GEYA MISAKIDAFFA DHARMAENDRA
Langit menghitam dengan udara sejuk yang di rasakan Noha. Saat ini ia duduk di balkon kamarnya sembari memegang gitar."Apa gue salah? kalo gue mau ngelindungin lo? gue ga tau apa alasan lo marah tadi siang," lirihnya.
Ia mulai memetik senar gitar satu persatu hingga tersusun alunan melodi yang indah dan menyatu padu dengan suasana sunyi serta gelapnya malam.
Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
ku pikir ku salah mengertimuHanya lagu inilah yang bisa meredamkan emosi dan perasaanya saat ini.
Hoo woo aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya hayalku bersamamuKu lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupkuNoha menghentikan petikan gitarnya, ia menatap langit dengan penuh perasaan.
"Selamat tidur," lirihnya, ia berdiri dan masuk kembali ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuh di kasur Queensize miliknya.
Ia kembali mengingat masa-masa kecilnya bersama Aravaska, meski hanya sedikit yang ia ingat namun baginya itulah sebuah kenangan terindah.
Tak terasa mata nya mulai menutup perlahan dan tertidur untuk menenangkan pikiranya hingga menunggu fajar tiba.
•••
Di sisi lain, Daffa datang untuk menepati janjinya tadi siang untuk mengajak Geya pergi.
Tin!Tin!
Suara klakson motor terdengar di depan apartemen Geya. Dengan cepat cewek itu berlari menuju ke bawah dengan tergesa-gesa.
"Pulangnya bawa makanan Gey," Teriak Aruna.
"Iya,"
Sesampainya di bawah, Geya sangat terkejut melihat penampilan atau sisi lain dari seorang Daffa Dharmaendra.
"Kenapa? gue ganteng ya?"
Cowok yang mengenakan jeans hitam, kaos putih polos di tutup dengan kemeja kotak-kotak dan sepatu convers itu berhasil membuat hati seorang Geya berdegup kencang.
"Ga usah malu, lo juga cantik malem ini," perkataan Daffa berhasil membuat Geya tersipu malu. Malam ini ia hanya mengenakan kaos putih polos dengan cardigan hitam dan celana jenas biru tidak lupa dengan sepatu convers hitam.
Tidak ingin berlama-lama, Geya memutuskan untuk segera naik ke atas motor sport milik Daffa.
"Lo mau jatuh?"
"Maksudnya?"
Daffa menepuk pelan dahinya. "Pegangan,"
Dengan hati yang semakin berdetak cepat Geya melingkarkan tanganya di perut Daffa.
"Nah gitu dong, let's go kita jalan,"
•••
Geya yang baru saja tiba terperanga, pasalnya ia sudah lama sekali tidak pergi ke pasar malam. Terakhir yang ia ingat hanyalah saat masa ia duduk di bangku SD.
"Lo seneng ga gue ajak ke sini?"
Geya menoleh pelan ke arah Daffa dan tersenyum lebar. "Seneng banget,"
"Hehe, yaudah yuk keliling," Daffa terkekeh pelan mendengar jawaban dari mulut Geya.
Belum lama mereka mengelilingi pasar tiba-tiba mata dan tubuh Geya terpaku dengan sesuatu hal, yang menyebabkan nya tertinggal langkah Daffa.
Daffa yang menyadari pun bergegas berbalik badan dan menghampiri cewek itu.
"Lo ngapain sih? ini pasar rame lo, kalo lo ilang gimana?,"
Geya yang sedari tadi melamun akhirnya tersadar dan menjawab perkataan Daffa dengan gelagapan.
"Ah! sorry, yuk jalan lagi,"
"Hmm?" Daffa bergumam sembari melihat barang yang baru saja di perhatikan Geya.
"Lo suka itu?"
"E-enggak,"
"Bu beli ini satu ya,"
"Haaa? lo ngapain?"
Daffa menerima sebuah kalung titanium berbentuk setengah bulan dan terdapat bandul bulat di tengahnya dengan warna biru.
"Yuk lanjut jalan," ujar Daffa.
Geya yang bingung hanya bisa mengikuti Daffa mengelilingi pasar.
To be Continued........
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYTHREADPLAN [REVISI]
Teen FictionSemua ini tentang dendam,ambisi, dan keserakahan. ⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️ Beberapa part banyak mengandung unsur kekerasan, mohon untuk para pembaca agar bijak menanggapinya.