"Darimana lo!" Seruan keras Daffa menggelegar di seisi ruangan, saat Aravaska baru saja masuk dengan amplop coklat di tangan kananya.
Merasa tak ada masalah cowok itu hanya menanggapi santai perilaku Daffa sambil berjalan menuju sofa markas. Dengan lelah yang dirasakan, Aravaska langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa dan melempar amplop ke atas meja.
"Ini kan belum jam pulang, kenapa lo semua ada disini?" Tanya Aravaska kesal terhadap mimik wajah keempat sahabatnya yang berdiri menatapnya marah.
"Yaampun bos, lo jangan kaya duit recehan dong. Susah banget dicarinya." Ujar Bian tak jauh dari Aravaska.
"Gue nanya!"
Sentakan Aravaska berhasil merubah suasana menjadi hening. Daffa tanpa rasa takut sedikitpun langsung mendekati Aravaska. "Kebiasaan lo, suka ngadepin masalah sendirian."
"Lo tau kan gue tipe kaya gimana? Lagian lo hidup sama gue bukan cuma setahun dua tahun. Tapi belasan tahun, jadi lo ga perlu kaget."
"Mulai sekarang, Lo harus ubah pola pikir lo. LionsKing itu bukan lo doang, LionsKing itu ada ratusan bahkan ribuan."
"Kuping gue panas, lo bisa tolong ngejauh aja ga?"
Daffa menghela nafas berat, ia bangkit lalu berjalan menuju ke lantai atas atau tepatnya rooftop. Sedangkan tiga orang lainya sudah sibuk memainkan HP mereka masing-masing.
Bian yang rasa penasarannya sangat tinggi memberanikan diri untuk bertanya kepada Aravaska yang memejamkan matanya terlelap. "Bos, itu amplop apa?"
"Amplop biasa." Jawabnya datar masih dengan keadaan mata terpejam.
"Masa sih?" Bian menjulurkan tanganya hendak meraih amplop coklat yang tergeletak di atas meja.
"Berani lo sentuh, gue patahin tulang ekor lo."
Seruan Aravaska yang masih menutup matanya membuat Bian tersentak dan mengurungkan niatnya untuk mengambil amplop tersebut. "Tadi katanya amplop biasa, masa gue lihat aja ga boleh."
"Lo ngatur gue?"
"Bukan ngatur bos, gue penasaran."
"Jangan kaya cewek, mending lo balik aja ke sekolah."
Cowok dengan Hoodie hitam itu menggeleng kuat saat Aravaska menyuruhnya untuk kembali ke sekolah. Ia memilih melanjutkan kesibukannya bermain game online bersama yang lainya.
Di sisi lain, Daffa sibuk dengan ketenangannya yang memandang luas daerah sekitarnya. Dengan keras suara notifikasi HP nya menganggu ketenangan yang ia rasakan, segera Daffa merogoh kantong celananya dan mengambil benda pipih tersebut.
Saat membaca nama Geya di layar HP nya, cowok itu membuat senyum lebar hingga lesung pipit pada pipi kananya terlihat sangat jelas legok kedalam. Manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYTHREADPLAN [REVISI]
Fiksi RemajaSemua ini tentang dendam,ambisi, dan keserakahan. ⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️ Beberapa part banyak mengandung unsur kekerasan, mohon untuk para pembaca agar bijak menanggapinya.