Ya, disini jelas ada perlawanan yang kuat. Kalau ternyata aku menemukan ini hanya semacam lelucon, aku akan melukai Kei sendiri dengan tangan ku dan sebuah alat yang kemungkinan benda terdekat yang bisa ku temukan. Aku melihat kopernya tertutup rapih tapi terguling dari tempatnya, dompet dan jam tangannya di meja yang menjadi benda hotel satu-satunya yang masih di tempatnya. Aku tidak bisa menemukan HPnya, jadi ku rasa Fadhil membawanya saat menyekap Kei. Kita lihat saja apa ia cukup bodoh untuk tetap membiarkannya hidup.
Aku mengecek kolong kasurnya entah untuk apa dan menemukan laptop di sana, ini milik Kei, aku tahu, tapi aku tidak tahu kalau ia membawanya, sekarang lebih mudah lagi untuk menemukan jawaban dari target yang di maksud Fadhil di telepon tadi dan kenapa aku dilibatkan.
Aku pernah mengintip Kei saat sedang memasukan password akses laptopnya. Bisa kau percaya kalau passwordnya itu 'principediqueen'? Aku tidak tahu apa maksudnya itu, dan aku ingin tahu, tapi tidak sekarang, karena hal itu tidak penting.
"Madam?" seseorang dari pintu memanggil, "apa ini kamar anda?" lanjutnya
"Ini milik suami ku," balasku menatapnya, "ku rasa seseorang baru saja menculiknya," lanjutku masih sedikit tak percaya
"Apa anda tak apa?" ucapnya memasuki kamar lebih dalam
"Aku takut, kalau itu yang kau ingin tahu," balas ku tidak yakin apa itu sebuah pengakuan "apa mungkin aku bisa melihat rekaman sekuriti di lorong lantai ini dari sekitar 15-20 menit yang lalu?" Tanyaku
"Saya akan bertanya pada yang berwewenang," ucapnya berbalik dan mulai berbicara dengan walkie talkie.
Aku harus menemukan Kei, secara teknis aku istrinya, dan dimana-mana saat seorang istri menemukan suaminya menghilang, etisnya mereka mencarinya, karena itu janji mereka bukan? 'to have and to hold', walaupun aku tahu itu bukan artinya tepatnya, tapi tetap saja, dan juga aku masih manusia, aku tidak berdarah dingin, saat seseorang yang kau kenal menghilang, kau mencarinya.
"Mam, kami mendapatkan rekamannya," ucap si room service, "ikut dengan saya," lanjutnya, aku berdiri bersama laptop Kei dan berjalan mengikuti si roomservice
Di ruang security, aku melihat banyak kamera melalui kaca kecil di depan pintunya. Ku rasa ini tidak akan mudah, aku pasti akan ditanya identitas diri atau semacamnya, mereka tidak bisa asal memberikan akses video rekanan pada orang asing
"Sebelum kita masuk, bisa saya bertanya beberapa pertanyaan?" Lihat! Benarkan? Aku mengangguk, "bisa sebutkan nama Anda?"
"Saya Shakira Alice," jawab ku
"Bagaimana dengan suami anda, siapa namanya?"
"Kei Ryker, dia menginap di kamar 5502," balas ku tak sabar
"Apa ada bukti yang bisa membuktikan anda siapa yang anda katakan?" tanyanya lagi
"Tentang apa? Identitas saya? Saya punya ID card dan passport, kalau tentang pernikahannya, saya rasa itu sedikit sulit," balasku, "dengar, bisakah setidaknya aku melaporkan ada yang menculik suami ku?" lanjutku
"Kami sudah menghubungi kepolisian," ucapnya
"Oh, itu bagus! Sekarang bisa saya lihat videonya?" ucapku cepat
"Polisi sudah dalam perjalanan," ucap si sekuriti kaku, "sambil menunggu, anda bisa melihat rekamannya."
Bagaimana menurut mu cara membuat seseorang seperti Kei pingsan? Atau setidaknya menyerah membiarkan dirinya diculik? Karena di rekamannya yang aku lihat, entah Kei pingsan atau ia menyerahkan diri. Disana jelas ada Fadhil, dia juga terlihat sedang berbicara di telepon yang sepertinya dengan ku. Oh, lihat, berita baik, Kei tidak pingsan, dia masih mengangkat kepalanya menatap kamera, tapi seseorang jelas telah meninjunya, aku melihat darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Not.
ChickLitSebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakukan hanya menerima kasus, menemukan cara untuk membela kliennya, mendapatkan hasil, dan kasus pun berakhir. Normalnya itulah urutannya, cuku...