19

84 9 0
                                    

Minggu-minggu berlalu, dan mimpi buruk ku tidak memunculkan wajahnya lagi, jadi untuk saat ini, aku merasa aman, semoga ia tidak muncul lagi.

Setiap pagi, aku melakukan rutinitas yang sama, bangun dari kasur, mandi, berpakaian, sarapan dan keluar rumah sebelum aku tertinggal bus. Tapi hari ini, rutinitas ku kacau akibat jam waker ku yang entah bagaimana bisa berbunyi terlambat, satu hal itu menyebabkan efek domino pada rutinitas ku, jadi aku harus merelakan waktu sarapan ku agar tidak tertinggal bus.

Aku sedang berdiri di halte menantikan bus untuk datang saat tiba-tiba seseorang mendatangi ku dan berkata "pria disana," ia menunjuk ke belakangnya, "atau yang tadinya disana, meminta ku memberikan ini pada mu," lalu ia menyodorkan kotak yang di taruh dalam plastik. Tolong, jangan lagi!

Setelah aku mengucapkan terima kasih padanya, aku membuka plastik tersebut dan mengambil kertas di dalamnya,

Tidak ingin kau kelaparan di jalan, sayang!

Oh, dia menyabotase jam ku! Bajingan itu ada di dalam rumah, dia ada di dalam ruangan pribadi ku. Kenapa?!

"Hei, kau baik-baik saja?" secara tidak sengaja aku menjauhkan kotak yang ku pegang

"Ya, kenapa tidak?" balasku santai

"Aku memang belum mengenal mu lama, tapi aku tidak percaya kau baik-baik saja," balas Ryan, menunduk untuk mengambil kotak yang ku jatuhkan

"Biarkan di sana," cegah ku cepat, "kalau Kei yang kau cari, dia jelas tidak ada disini," aku mengontrol ekspresi ku, "omong-omong, mengapa kau berjalan kaki?" ucapku mengalihkan topik

"Pengacara dan pengalihan topik mereka. Luar biasa," ia mengangguk-angguk, "tapi serius, Ali, apa kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja!" sergah ku cepat

"Karena saat ini, kau sepucat mayat," ucapnya santai, "apa isi kotak itu?" tanyanya

"Aku tidak tahu," balas ku pelan

"Lalu mengapa kau buang kalau tidak tahu apa isinya?" tanyanya lagi

"Karena aku tidak ingin tahu, Ryan, lupakan saja kotak itu," ucap ku simpul, "di mana bus sialan ini?!" desis ku tak sabaran

"Sekarang aku yakin ada yang salah," ia menegakan tubuhnya, "ceritakan saja, aku tidak akan cerita pada Kei," ucapnya meyakinkan ku dan saat berikutnya, Ryan sudah memegang kardus yang ku jatuhkan, "tidak mau kau kelaparan, sayang?" ucapnya membacakan kertas yang sudah ku remas, "kau punya simpanan?" godanya dan aku hanya diam. Untuk apa aku memberitahunya tentang pria yang menghantui ku ini? "Hai, bumi pada Ali," panggilnya menggerakan tangannya di hadapan ku, "apa kau dalam masalah? Kenapa kau tiba-tiba membisu?" aku masih diam, "jangan pikir aku akan menyerah."

"Bus ku sudah datang," ucapku langsung berjalan pergi

Di bus aku tidak bisa mengalihkan pikiran ku dari hal yang paling menghantui ku, dia ada di kamar ku, apa lagi yang ia lakukan selain mengutak-atik jam waker ku? Kenapa aku tidak tahu ia ada di kamar ku? Kapan tepatnya ia masuk ke dalam rumah? Apa tengah malam? Tapi Kei baru memasang sistem keamanan baru, yang berarti masuk secara paksa akan membunyikan alarm peringatan. Huh, menjadi paranoid itu sungguh menyebalkan.

Di kantor, satu-satunya cara untuk bisa sampai di atas sini hanyalah dengan bekerja di sini atau seseorang yang ingin ditemui mengijinkannya naik, jadi aku bisa meninggalkan keparanoidan ku di lobby gedung, semoga saja dia tidak memiliki koneksi seperti Kei memiliki koneksi dengan Trenton. Sepertinya aku harus melupakan hal ini, aku tidak bisa terus-terusan merasa tertekan dengan kehadiran pria sialan itu. Kalau dia ingin membuat ku merasa takut, sebaiknya mulai saat ini aku akan lebih tangguh menghadapinya. Tidak ada rasa takut, karena apa yang terjadi di masa lalu, akan tetap menjadi masa lalu, lupakan kejadian buruknya, aku bukan lagi gadis 12 tahun yang mengalami momen berat, aku sudah dewasa, sudah waktunya aku menghadapinya. Pria itu juga manusia, hapuskan semua hal yang bisa ia lakukan dan ia hanya tinggal manusia.

Love Me Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang