"Kamu hanya butuh keberanian untuk memulai"
Asye sudah berdiri lama disini dengan terik matahari yang mulai membuatnya resah, keputusan untuk bolos sekolah ternyata benar benar buruk.
Gedung yang menjulang tinggi dihadapannya membuat degup jantung Asye terdengar cepat, tanda ia sangat gugup.
Ayo dong Sye, masa gini doang lo takut sih
Gadis muda itu berulang kali nenarik nafas panjang dan membuangnya sebelum akhirnya berani melangkah masuk kedalam gedung. Hal pertama yang ia liat jujur membuatnya tambah gugup.
Para karyawan yang terlihat berwibawa dengan seragamnya membuat Asye ciut sedikit karna dirinya yang masih memakai seragam SMA. Tak ingin berlama lama berdiri di tengah jalan masuk, Asye pun segera menuju meja resepsionis dan menyampaikan niatnya.
Sayangnya jalan Asye tidak semulus itu, sesuai dugaan ia hampir saja di usir atas niatnya dengan seragam SMAnya sekarang, namun Asye tidak menyerah karenanya, sampai akhirnya waktu memihak padanya ia memegang kartu ASnya sekarang.
"Kamu sebegitunya ingin membantu temanmu Asye",
"Dia bukan sekedar teman untuk saya om, tapi sosok yang sudah saya anggap keluarga. Sekali lagi saya berterimakasih untuk bantuannya"
"Jangan berterimakasih sekarang, berterimkasihlah saat semuanya berjalan lancar sesuai keinginan kamu"
Asye hanya tersenyum kecil membalas ucapan rekannya sekarang ini. Ia sebenarnya tidak suka dengan situasi ini, namun karena ini jalan satu satunya, mau tidak mau Asye pun memberanikan diri.
'Lo harus bahagia Ngga, hidup dalam ketakutan gue tau rasanya ga enak banget'
***
"Liat Asye ga?"
Kalimat pertama yang Angga tanyakan pada Elin begitu keduanya tak sengaja bertemu. Elin nampak termenung sepanjang jalan menuju kantin tadi, pikirannya nampak tengah berisik disana membuat ia hampir saja bertabrakan dengan Angga yang menghentikan dirinya tadi.
Ia menggeleng pelan memberi jawaban, "Engga, dan dia juga ga ada ijin, gue chat juga ga di bales. Gue curiga ada yang ga beres"
Raut wajah Angga berubah panik, ia gelisah ditempat. Sedari kemaren ia mencoba menghubungi Asye namun pesannya tak kunjung mendapat balasan.
"Lo jangan panik gitu dong, gue ikutan panik ini" ucap Elin, berusaha menenangkan Angga.
"Ini pertama kalinya Asye tanpa keterangan Lin, lo tau sendiri gimana Asye. Gue takut dia bolos dan pergi entah kemana"
"Gue takut dia kenapa kenapa Lin,"ungkap Angga
Elin turut melihat ketulusan dalam ucapan Angga, laki-laki ini sepertinya khawatir setengah mati pada Asye.
"Gue coba hubungin lagi deh tapi lo tenang dulu,"
Angga berdecak, "Gue ga bisa tenang sebelum mastiin Asye baik baik aja Lin" ucapnya sebelum akhirnya memilih untuk berlalu pergi.
Elin meneriakinya dari belakang,"Ngga, lo mau kemana?"
Angga tak menggubris dan dengan langkah cepat menuju ke parkiran.
Elin mengacak rambutnya frustasi, sumpah ini teman teman gue napa pada bikin orang panik sih.
Angga membawa motornya pergi dari halaman sekolah dengan alasan akan memberi perlengkapan di ruang osis, mengatasnamakan dirinya yang adalah wakil ketua osis, satpampun mengijinkan dirinya keluar.
Angga menyusuri jalan yang biasa di lewati Asye dengan pelan, tentunya laki laki itu tidak sekalipun membeli perlengkapan seperti ucapannya beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYELYA AND HER WORLD
Fantasy#TRANSMIGATION SERIES Ada satu buku novel yang berhasil menarik perhatian seorang Asyelya Anggita Aris, anak perempuan satu-satunya papah Arga Aris. Asye yang sedari dulu senang makan daripada membaca untuk pertama kalinya membaca buku selain buku...