20. Club

45 22 51
                                    

HAI GUYS I'M COMEBACK

ADA YANG KANGEN GA NIH?...

HAPPY READING....

☆☆☆

Sambungan telepon terputus. Sang empu ponsel segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Lalu bangkit dari duduknya.

"Eh Gema lo mau ke mana?" Tanya laki-laki yang berada di samping Gema yang diketahui bernama Hilo.

Seseorang yang Manda telfon adalah Gema. Ia yang mendapat kepercayaan dari Manda dan ia pula yang mengetahui semua rahasia Manda yang bahkan Rakapun tidak tahu.

"Gue mau cabut." Ucapnya seraya mengambil kunci mobil yang berada di atas meja. Beruntung sekali hari ini Gema ke markas menggunakan mobil jadi ia tidak perlu repot-repot untuk pulang ke rumah mengganti motornya menggunakan mobil.

Hilo mendengus kesal. "Iya gue juga tahu lo mau cabut tapi maksud gue lo mau cabut kemana?"

"Kepo banget lo kek Dora." Ketus Gema.

"Dih ketus amat lo. Btw yang tadi telfon siapa?" Tanya Hilo.

Gema menghela nafas panjang untuk mengontrol emosinya agar tidak menonjok si Dora jadi-jadian di hadapannya ini. "Lama-lama gue  panggil lo Dora sumpah. Kepo amat jadi orang."

"Ye si Gema sensi amat lagi PMS lo?"

"Udah lah Ma lo cabut aja sana ga usah dengerin si keturunan Dora ini." Lerai Rio yang juga berada di ruangan tersebut.

"Oke, gue cabut dulu jaga markas baik-baik kalau ada apa-apa kabarin gue aja ga usah kabarin Raka." Pesan Gema. Setelah itu Gema segera berlenggang meninggalkan markas menuju tempat yang Manda maksud.

"Tumben Gema ga ngizinin buat telfon Raka kalau ada apa-apa biasanya aja suruh telfon Raka atau telfon dia sendiri." Batin Rio.

"Woy Rio!" Teriak Hilo yang melihat Rio melamun setelah Gema pergi.

Rio mengangkat alisnya seolah bertanya 'ada apa'. "Gema aneh ga sih? Biasanya dia ga kek gitu. Biasa pesan Gema kalau mau pergi tuh gini 'jaga markas baik-baik ya kalau ada apa-apa langsung kabarin gue atau Raka'." Ucap Hilo menirukan pesan Gema jika akan meninggalkan markas.

Hilo pun menarik nafas sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi Yo tadi Gema ga bilang gitu dia--- hmphh." Ucapan Hilo terpotong karena Rio membungkam mulut Hilo dengan roti yang berada di atas meja.

"Sorry Hil gue pusing denger celotehan lo yang kek anak bayi baru bisa ngomong." Ucap Rio mengalihkan pembicaraan sebab ia juga sedang memikirkan hal yang sama seperti yang Hilo pikirkan.

Sementara Hilo hanya menerima nasibnya saja dengan lapang dada.

☆☆☆

Di sebuah club terbesar di Jakarta Pusat seorang laki-laki menuruni mobil dan langsung masuk ke dalam bangunan yang ramai akan manusia tersebut. Sepertinya ia sudah hafal tata letak tempat yang berada di dalam club itu.

Dengan langkah lebarnya, ia tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk sampai ke bagian dance floor.

SEVEN DAY AND FOREVER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang