30 | CUMA SEBENTAR

48 12 19
                                    

Setelah sampai di area parkiran Bandara, Geya turun dari motor dengan satu tas yang ada di punggungnya. Tak lama Daffa pun ikut turun hendak mengantarkan Geya hingga kedalam.

"Gue anterin lo sampe dalem ya." Ujar serak cowok jangkung yang memakai jaket kebesaran dengan lambang singa bermahkota di punggungnya. Daffa berdiri menatap sendu mata cokelat Geya.

Gadis itu mendongak menatap wajah Daffa penuh senyum.

"Ga usah, sampe sini aja."

"Gue harus mastiin keamanan lo," Daffa mengamati dengan seksama wajah cantik Geya Misaki.

"Adik dan temen lo juga ga ada disini, anggap aja gue gantiin mereka."

Sepulang sekolah tadi, Daffa hanya berniat mengantar Geya hingga apartemennya saja. Namun, pikirannya berubah saat mengetahui bahwa gadis itu akan terbang ke Jepang hari ini juga. Dengan bersikeras Daffa menyuruh Akari, Aruna dan Noha yang sudah bersiap mengantar kepergian Geya agar tetap di sana saja dan buat Daffa yang mengantarnya hingga sampai ke Bandara. Dengan pikir panjang akhirnya semua menyetujui permintaan kekeuh Daffa.

Geya menghela napas panjang. "Iya udah iya."

Gadis itu berjalan beriringan bersama cowok tinggi dengan rambut belah samping.

"Sini gue bawain tas nya." Ujar Daffa menawarkan diri.

"Ga usah, gue bisa sendiri," tolaknya mentah-mentah.

"Apa kata orang sekitar kalo gue ngebiarin seorang cewek bawa tas seberat itu."

Terpaksa gadis itu menerima tawaran Daffa walau dirinya malas. Gue itu kuat, Lo aja belum tau gue siapa. Batinya dalam hati.

Geya melepaskan tas besar dari gendongnya dan memberikannya kepada Daffa yang sudah sedia meraih dengan tangan kananya.

"Nah gini kan enak," kata Daffa sambil mengangkat tas besar itu di pundaknya.

Berjalan sembari mengobrol membuat waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa kini mereka harus benar-benar berpisah. Daffa menghentikan langkahnya saat nama pesawat Geya sudah disiarkan.

Geya lalu menoleh ke arah Daffa berniat mengambil tas yang cowok itu rangkul.

"Sini tasnya."

Bukanya memberikan tas milik Geya, Daffa justru menunduk dengan tatapan sendu. Menolak memberikan tas kepada sang gadis.

"Fa," Geya memiringkan kepalanya dengan tujuan menyadarkan Daffa dari renungannya.

"Daffa, nanti gue telat masuk pesawat."

Perlahan kepalanya terangkat, menampakkan wajah datar yang sangat manis.

"Gue ga mau jauh dari lo."

Sorot mata Daffa mengartikan sebuah kesedihan yang teramat menyakitkan.

"Gue cuma seminggu disana." Tukasnya dengan seulas senyum. "Lo ga usah kaya anak kecil gini deh, malu-maluin."

Geya terkekeh pelan, membuat sang cowok sedikit menarik sudut bibirnya.

"Oke, kalo itu yang lo mau."

Daffa meraih melepaskan tas tersebut dan memberikannya kepada Geya. Gadis itu pun menerima tasnya kembali.

"Makasih, kalo gitu gue pergi dulu ya," pamit Geya. Sebelum ia sempat berbalik badan, Daffa dengan kecepatan maksimal menangkap tubuh Geya kedalam pelukanya.

Karena tinggi Geya hanya mencapai dada bidang Daffa, membuat Gadis itu dapat mendengar jelas betapa kencangnya detak jantung Daffa berbunyi. Kuat sekali.

PLAYTHREADPLAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang