Kenapa 1 hari hanya ada 24 jam? Kenapa 1 minggu hanya ada 7 hari? Kenapa 1 bulan umumnya hanya 4 minggu? Kenapa kita tidak diberi waktu lebih lama? Mengapa hari-hari cepat sekali berlalu? Banyak penyesalan yang aku harap bisa diselesaikan dengan memiliki waktu lebih lama.
Aku ingin memutar waktu dan mengganti jurusan ku ke sesuatu yang lebih santai dan tidak menghabiskan waktu hanya untuk bekerja. Kehidupan sosial ku diisikan oleh pengacara, pengacara, dan pengacara. Aku tidak memiliki waktu untuk yang lain, firma terus memberiku kasus, yang seharusnya membuatku senang, tapi malah sebaliknya, hidupku hanya bekerja, dan itu tidak menyenangkan.
Gedung apartemen yang sudah ku tempati untuk beberapa waktu, tiba-tiba terasa begitu asing di mata ku. Apa yang terjadi padaku hari ini? Aku merasa aneh, semua terlihat begitu asing, bahkan aku merasa ada yang salah dengan tulisan tangan ku sebelumnya. Apa yang salah?
"Hari buruk?"
"Kau menguntitku?" balas ku menyindir sebelum menoleh ke arahnya
"Hanya kebetulan aku ada disini," ia tersenyum, "kau tinggal disini atau baru mau pindah?"
"Apa kau penyelidik?" tanya ku bersedekap menatapnya
"Maksud mu?" ia memiringkan kepalanya
"Kau selalu menggali fakta," ucapku singkat dan berjalan masuk ke gedung
"Jadi kau memang tinggal disini?" ucapnya mengejarku
"Apa yang kau lakukan disini, Ryan?" ucapku saat menunggu lift untuk terbuka
"Bertemu dengan teman ku," balasnya, "dia tinggal di sini," tambahnya mengangkat bahu
"Oh ya? Lantai berapa?" tanya ku gantian menggali
"Atas," balasnya singkat
"Bagaimana kau berencana untuk naik?" cecar ku. Mengapa lift sialan ini tak kunjung datang?
"Teman ku akan menjemput tapi ada kau, jadi kurasa tidak perlu," ucapnya mengangkat bahu
"Kau butuh kartu untuk naik," ucap ku sambil kembali menekan tombol naik tak sabaran
Aku bisa merasakan dirinya mencondongkan diri ke arah ku, "itu tidak akan membawa kereta lift datang lebih cepat, Ali," bisiknya jahil.
Lalu beberapa detik kemudian, akhirnya pintu lift terbuka, dan aku segera melangkah masuk dan melayangkan kartu ku di depan reader, lampu di tombol lantai otomatis langsung menyala
"Hmm, jadi di sana ya kau tinggal?" ia mengangguk-angguk santai, "jadi kau pengacara garang yang Kei ceritakan?" tanyanya tertarik, "sekarang aku mengerti kenapa ia hampir tersedak saat aku bercerita bertemu dengan seorang pengacara bernama Ali," Ryan tertawa, "Kei, dia teman yang akan ku datangi."
Sungguh, apa Ryan dan Kei ini semacam species manusia tidak bisa berhenti bicara? Mereka terus selalu bicara, membuat telinga ku muak, lalu ditambah dengan mood kacau ku saat ini, sebuah keajaiban aku belum memakinya untuk menyuruhnya diam.
"Jadi kau memang menikah ya?" lanjutnya lagi
"Seperti yang ku bilang," ucapku simpul
"Kei bercerita, kau tahu."
"Lucu, kau sepertinya tidak memiliki ide apapun saat pertama kita bertemu," ucapku menyindir sambil melangkah keluar lift
"Dia hanya cerita apa yang mau ia ceritakan," ucapnya sebelum berjalan mendahului ku menuju pintu, dan anehnya, pintu tidak di kunci, karena Ryan langsung bisa membukanya, "yo, Kei, lihat aku bertemu siapa di depan gedung!" ucap Ryan dengan keras ke ruangan kosong
"Sudah ku katakan sebelum kau naik, kau telepon dulu, man!" balas Kei tak kalah keras dari seberang ruangan, lalu ia melihat ku, "oh, kau pulang cepat," lanjutnya lebih sangat pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Not.
Literatura KobiecaSebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakukan hanya menerima kasus, menemukan cara untuk membela kliennya, mendapatkan hasil, dan kasus pun berakhir. Normalnya itulah urutannya, cuku...