Pagi hari yang cerah Asye bersenandung ria sembari memasuki lingkungan sekolahnya, sepanjang berjalan dikoridor anak itu full senyum, orang-orang yang melihatnya jadi merasa aneh sendiri.
Pukh
Asye menoleh begitu merasa ada benda ringan yang diletakkan diatas kepalanya, saat menoleh pada siapa yang melakukan itu padanya Asye tersenyum miring.
"Iih jangan senyum begitu lo, gue yang merinding" ucap siswa yang dikenal sebagai wakil ketua osis itu.
Asye makin merajalela, ia kembali melebarkan senyumnya hingga sekarang ia terlihat seperti mba Wewe.
"Aw, ish kok lo cubit sih pipi gue?" Asye mendelik tak terima.
Angga tersenyum manis," Siapa suruh senyum kek setan begitu,"
"Heh, mulut lo ya"
"Haha, lagian lo tumben banget senyum-senyum mulu. Abis fall in love lo?"
"Dih engga ya, gue masih kecil, masih polos, belum waktunya punya doi doian begitu."
"Iyain deh biar cepet"
"Vangke ni anak, yah intinya mau gue senyum kek jungkir balik kek ya itu hak-hak gue dong, begimane sih masa itu doang kaga tau lu"
"Bahasa lo, mau jadi aktivis apa gimana?"
"Bodo, wle" balas Asye sembari mengejek anak itu.
"Eh, Elin" pekik Asye begitu melihat siluet bestienya yang sedang berjalan kearah mereka.
Angga yang berada dihadapan Asye pun mau tak mau menoleh kearah anak itu memandang, dan disanalah ia bertemu pandang dengan Elin.
"Eh gue kesana dulu ya, duluan weh" ucap Asye yang hendak menyusul Elin disana.
Namun baru mau melangkah, lengan dicegat oleh Angga. Asye menoleh sembari mengernyit bingung,
"Kenapa lo?"
"Si Bara"
Mendengar itu Asye kembali menengok kedepan dan benar saja didepan sana ada Bara yang sedang menghalangi jalan Elin. Asye menyipit tidak suka.
"Lepasin gue,"
"Engga, gue ga mau lo adu jotos lagi. Kemaren lo beruntung karna bu Wina lewat kalo gak mah bisa lo yang di pukul"
"Ck tapi temen gue disana, Angga. Masa gue nonton doang disini"
"Elin bisa nyelesain masalahnya sendiri, Asye"
Asye memutar bola mata malas, sialan ia kalah lagi dalam perdebatan ini.
"Oke fine, gue gak bakal adu jotos. Sekarang lepasin"
"Ayo, sama-sama gue" putus Angga yang akhirnya menarik Asye mendekati Elin.
Asye mau protes tapi suaranya langsung tertahan diujung lidah, hah memang vangke.
"Bukan gue,..."
Tatkala mendengar cara bicara Elin pada Bara mata Asye langsung melotot,eh cepet beut gantinya, kemaren perasaan masih aku-kamuan.
"Sekarang lo udah nunjukin sifat asli lo ya, cih dasar cewek ular"
Elin memutar bola mata jengah, capek sekali rasanya berhadapan dengan orang yang ia cintai tapi tidak mencintainya balik.
"Terserah" balas Elin tak ingin memperpanjang dan lebih memilih pergi.
"Tunggu, lo mau kemana?!"
Plak
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYELYA AND HER WORLD
Fantasy#TRANSMIGATION SERIES Ada satu buku novel yang berhasil menarik perhatian seorang Asyelya Anggita Aris, anak perempuan satu-satunya papah Arga Aris. Asye yang sedari dulu senang makan daripada membaca untuk pertama kalinya membaca buku selain buku...