ia pun menoleh ke arah Bintang dan berdiri dari duduknya.

"Kamu ga pergi juga?" Tanyanya dengan mata yang menyorot Bintang.

Bintang mengerjap bingung kemudian saling melempar tatap dengan Asye.

" Ah sa-,"

"Ayo bangun, kamu masih sakit. Jangan banyak keluar kamar"

Belum sempat membalas ucapan sang paman Bintang sudah lebih dulu di paksa bangun dan di tuntun keluar dari kamar itu.

Asye yang melihat itu hanya menggeleng pelan dan mengendikkan bahunya masa bodo. Yah akhirnya dia bisa tidur sekarang.

Sementara diluar kamar, lengan Bintang langsung di lepas begitu pintu kamar Asye tertutup dengan sempurna. Bintang menoleh heran.

"Sekarang lebih baik kamu masuk kamar mu sendiri dan istirahat. Saya tidak mau semuanya tambah runyam"

Bintang mengehela nafas pelan, tanpa menjawab pria itu langsung berbalik dan melangkah masuk kedalam kamarnya.

ASYELYA AND HER WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang